Minggu, 31 Januari 2016

PARTISIPASI


"Partisipasi"
(Salim A Fillah)

IJINKAN aku bicara tentang makna kecil partisipasi kita.

 Mungkin kau adalah peserta atau juga bahkan adalah pengisi, ataupun sekedar orang yang pernah melihat dan menemui fenomena seperti ini, di zaman ini:

“… Ketika beliau keluar tiba-tiba beliau dapati para sahabat duduk dalam halaqoh (lingkaran). Beliau bertanya, “Apakah yang mendorong kalian duduk seperti ini?”

Mereka menjawab, “Kami duduk berdzikir dan memuji Alloh atas hidayah yang Alloh berikan sehingga kami memeluk Islam.”

Maka Rosululloh bertanya, “Demi Alloh, kalian tidak duduk melainkan untuk itu?”

 Mereka menjawab, “Demi Alloh, kami tidak duduk kecuali untuk itu.” Maka beliau bersabda, “Sesungguhnya saya bertanya bukan karena ragu-ragu, tetapi Jibril datang kepadaku memberitahukan bahwa Alloh membanggakan kalian di depan para malaikat.” (HR. Muslim, dari Mu’awiyah)


Di tempat inilah disambung keteladanan sejarah


 Di forum seperti yang dicontohkan para sahabat, para ghuroba’(orang-orang terasing) masa kini mewujudkan sabda Nabi bahwa mu’min itu cermin bagi Mu’min yang lain.

 Mereka saling bercermin diri, tentang perkembangan tilawah al-Qur’an dan hafalannya, tentang sholat malamnya, dan tentang puasa sunnahnya.

 Semangatnya tergugah mendengar yang lain menyalip amal-amalnya.

 Ia jadi malu mendapati dirinya tak bisa mengatur waktu.


Mereka saling menyebutkan kabar gembira sampai semua merasa bahagia mendengar salah seorang sahabatnya mendapat nilai A.
Mereka saling berbagi agar masalah tak terasa sendiri dihadapi.
Ada yang bercerita tentang amanah-amanah da’wahnya yang katanya semakin mengasyikkan, atau semakin menantang. Yang berkeluasan rizqi membawakan pisang goreng yang tadi pagi dibuat ibunya, atau mangga yang dipetik dari halaman rumahnya.

Sesekali mereka ganti setting forumnya, dengan menginap agar bisa lebih panjang bercengkerama.
Lalu mereka dirikan Qiyamullail bersama. Pernah juga mereka lakukan wisata. Mereka bertemu di tempat rekreasi yang sepi, mengingat Ilahi dan mengagumi kebesaran ciptaan-Nya.
 Mereka berdiskusi disaksikan air terjun, punggung bukit bercemara, hutan berlembah yang menawan, atau pasir pantai memutih diterpa gelombang.

Tentu saja yang jauh lebih utama, mereka mengingat Alloh dalam sebuah kumpulan, agar Alloh mengingat mereka dalam kumpulan yang lebih baik.
Mereka baca kitabulloh, mereka kupas isinya, mereka dapati bahwa al-Qur’an menyuruh mereka bersaudara dalam cinta dan mentauhidkan Alloh Subhanahu Wa Ta’ala.

Tidak ada tekad ketika bubar dan saling bersalaman mendoakan, selain agar yang mereka bahas menjadi amal kenyataan.

“Tidaklah suatu kaum berjumpa di suatu rumah dari rumah-rumah Alloh, mereka membaca kitabulloh, dan mempelaiarinya di antara mereka, kecuali ketenangan turun kepada mereka, rohmat meliputi majelisnya, Malaikat menaungi mereka, dan Alloh menyebut-nyebut mereka dengan bangga di depan malaikat-malaikat yang ada di sisi-Nya.” (HR. Muslim, dari Abu Huroiroh)

Di sana bisa kita jumpai wajah saudara yang jenaka, yang pendiam, dan yang tampak lelah karena banyak amanah.

Tapi Subhanalloh… Ini adalah cahaya yang bergetar di antara mereka. Ia bergetar untuk menjadi refleksi jiwa, percepatan perbaikan diri dan perbaikan ummat dalam medium atmosfer cinta.

Saya tak ragu lagi menyebut forum yang terkenal dengan kata liqo’at (pertemuan) ini, sebagai Getar Cahaya di Atmosfer Cinta.


Bahkan ketika suatu waktu Anda yang belum pernah mengikuti forum ini tidak sengaja menemui mereka sedang ada di Masjid Kampus, Musholla Sekolah, rumah seorang Ustadz atau markaz da’wah, lalu Anda bergabung dengan niat serta keperluan yang lain atau mungkin karena iseng saja, Anda takkan pernah kecewa. Percayalah, Anda tak akan pernah kecewa.

Seorang malaikat berkata, “Robbi, di majelis itu ada orang yang bukan dari golongan mereka, hanya bertepatan ada keperluan maka datang ke majelis itu.” Alloh berfirman, “Mereka adalah ahli majelis yang tiada akan kecewa siapa pun yang duduk membersamainya!” (Muttafaq ‘Alaih, dari Abu Huroiroh)

Maka demi Alloh, apa yang Anda tunggu?

 Perkenalkan diri Anda pada mereka sejelas-jela
snya.

 Katakan, Anda ingin bergabung dengan pertemuan pekanan mereka.

Kalau majelis itu sudah terlalu sesak, lalu efektifitasnya drop, pengasuh majelis itu pasti akan mencarikan sebuah majelis lain yang indah untuk Anda.


Kalau di sekolah Anda dan di kampus Anda ada kegiatan bernama Mentoring, Asistensi Agama Islam atau nama lainnya, barangkali itu pintu lain bagi Anda memasuki Getar Cahaya di Atmosfer Cinta ini.

 Setelah itu, bisa jadi Alloh akan menguji Anda. mungkin dengan perasaan Anda bahwa majelis ini tidak seperti yang Anda harapkan. Maka bersabarlah.

“Maka sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (Qs. Alam Nasyroh [94]: 5-6)

***
Beberapa teman  mengeluh mendapati beberapa saudaranya telah berubah ketika pindah ke lain kota.

 Ada gambaran, betapa sulitnya menjaga istiqomah ketika jauh dari lingkungan iman semula.

Apa yang diceritakan Hanzholah ibn ar-Robi’, bisa menjadi ‘ibroh bahwa pertemuan sesaat demi sesaat dalam majelis ini adalah sarana penjaga konsistensi dan sikap istiqomah -yang kadang-kadang tanpa perlu kita sadari-.

Ketika Abu Bakr berkunjung dan menanyakan kabarnya, Hanzholah pun menjawab, “Hanzholah telah menjadi munafiq!”.

Terperanjat Abu Bakr, lalu ia berkata, “Subhanalloh, apa yang engkau ucapkan?”
Kata Hanzholah, “Kita sering bersama Rosululloh, beliau mengingatkan kita tentang surga dan neraka seolah-olah kita melihatnya dengan mata kepala.
Namun ketika kita keluar dari sisi Rosululloh, bercengkerama dengan anak-anak serta sibuk dengan pekerjaan, kita pun banyak melupakannya.”


“Demi Alloh! Sesungguhnya kami juga merasakan hal seperti ini!”, sahut Abu Bakr membenarkan.

Tak ada curhat yang lebih indah daripada curhat para sahabat. Ya, mereka pun kembali pada Murobbi-nya, Rosululloh Mushthofa.

Dan beliau pun menenteramkan hati para binaannya.

“… Demi Dzat yang jiwaku ditangan-Nya. Seandainya kalian selalu dalam keadaan sebagaimana ketika kalian ada di sisiku dan dalam berdzikir, niscaya Malaikat akan menjabat tangan kalian di tempat-tempat tidur, dan di jalan-jalan kalian. Akan tetapi sesaat demi sesaat, wahai Hanzholah! Sesaat demi sesaat, wahai Hanzhalah. Sesaat demi sesaat!”(HR. Muslim dalam Shohihnya, dari Hanzholah)

Akal sehat para peserta liqo’at menuntun mereka untuk menghayati bahwa majelis ini adalah bagian paling asasi dari hidup mereka.

Ada waktu yang harus diprioritaskan untuknya lebih dari segala aktivitas lainnya.

 Kaidahnya jelas: kalau ia tak bersama mereka, ia takkan bersama siapa-siapa; kalau mereka tak bersama dengannya, mereka pasti bersama dengan orang selain dia.

Kadang kita tak merasakan nikmatnya majelis kebersamaan ini.

Padahal, orang lain akan melihat kita berubah dan semakin buruk saat kita berhenti menghadirinya untuk suatu waktu yang cukup lama.

Memang, ia hanya sepekan sekali.

Tetapi bagaimanapun kita tahu, majelis ini adalah majelis ‘ilmu dan dzikir yang tak berhenti sampai tutup usia.

 Ketika mereka menutup pertemuan dan pergi untuk keperluan masing-masing, lingkaran itu hanya melebar. Ia melebar seluas aktivitas mereka.

Tentu. Untuk berpartisipasi bagi ummat dalam jangkauannya, mendistribusikan kesholihan yang terasa manis direguknya

#back to melingkar

Sabtu, 30 Januari 2016

Antara USHUL VS FURU'

FANATISME DAN TOLERANSI

Ust. DR. Amir faishol Fath, MA.

1. Kapan kita harus fanatik dan kapan harus toleran? Inilah pertanyaan yg selalu muncul dan menuntut jawaban segera.

2. Salah menjawab akan salah bersikap. Dan tidak mustahil akan menyebabkan perpecahan.

3. Agar tidak terjebak dalam perpecahan para ulama telah meletakkan kerangka berpikir yg sangat cerdas dalam memahami setiap persoalan keagaamaan.

5. Kerangka berpikir ini diringkas dalam dua istilah penting yaitu ushul dan furu'. (Usul artinya pokok tidak boleh ada perbedaan pendapat di dalamnya dan furu' adalah cabang, yg di dalamnya ada kemungkinan berbeda pendapat).

6. Siapapun yg melihat persoalan keagamaan dengan kerangka ini ia tidak akan berpecah belah. Sebaliknya orang yang tidak ikut kerangka ini, akan mudah menyerang orang lain dan boleh jadi menyebabkan perpecahan.

7. Dari pemahaman terhadap dua kerangka berpikir ini akan terjawab pertanyaan kapan kita fanatik dan kapan kita toleran. Bahwa dalam urusan ushul kita fanatik dan dalam urusan furu' kita toleran.

8. Ushul maksudnya pokok-pokok yang tidak boleh ada beda pendapat di dalamnya. Jadi bukan hanya akidah tetapi pokok apa saja yang sudah disepakatai itu namanya ushul. Selain itu adalah furu'.

9. Contoh ushul furu' dalam shalat: takbir dalam shalat  adalah rukun maka ia termasuk ushul. Tapi cara bertakbir furu'. Sujud : rukun/ushul tapi cara bersujud : furu'. Tasyahud : rukun/ushul. Tapi cara bertasyahud : furu'. Karena itu dalam cara mengangkat tangan saat takbir, cara sujud, cara gerakkan telunjuk pada saat tasyahud ada perbedaan pendapat. Sungguh tidak ada yang paling benar dalam cara takbir, tasyahud, sujud dll. Sebab semua tidak ada yang bisa memastikan bahwa dirinya paling persis sama dengan Nabi. Karenanya itu masuk wilayah khilafiyah furuiyah.

10. Contoh ushul furu dalam berbagai masalah : cinta Nabi : ushul. Adapun membuktikan cinta Nabi dengan mengadakan maulidan : furu'. Membaca lailaaha illallah : ushul, tahilialn furu'. Membaca alfatihah dalam shalat : ushul. Membaca alfatihah untuk mayit : furu'.  dst.

11. Hindari cara pandang sunnah bid'ah. Maksudnya ada dalilnya sunnah/tidak ada dalilnya bid'ah. Sebab ini akan menimbulkan banyak masalah tidak saja dalam pemahaman terhadap Islam tetapi juga dalam persaudaran keumatan. Karenanya para ulama fikih tidak menggunakan manhaj-sunnah-bid'ah ini. Sebab apa yg menurut Anda tidak ada dalilnya boleh jadi bagi ulama ada dalilnya.

12. Ketahuilah bahwa dalil tidak selamanya khusus tetapi ada juga dalil umum. Karenanya apa yg menurut seseorang tidak ada dalilnya, boleh jadi ada dalil umum yg bisa menjadi landasan. Dari sini terjadi khilafiyah. Seperti dalam kasus maulidan.

13. Pun hindari memudahkan menghukumi bid'ah dalam suatu masalah fikih, sebab para ulama juga berbeda pendapat dalam banyak hal mengenai bid'ah. Boleh jadi bid'ah menurut Anda tapi tidak bid'ah menurut orang lain.

14. Ingat persatuan umat adalah ushul yg harus dipertahankan dan sangat menentukan. Jangan sampai anda menjadi bagian yang menghancurkan umat ini hanya karena salah cara pandang terhadap berbagai masalah fikih.

15. Dalam hal ini tidak cukup kita hanya punya samangat ikhlash dan beramal. Tetapi juga harus mempunyai cara pandang yang benar. Inilah unrgensi iqra'. Di sini kita paham mengapa Allah turunkan pertama-tama perintah iqra'.

Jumat, 29 Januari 2016

HAMRO'UL ASAD

Pelajaran Dari Hamra’ul Asad

Banyak orang yang tahu tentang kisah Uhud. Tentang kekalahan yang dialami oleh kaum muslimin di bukit itu. Tentang darah yang mengalir dari pelipis Nabi dan remuknya geraham beliau. Ya. Tentang pasukan yang tidak taat dengan arahan komandan mereka di medan perang. Dan tentang sahabat-sahabat mulia yang berguguran menjadi syuhada, diimami oleh paman Nabi tercinta, Hamzah bin Abdul Muththalib.

Lanjutan kisah Uhud yang legendaris itu. Satu babak baru dari kehidupan heroik sang Nabi beserta para sahabatnya yang mulia. Hari yang disebut oleh Allah SWT di dalam al-Qur’an dengan kisah orang-orang yang tiada peduli dengan perih luka mereka saat panggilan Allah dan RasulNya datang (3:172). Itulah perang Hamra’ul Asad. Episode baru, sehari setelah kekalahan uhud yang banyak orang tidak tahu.

Setelah hari Uhud berlalu, dengan segala kepiluan dan luka, di mana di medan itu terbunuh tujuh puluh sahabat Nabi yang mulia. Kaum Musyrikin merasa mereka telah meluluhlantakkan pondasi-pondasi kekuatan kaum muslimin. Di saat itu Nabi saw merasa sangat khawatir kaum musyrikin akan memanfaatkan kesempatan ini untuk menggempur Madinah yang di sana ada anak-anak, kaum wanita dan harta benda mereka.

Setelah menunaikan shalat shubuh bersama para sahabat, Nabi saw memerintahkan Bilal untuk mengumumkan kepada para sahabat yang kemarin ikut berperang untuk mengejar kaum musyrikin. Untuk aksi ini, yang boleh ikut serta hanya mereka yang kemarin bergabung bersama pasukan Uhud, kata sang Nabi. Anda bisa membayangkan betapa beratnya tugas ini. Mereka baru melepas penat, darah masih basah dan perih itu masih terasa lekat di tubuh mereka, tiba-tiba mereka mendapat perintah untuk angkat senjata kembali. Allahu Akbar..

Saat mendengar perintah Nabi saw yang dikumandang Bilal itu, Sa’ad bin Muadz segera beranjak menuju kaumnya untuk memberitahu mereka agar memakai kembali pakaian perang. Sa’ad berkata, “Aku menyaksikan darah di tubuh mereka masih merah. Mayoritas Bani Asyhal terluka, bahkan semuanya.” Ketika itu juga, Usaid bin Hudhair yang sedang didera tujuh luka bangkit dan berkata, “Aku menyambut seruan Allah dan RasulNya” lalu ia ambil senjatanya tanpa peduli dengan perih luka yang ia derita. Sa’ad bin Ubadah juga segera mendatangi kaumnya, dan  mereka pun menyambut dengan sigap. Demikian juga Abu Ubadah, datang kepada kaumnya yang sedang mengobati luka-luka mereka, dan mereka pun bersegera menyambut panggilan Allah dan rasulNya tanpa peduli luka-luka yang menganga itu.

Salah seorang perawi kisah ini menyebutkan, dari Bani Salimah keluar empat puluh orang yang sedang mengalami cedera berat, ada Thufail bin Nu’man yang membawa tiga belas lukanya, ada Bakhrasy bin ash-Shamah dengan derita sepuluh luka, Ka’b bin Malik mengalami belasan luka, begitu juga Quthbah bin Amir ada sembilan luka. Mereka berkumpul bershaf menghadap Nabi saw di Bi’r Abi ‘Anabah di puncak Tsaniyah, lengkap dengan pedang dan semangat mereka yang membara. Ketika melihat kondisi mereka, dengan darah yang masih basah dan luka yang masih merah, sang Nabi bersabda dengan penuh rasa, “Ya Allah, sayangilah Bani Salimah.”

Saat menyampaikan doa Nabi di atas, Khatib terhenti. Tak kuat beliau membendung isak tangis. Demikian juga sesiapa yang mengerti betapa manusia-manusia mulia itu sangat sigap dengan panggilan Allah dan rasulNya akan terisak. Ya Allah.. sayangilah kami dan sebagaimana Engkau menyayangi sahabat nabiMu.

Al-Waqidi juga menceritakan tentang manusia-manusia hebat itu. Mereka adalah dua bersaudara Abdullah bin Sahl dan Rafi’ bin Sahl bin Abdul Asyhal. Keduanya pulang dari Uhud dengan luka serius. Namun, ketika besoknya mereka mendengar kabar jihad dikumandangkan kembali, berkata salah seorang di antara keduanya kepada yang lain, “Demi Allah, jika kita tidak ikut berperang bersama Rasulullah sungguh kita sangat merugi. Namun apa daya kita tidak punya tunggangan, lalu bagamana ini?” saudaranya berkata “Mari kita berangkat” yang lain menjawab, “Demi Allah, Aku tidak dapat berjalan dengan baik.” Saudaranya berkata, “Baiklah, kita berjalan pelan-pelan” maka mereka berdua berjalan tertatih-tatih. Ketika Rafi’ merasa tidak kuat, saudaranya menggendongnya. Dan ketika Abdullah merasakan payah, maka giliran Rafi’ yang menggendong, hingga mereka sampai di camp Nabi di waktu isya. Ketika melihat dua sahabatnya ini, beliaupun mendoakan kebaikan bagi mereka. subhanallah...

Nabi keluar bersama mereka dalam kondisi masih cedera berat, tubuh beliau terluka, kening beliau masih bersimbah luka dan geraham beliau hancur. Beliau dan para sahabat membuat camp di daerah Hamra’ul Asad dengan perbekalan yang seadanya. Namun demikian, semangat yang terpancar dari aura sang Nabi dapat ditangkap jelas oleh para sahabat bahwa itu pertanda kemenangan yang semakin dekat. Di suatu kesempatan beliau bertutur kepada Thalhah, “Wahai Thalhah, sunggu mereka tidak akan mampu menaklukkan kita seperti kemarin sampai Allah mengizinkan kita menaklukkan Mekah kelak.”

Hamra’ul Asad adalah saksi sejarah tentang keahlian Nabi saw dalam merancang strategi perang. Siang hari, beliau perintahkan para sahabat untuk mengumpulkan kayu bakar. Kemudia pada malam hari, setiap prajurit harus membuat api unggun. Maka pada malam itu, terjadilah parade api unggun yang jumlahnya sampai lima ratus api unggun. Kepulan asap dan nyala api yang dahsyat ini yang dikirim oleh Allah sehingga menggentarkan kaum musyrikin yang sejak kemarin masih beristirahat di daerah Rauha’. Menyaksikan kobaran api itu, kaum musyrikin yang sama sekali tidak pernah berpikir akan dikejar dan dalam kondisi sangat tidak siap, akhirnya melarikan diri ke Mekkah.

Hamra’ul Asad, kisah keberanian dan keteguhan. Hamra’ul Asad adalah cerita tentang pengorbanan dan kesigapan. Hamra’ul Asad adalah riwayat tentang strategi dan ketawakkalan. Hamra’ul asad, di sana ada manusia-manusia mulia yang jauh lebih mencintai Akhirat dibanding dunia yang fana. SEKIAN
   
Mekkah, 19 Rabi’u tsani

GANTI YANG LEBIH BAIK

Ganti Yg Lebih baik....😊😊😊

Ibnu Rajab al-Hanbali menyebutkan dalam Kitabnya, Dzailuth Thabaqaat, tentang kisah al-Qadhi Abu Bakar al-Anshary al-Bazzaz yang berkata;

“Saya tinggal di Mekah yang dijaga oleh Allah. Suatu hari aku merasakan lapar. Aku pun keluar untuk mencari rejeki yang bisa aku makan, namun tidak juga mendapatkannya. Tatkala aku sedang berjalan, tiba-tiba aku menemukan bungkusan sutera yang diikat dengan pita dari sutera yang mahal. Aku membawanya pulang, dan kucoba membukanya. Ternyata di dalamnya terdapat kalung yang terbuat dari mutiara, belum pernah aku melihat kalung sebagus itu. Aku segera membungkusnya kembali dan mengikatnya seperti sedia kala.

Aku kembali keluar, tiba-tiba aku mendengar orang tua yang sedang berhaji berseru, ”Barangsiapa yang menemukan sebuah bungkusan yang ciri-cirinya begini dan begini, maka akan aku beri hadiah 500 dinar emas.”

Aku berkata dalam hati, ”Saya sedang terdesak kebutuhan, apakah sebaiknya aku mengambil dinar itu, dan mengembalikan bungkusan itu kepadanya, ya?” Lalu aku berkata, ”Kemarilah, aku telah menemukannya.” Aku membawa orang tua itu ke rumah, kutanyakan ciri-ciri bungkusan, tentang kalung mutiara, jumlah barang dan sesuatu yang berada di dalamnya. Ternyata apa yang diutarakan persis dengan apa yang kutemukan. Maka aku keluarkan bungkusan itu, dan kuserahkan kepadanya. Dia pun menyerahkan uang 500 dinar emas seperti yang ia janjikan. Kukatakan kepadanya, ”Saya hanya menyampaikan amanah yang harus saya kembalikan kepada Anda, saya tidak meminta upah.” Dia mendesakku untuk menerima upah itu, sementara aku sudah berjanji untuk tidak mengambilnya sedikitpun.

Orang itu pergi meninggalkanku, lalu pulang ke negerinya setelah menyelesaikan hajinya. Sedangkan saya makin terdesak kebutuhan. Hingga aku memutuskan keluar dari Mekah dan mengarungi lautan dengan kapal tua bersama segolongan orang. Di tengah laut, kapal kami diterpa ombak dan badai yang dahsyat hingga kapalpun pecah. Orang-orang tenggelam, sementara Allah menyelamatkan aku, di mana aku bisa berpegangan pada sebuah kayu, hingga aku terdampar di sebuah pulau.

Aku memasuki pulau itu, dan ternyata di sana tinggal kaum muslimin yang rata-rata masih awam, belum bisa membaca dan menulis. Aku mendatangi masjid, shalat dan membaca al-Qur’an. Orang-orang yang berada di masjid memerhatikan aku, lalu berkumpul mengerumuni aku. Setiap orang yang bertemu denganku, memintaku untuk mengajarkan al-Qur’an kepadanya. Akupun mengajarkan al-Qur’an kepada mereka.

“Apakah Anda bisa membaca dan menulis?” Tanya mereka.  “Ya, bisa!” Jawabku. Mereka pun berkata, “Kalau begitu, ajarilah kami membaca dan menulis!” lalu mereka datang dengan membawa anak-anak dan remaja mereka dan akupun mengajari mereka. Banyak sekali faedah dari kegiatan yang saya lakukan. Hingga mereka ingin, agar aku tetap tinggal bersama mereka.

Mereka berkata, “Di tengah kami ada gadis yatim yang baik dan kaya, kami ingin Anda menikahinya dan tetap tinggal bersama kami di Pulau ini.” Awalnya aku menolak, namun mereka terus membujukku hingga akupun menyanggupinya. Mereka mengadakan walimah untuk saya. Dan tatkala bertemu dengan gadis itu, ternyata aku melihat kalung mutiara yang pernah kutemukan di Mekah dahulu melingkar di lehernya.

Aku keheranan dan terus memerhatikan kalung itu. Hingga salah seorang keluarganya berkata, “Wahai Syeikh, Anda telah menyinggung perasaannya, Anda tak sudi melihatnya, dan hanya melihat kalung yang dikenakannya.” Buru-buru saya berkata, “Tentang kalung itu, ada kisah yang saya alami.” “ Kisah apa itu?” Tanya mereka penasaran. Lalu saya bercerita kepada mereka tentang kalung dan pertemuanku dengan orang tua yang memilikinya. Usai aku bercerita, mereka tersentak dan meninggikan suara tahlil dan takbir.

Lalu saya bertanya, ”Subhanallah, apa yang terjadi atas kalian.” Mereka berkata, ”Sesungguhnya orang tua yang bertemu denganmu itu adalah ayah dari gadis ini. Beliau juga sempat bercerita perihal Anda setelah kembali dari haji. Beliau berkata, ”Demi Allah, aku belum pernah melihat pemuda muslim sebaik orang yang mengembalikan kalung itu, ya Allah kumpulkanlah aku dengannya, aku ingin menikahkan ia dengan putriku.” Sekarang beliau sudah meninggal namun doanya telah dikabulkan oleh Allah.”

Subhanallah, beliau meninggalkan upah 500 dinar meskipun itu boleh, demi kemuliaan yang lebih di sisi Allah, lalu Allah menggantikan beliau dengan kalung mutiara sekaligus pemiliknya. Allah memberikan beliau ganti yang jauh lebih baik.

Kisah ini mengingatkan kita akan kaidah yang sangat populer, ”Barangsiapa meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah akan memberikan untuknya ganti yang lebih baik.”

Ketika seseorang meninggalkan sesuatu yang mubah, demi mendapatkan keutamaan agamanya, demi mengharap pahala yang besar dari Allah, maka Allah akan menggantikan untuknya sesuatu yang lebih baik, lebih nikmat dan lebih berharga dari apa yang ditinggalkannya itu. Apalagi jika yang ditinggalkan itu adalah sesuatu yang berstatus haram dan dosa. [Mubarok/ BersamaDakwah]

Kamis, 28 Januari 2016

Tentang REJEKI


Aku melihat hidup orang lain  begitu nikmat,
Ternyata ia hanya menutupi kekurangannya tanpa berkeluh kesah..

Aku melihat hidup teman2ku tak ada duka dan kepedihan,
Ternyata ia hanya pandai menutupi dengan mensyukuri..

Aku melihat hidup saudaraku tenang tanpa ujian,
Ternyata ia begitu menikmati badai hujan dlm kehidupannya..

Aku melihat hidup sahabatku  begitu sempurna,
Ternyata ia hanya berbahagia  menjadi apa adanya..

Aku melihat hidup tetanggaku  beruntung,
Ternyata ia selalu tunduk pada Allah untuk bergantung..

Setiap hari aku belajar memahami dan mengamati setiap hidup orang yang aku temui..
Ternyata aku yang kurang mensyukuri nikmatMu..
Bahwa di belahan dunia lain masih ada yang belum seberuntung yang aku miliki saat ini....

Dan satu hal yang aku ketahui, bahwa Allahu Rabbi tak pernah mengurangi ketetapanNya.
Hanya aku lah yang masih saja mengkufuri nikmat suratan takdir Ilahi...

Maka aku merasa tidak perlu iri hati dengan rezeki orang lain..

Mungkin aku tak tahu dimana rezekiku.. Tapi rezekiku tahu dimana diriku..

Dari lautan biru, bumi dan gunung, Allah Ta'ala telah memerintahkannya menuju kepadaku...

Allah Ta'ala menjamin rezekiku, sejak 4 bulan 10 hari aku dalam kandungan ibuku..

Amatlah keliru bila bertawakkal rezeki dimaknai dari hasil bekerja..
Karena bekerja adalah ibadah, sedang rezeki itu urusan-Nya..

Melalaikan kebenaran demi menghawatirkan apa yang dijamin-Nya, adalah kekeliruan berganda..

Manusia membanting tulang, demi angka simpanan gaji, yang mungkin esok akan ditinggal mati..

Mereka lupa bahwa hakekat rezeki bukan apa yang tertulis dalam angka, tapi apa yang telah dinikmatinya..

Rezeki tak selalu terletak pada pekerjaan kita, Allah menaruh sekehendak-Nya..

Diulang bolak balik 7x shafa dan marwa, tapi zamzam justru muncul dari kaki sang  bayi, Ismail a.s.
Ikhtiar itu perbuatan.. Rezeki itu kejutan..
Dan yang tidak boleh dilupakan, tiap hakekat rezeki akan ditanya kelak..
"Darimana dan digunakan untuk apa"
Karena rezeki hanyalah "hak pakai", bukan "hak milik"...

Halalnya saja dihisab..dan haramnya diadzab..!

Maka, aku  tidak boleh merasa iri pada rezeki orang lain..

Bila aku iri pada rezeki orang, sudah seharusnya juga iri pada takdir kematiannya.... 😇 astaghfirullaah...😧

Rabu, 27 Januari 2016

TANDA TANDA KIAMAT

Kemunculan Al Mahdi
Kajian Khusus Masjid Raya Bintaro Jaya @16 Januari 2016

Kemunculan Al Mahdi
Ust Zulkifli Muhammad Ali, Lc

Kita saat ini telah berada di penghujung zaman. Kita sekarang telah berada di akhir-akhir periode keempat dari lima periodisasi umat islam.

Nabi SAW dalam haditsnya menyatakan bahwa zaman umat islam akan dibagi menjadi 5 periode:
1. Periode Kenabian. Periode ini telah berakhir sejak wafatnya Nabi Muhammad SAW
2. Periode Kekhalifahan dimana umat islam dipimpin Khalifah dengan sistem kenabian. Periode ini telah berakhir sejak wafatnya khalifah Ali bin Abi Thalib
3. Periode kekhalifahan dengan sistem kerajaan. Menurut pakar sejarah, periode ini telah berakhir sejak diruntuhkannya kekhalifahan Usmaniyah di Turki tgl 13 Maret 1924 oleh Kemal At Taturk.
4. Periode pemimpin yg diktator. Ini periode dimana saat ini kita berada. Pada periode ini umat islam mengalami masa masa yg paling gelap dalam sejarah karena tdk punya kepemimpinan dan dunia dikuasai oleh bangsa bangsa kafir.
5. Sebelum akhir zaman akan muncul kembali periode terakhir yaitu kekhalifahan seperti sistem kenabian dimana umat islam akan kembali memimpin dunia. Periode kelima ini tidak akan berlangsung lama karena satu atau dua periode setelah itu akan muncul tanda tanda kiamat besar.

CIA, Badan intelejen USA membuat prediksi bahwa mulai kemunculan kembali zaman kekhalifahan umat islam yaitu pada tahun 2020 sedangkan KGB, badan intel Rusia memprediksinya terjadi pada tahun 2025.

Sepuluh tanda-tanda kiamat, dimana poin 1-4 akan terjadi di periode keempat kita saat ini yaitu:
1. Munculnya Dajjal
2. Nabi Isa AS
3. Munculnya Yajuj dan Majuj dalam jumlah banyak. Sebagai perbandingan,
saat itu 1 manusia berbanding dg 999 Ya’juj dan Ma’juj
4. Masa2 aman saat dunia kembali dipimpin oleh khalifah islam.
5. Matahari terbit dari barat
6. Keluar binatang besar
7. Angin lembut yg mematikan seluruh umat islam sehingga dunia hanya dipenuhi oleh orang-orang kafir saja.
Selanjutnya tanda-tanda besar kiamat ke 8,9 dan 10 hanya dirasakan oleh orang2 kafir karena orang2 mukmin sudah dimatikan oleh Allah SWT.

Salah satu tanda Dajjall akan muncul adalah ketika sungai/danau tiberias kering. Dan menurut informasi, saat ini debit airnya sudah menurun terus menerus.
Sebelum turun Dajjal, maka Al Mahdi akan muncul terlebih dahulu.

Siapa Al Mahdi
Al Mahdi berasal dari keturunan kandung Nabi Muhammad SAW dari keturunan Fatimah yaitu dari Hasan bin Ali RA

Namanya mirip nama Nabi yaitu Muhammad dan nama ayahnya juga sama dengan nama ayah Nabi yaitu bernama Abdullah.

Tanda-tanda akan segera muncul Al Mahdi

1. Salju turun di Arab
Ini sudah terjadi sejak 2009 dan hari ini salju juga sedang turun di Arab Saudi.

2. Bumi akan dipenuhi huru hara dan peperangan dan kedzaliman yg semakim lama semakin meningkat sehingga hari hari kedepan akan terasa semakin berat. Banyak terjadi pembunuhan2 seperti di yg saat ini terjadi di Yaman, Suriah, Palestina, Mesir dll.

3. Banyak fitnah2/kedzaliman2 yg terjadi di negeri Syam seperti yg terjadi saat ini di Suriah oleh rezim Basar As’ad atau kekejaman di Palestina oleh Israel

4. Wafatnya seorang Raja Arab lalu 3 putera mahkotanya saling ribut/gaduh.
Saat ini Raja Abdullah di Arab Saudi telah wafat dan 3 putra mahkota berikutnya saling gaduh karena memiliki perbedaan perbedaan prinsip dan karakter. 3 putra mahkota tersebut yaitu Raja Salman, Thalal dan Mukrim.
Salman termasuk orang sholeh dan anti maksiat. Beliau hafidz Quran.
Sedangkan Thalal memiliki ekonomi terkuat bahkan salah satu orang terkaya dunia. Namun ia ahli maksiat. Sementara itu Mukrim loyalitasnya lebih ke Yahudi dan Amerika.

Sepeninggal Raja Abdullah, Arab Saudi saat ini dipimpin oleh Raja Salman. Raja Salman telah mengusir Thalal dari kerajaan sedangkan Raja Salman membiarkan Mukrim tetap di kerajaan namun telah mencabut hak beliau sebagai raja berikutnya.

5. Mengeringnya sungai eufrat.
NASA pernah merilis bahwa 2014 sungai eufrat akan habis total. Dan terbukti bahwa pada April 2014 sungai eufrat sudah kering total.

6. Muncul gunung emas di Irak lalu org akan berbondong2 memperebutkan disana dan dari 100 org laki-laki yg berperang disana maka 99 org akan mati. Amerika nampaknya sudah meyakini keberadaan gununh emas tsb. Olehkarenanya mereka telah mempersiapkan strategi utk “mengamankan” (merampas) gunung emas tsb.

7. Muncul Ad Dukhon yaitu asap kabut yg sangat tebal 40 hari 40 mlm sampai sampai asapnya membuat kita tidak bisa melihat lagi. Dunia akan terasa gelap gulita.
Para ahli meyakini bahwa hal ini terjadi akibat adanya benturan besar asteroid atau meteor ke bumi.

Para peneliti NASA menyebutkan bahwa rentang 2013-2016 dunia akan masuk dalam jalur sungai meteor dimana akan terdapat 1300 meteor yg akan membentur bumi dg kecepatan 120.000 km/jam. Tahun 2013 baru terjadi tiga kali yaitu di Siberia, Argentina dan Amerika. Sisanya mungkin bisa terjadi di tahun ini atau tahun tahun mendatang. Wallahu A’lam.

Munculnya Dukhon merupakan akhir dari era teknologi karena semuanya tidak akan berfungsi akibat dari efek elektromagnetik dari benturan meteor2 tsb. Sehingga zaman akan kembali seperti zaman dahulu kala.

Setelah itu Al mahdi akan muncul di dekat Kabah. Ia akan dibaiat oleh 7 ulama besar yg membawa pengikut sekitar 300 an orang (jumlahnya mirip pasukan perang badar). Awalnya ia selalu menolak tapi Allah SWT akhirnya mengokohkannya sehingga mau menjadi pemimpin umat islam saat itu.

Ada penjelasan lain bahwa Ad Dukhon dan hujan meteor akan segera datang apabila ketiga tanda ini sudah terjadi:
– banyak muncul penyanyi2 wanita
– banyaknya musik dan alat2 musik
– banyaknya orang meminum khamr atau minuman yg memabukkan.

Saat dukhon terjadi maka keadaan manusia sama seperti ketika Nabi Yunus berada dlm perut ikan. Gelap, tdk ada oksigen, tdk ada makanan.
Maka Nabi SAW mengajarkan kita agar saat itu kita berzikir seperti zikirnya Nabi Yunus yaitu La ilaha illa anta subhanaka inkuntu minadzolimin.
Dengan iman dihati kita dan doa zikir tersebut maka pengaruh Dukhon tersebut seolah olah hanya membuat kita lemas sedikit seperti terserang flu.

Negara-negara kafir nampaknya sangat percaya dengan akan munculnya hujan meteor ini. Olehkarenanya Amerika, Rusia, Singapura dll saat ini telah membuat bunker-bunker raksasa yg bisa menampung ratusan ribu orang dengan fasilitas dan persediaan makanan cukup utk bbrp bulan.

Setelah Al mahdi turun maka kita akan kembal ke uang emas dan perak (dinar dan dirham) karena uang kertas pasti sudah tidak akan ada gunanya

Al Mahdi akan memimpin umat islam utk membebaskan seluruh bumi sehingga seluruh dunia (tanpa kecuali) akan dipimpin oleh umat islam melalui sistem kekhalifahan yg berbasis kenabian.

Negara2 yang ditaklukan akan disatukan kembali dan diberi nama yg sama persis ketika zaman Nabi misalnya negara Yaman, Suriah, Lebanon dan Palestina akan disatukan dan diganti nama menjadi Negeri Syams.

Bila sdh terjadi huru hara di negeri Syams, maka Nabi menyarankan agar kita segera berlomba2 utk beramal baik karena akhir zaman semakin dekat. Misalnya sholat jamaah di masjid, sedekah, puasa, tahajud, baca Quran, hafal quran dsb.

Sesuai hadits Nabi, umat islam juga diperintahkan utk mahir berkuda, memanah dan berenang. Ini mungkin hikmahnya karena saat itu era teknologi sudah berakhir.

Hanya iman dan amal sholeh yg akan menyelamatkan kita

Al Mahdi akan muncul saat tahun-tahun dimana banyak gempa terjadi susul menyusul di Arab pada bulan Ramadhan dan kerajaan Arab gaduh sesama mereka maka tahun itu meteor jatuh, dukhon terjadi dan jamaah haji akan dibantai di mina pada bulan Dzulhijjah. Lalu Al Mahdi akan muncul di bulan Muharamnya.

Saat Al Mahdi sudah muncul di Mekah, semua orang mukmin wajib datang ke Mekah dan membaiat Al Mahdi sebagai pemimpin Umat Islam.

Lalu bagaimana cara kita ke Mekah utk bertemu dan membaiat Al Mahdi sementara zaman teknologi sudah berakhir? Wallahu A’lam.

Semoga ini menambah keyakinan kita terhadap akan datangnya hari akhir dan semakin membuat kita bersemangat untuk melakukan amal-amal kebaikan.

KETIKA MAS GAGAH PERGI kmgp

KETIKA MAS GAGAH PERGI (Helvy Tiana Rossa).

Mas Gagah berubah!



Ya, sudah beberapa bulan belakangan ini Masku, sekaligus saudara kandungku satu-satunya itu benar-benar berubah !



Mas Gagah Perwira Pratama, masih kuliah di Teknik Sipil UI semester tujuh. Ia seorang kakak yang sangat baik, cerdas, periang dan tentu saja… ganteng! Mas Gagah juga sudah mampu membiayai kuliahnnya sendiri dari hasil mengajar privat untuk anak-anak SMA.



Sejak kecil aku sangat dekat dengannya. Tak ada rahasia di antara kami. Ia selalu mengajakku kemana ia pergi. Ia yang menolong di saat aku butuh pertolongan. Ia menghibur dan membujuk di saat aku bersedih. Membawakan oleh-oleh sepulang sekolah dan mengajariku mengaji.



Pendek kata, ia selalu melakukan hal-hal yang baik, menyenangkan dan berarti banyak untukku.Saat memasuki usia dewasa kami jadi makin dekat. Kalau ada saja sedikit waktu kosong, maka kami akan menghabiskannya bersama. Jalan-jalan, nonton film atau konser musik atau sekedar bercanda bersama teman-teman. Mas Gagah yang humoris itu akan membuat lelucon-lelucon santai hingga aku dan teman-temanku tertawa terbahak-bahak. Dengan sedan putihnya ia berkeliling mengantar teman-temanku pulang usai kami latihan teater. Kadang kami mampir dan makan dulu di restoran, atau bergembira ria di Dufan, Ancol.



Tak ada yang tak menyukai Mas Gagah. Jangankan keluarga atau tetangga, nenek-kakek, orang tua dan adik kakak teman-temanku menyukai sosoknya !



“Kakak kamu itu keren, cute, macho dan humoris. Masih kosong nggak sih ?”



“Git, gara-gara kamu bawa Mas Gagah ke rumah, sekarang orang serumahku sering membanding-bandingkan teman cowokku sama Mas Gagah lho ! Gila, berabe khan ?”



“Gimana ya Git, agar Mas Gagah suka padaku ?”



Dan masih banyak lontaran-lontaran senada yang mampir ke kupingku. Aku cuma mesam-mesem. Bangga.



Pernah kutanyakan pada Mas Gagah mengapa ia belum punya pacar. Apa jawabnya ?



“Mas belum minat tuh ! Kan lagi konsentrasi kuliah. Lagian kalau Mas pacaran…, banyak anggaran. Banyak juga yang patah hati ! He…he…he..” kata Mas Gagah pura-pura serius.



Mas Gagah dalam pandanganku adalah sosok ideal. Ia serba segalanya. Ia punya rancangan masa depan, tapi tak takut menikmati hidup. Ia moderat tapi tak pernah meninggalkan sholat !



Itulah Mas Gagah!



Tetapi seperti yang telah kukatakan, entah mengapa beberapa bulan belakangan ini ia berubah ! Drastis ! Dan aku seolah tak mengenal dirinya lagi. Aku sedih. Aku kehilangan. Mas Gagah yang kubanggakan kini entah kemana…



–=oOo=–



“Mas Gagah ! Mas Gagaaaaaahhh!” teriakku kesal sambil mengetuk pintu kamar Mas Gagah keras-keras.



Tak ada jawaban. Padahal kata mama Mas Gagah ada di kamarnya. Kulihat stiker metalik di depan pintu kamar Mas Gagah. Tulisan berbahasa arab gundul. Tak bisa kubaca. Tapi aku bisa membaca artinya : Jangan masuk sebelum memberi salam!



“Assalaamu’alaikuuum!” seruku.



Pintu kamar terbuka dan kulihat senyum lembut Mas Gagah.



“Wa’alaikumussalam warahmatullahi wabarakaatuh. Ada apa Gita? Kok teriak-teriak seperti itu?” tanyanya.



“Matiin kasetnya !” kataku sewot.



“Lho emang kenapa ?”



“Gita kesel bin sebel dengerin kasetnya Mas Gagah ! Memangnya kita orang Arab… , masangnya kok lagu-lagu Arab gitu!” aku cemberut.



“Ini nasyid. Bukan sekedar nyanyian Arab tapi dzikir, Gita !”



“Bodo !”



“Lho, kamar ini kan daerah kekuasaannya Mas. Boleh dong Mas melakukan hal-hal yang Mas sukai dan Mas anggap baik di kamar sendiri,” kata Mas Gagah sabar. “Kemarin waktu Mas pasang di ruang tamu, Gita ngambek…, mama bingung. Jadinya ya, di pasang di kamar.”



“Tapi kuping Gita terganggu Mas! Lagi asyik dengerin kaset Air Supply yang baru…, eh tiba-tiba terdengar suara aneh dari kamar Mas!”



“Mas kan pasang kasetnya pelan-pelan…”



“Pokoknya kedengaran!”



“Ya, wis. Kalau begitu Mas ganti aja dengan nasyid yang bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Bagus, lho !”



“Ndak, pokoknya Gita nggak mau denger!” aku ngloyor pergi sambil membanting pintu kamar Mas Gagah.



Heran. Aku benar-benar tak habis pikir mengapa selera musik Mas Gagah jadi begitu. Kemana kaset-kaset Scorpion, Wham!, Elton John, Queen, Bon Jovi, Dewa, Jamrood atau Giginya?



“Wah, ini nggak seperti itu, Gita ! Dengerin Scorpion atau si Eric Clapton itu belum tentu mendatangkan manfaat, apalagi pahala. Lain lah ya dengan senandung nasyid Islami. Gita mau denger ? Ambil aja di kamar. Mas punya banyak kok !” begitu kata Mas Gagah.



Oalaa !



–=oOo=–



Sebenarnya perubahan Mas Gagah nggak cuma itu. Banyak. Terlalu banyak malah! Meski aku cuma ‘adik kecil’nya yang baru kelas dua SMA, aku cukup jeli mengamati perubahan-perubahan itu. Walau bingung untuk mencernanya.



Di satu sisi kuakui Mas Gagah tambah alim. Sholat tepat waktu, berjama’ah di Masjid, ngomongnya soal agama terus. Kalau aku iseng mengintip di lubang kunci, ia pasti lagi ngaji atau baca buku Islam.



Dan kalau aku mampir di kamarnya, ia dengan senang hati menguraikan isi buku yang dibacanya, atau malah menceramahiku. Ujung-ujungnya,”Ayo dong Gita, lebih feminin. Kalau kamu pakai rok atau baju panjang, Mas rela deh pecahin celengan buat beliin kamu rok atau baju panjang. Muslimah kan harus anggun. Coba Dik manis, ngapain sih rambut ditrondolin gitu !”



Uh. Padahal dulu Mas Gagah oke-oke saja melihat penampilanku yang tomboy. Dia tahu aku cuma punya dua rok! Ya rok seragam sekolah itu saja! Mas Gagah juga nggak pernah keberatan kalau aku meminjam kaos atau kemejanya. Ia sendiri dulu sering memanggilku Gito, bukan Gita ! Eh, sekarang pakai manggil Dik Manis segala!



Hal lain yang nyebelin, penampilan Mas Gagah jadi aneh. Sering juga mama menegurnya.



“Penampilanmu kok sekarang lain, Gah?’



“Lain gimana, Ma ?”



“Ya, nggak semodis dulu. Nggak dandy lagi. Biasanya kamu yang paling sibuk dengan penampilan kamu yang kayak cover boy itu…”



Mas Gagah cuma senyum. “Suka begini, Ma. Bersih, rapi meski sederhana. Kelihatannya juga lebih santun.”



Ya, dalam penglihatanku Mas Gagah jadi lebih kuno dengan kemeja lengan panjang atau baju koko yang dipadu dengan celana panjang semi baggy-nya. “Jadi mirip Pak Gino,” komentarku menyamakannya dengan sopir kami. “Untung saja masih lebih ganteng.”



Mas Gagah cuma terawa. Mengacak-acak rambutku dan berlalu.



Mas Gagah lebih pendiam? Itu juga sangat kurasakan. Sekarang Mas Gagah nggak kocak seperti dulu. Kayaknya dia juga males banget ngobrol lama atau becanda sama perempuan. Teman-temanku bertanya-tanya. Thera, peragawati sebelah rumah, kebingungan.



Dan…yang paling gawat, Mas Gagah emoh salaman sama perempuan!! Kupikir apa sih maunya Mas Gagah?



“Sok kece banget sih Mas? Masak nggak mau salaman sama Tresye? Dia tuh cewek paling beken di Sanggar Gita tahu?” tegurku suatu hari. “Jangan gitu dong. Sama aja nggak menghargai orang !”



“Justru karena Mas menghargai dia makanya Mas begitu,” dalihnya, lagi-lagi dengan nada amat sabar. “Gita lihat khan orang Sunda salaman? Santun meski nggak sentuhan. Itu yang lebih benar!”



Huh. Nggak mau salaman. Ngomong nunduk melulu…, sekarang bawa-bawa orang Sunda. Apa hubungannya?



Mas Gagah membawa sebuah buku dan menyorongkannya padaku. “Baca!”



Kubaca keras-keras. “Dari ‘Aisyah ra. Demi Allah, demi Allah, demi Allah. Rasulullah saw tidak pernah berjabat tangan dengan wanita kecuali dengan mahromnya. Hadits Bukhari Muslim!”



Si Mas tersenyum.



“Tapi Kyai Anwar mau salaman sama mama. Haji Kari, Haji Toto, Ustadz Ali…,” kataku.



“Bukankah Rasulullah uswatun hasanah? Teladan terbaik?” kata Mas Gagah sambil mengusap kepalaku. “Coba untuk mengerti ya, Dik Manis !?”



Dik manis? Coba untuk mengerti? Huh! Dan seperti biasa aku ngeloyor pergi dari kamar Mas Gagah dengan mangkel. Menurutku Mas Gagah terlalu fanatik ! Aku jadi khawatir. Apa dia lagi nuntut ‘ilmu putih’? Ah, aku juga takut kalau dia terbawa oleh orang-orang sok agamis tapi ngawur. Namun…, akhirnya aku nggak berani menduga demikian. Mas-ku itu orangnya cerdas sekali! Jenius malah! Umurnya baru dua puluh satu tahun tapi sudah tingkat empat di FTUI! Dan aku yakin mata batinnya jernih dan tajam. Hanya…, yaaa akhir-akhir ini ia berubah. Itu saja. Kutarik napas dalam-dalam.



–=oOo=–





“Mau kemana, Git!?”



“Nonton sama teman-teman.” Kataku sambil mengenakan sepatu. “Habis Mas Gagah kalau diajak nonton sekarang kebanyakan nolaknya!”



“Ikut Mas aja, yuk!”



“Kemana? Ke tempat yang waktu itu lagi? Ogah! Gita kayak orang bego di sana!”



Aku masih ingat jelas. Beberapa waktu yang lalu Mas Gagah mengajakku ke rumah temannya. Ada pengajian. Terus pernah juga aku diajak menghadiri tabligh akbar di suatu tempat. Bayangin, berapa kali aku dilihatin sama cewek-cewek lain yang kebanyakan berjilbab itu. Pasalnya, aku kesana memakai kemeja lengan pendek, jeans belel dan ransel kumalku. Belum lagi rambut trondol yang nggak bisa aku sembunyiin. Sebenarnya Mas Gagah menyuruhku memakai baju panjang dan kerudung yang biasa mama pakai ngaji. Aku nolak sambil ngancam nggak mau ikut.



“Assalaamu’alaikum!” terdengar suara beberapa lelaki.



Mas Gagah menjawab salam itu. Tak lama kulihat Mas Gagah dan teman-temannya di ruang tamu. Aku sudah hafal dengan teman-teman si Mas ini. Masuk, lewat, nunduk-nunduk, nggak ngelirik aku…, persis kelakuannya Mas Gagah.



“Lewat aja nih, Mas? Gita nggak dikenalin?” tanyaku iseng.



Dulu nggak ada deh teman Mas Gagah yang tak akrab denganku. Tapi sekarang, Mas Gagah nggak memperkenalkan mereka padaku. Padahal teman-temannya lumayan handsome!



Mas Gagah menempelkan telunjuknya di bibir. “Ssssttt !”



Seperti biasa, aku bisa menebak kegiatan mereka. Pasti ngomongin soal-soal ke-Islaman, diskusi, belajar baca Al-Quran atau bahasa Arab…, yaaa begitu deh!!



–=oOo=–



“Subhanallah, berarti kakak kamu ikhwan dong!” seru Tika setengah histeris mendengar ceritaku. Teman akrabku ini memang sudah sebulan ini berjilbab rapi. Memusiumkan semua jeans dan baju-baju you can see-nya.



“Ikhwan?” ulangku. “Makanan apaan tuh? Saudaranya bakwan atau tekwan?” suaraku yang keras membuat beberapa makhluk di kantin sekolah melirik kami.



“Huss! Untuk laki-laki ikhwan, untuk perempuan akhwat. Artinya saudara. Biasa dipakai untuk menyapa saudara seiman kita,” ujar Tika sambil menghirup es kelapa mudanya. “Kamu tahu Hendra atau Isa, kan? Aktivis Rohis kita itu contoh ikhwan paling nyata di sekolah ini.”



Aku manggut-manggut. Lagak Isa dan Hendra memang mirip Mas Gagah.



“Udah deh, Git. Nggak usah bingung. Banyak baca buku Islam. Ngaji! Insya Allah kamu akan tahu meyeluruh tentang dien kita. Orang-orang seperti Hendra, Isa, atau Mas Gagah bukanlah orang-orang yang error. Mereka hanya berusaha mengamalkan Islam dengan baik dan benar. Kitanya saja yang mungkin belum mengerti dan sering salah paham.”



Aku diam. Kulihat kesungguhan di wajah bening Tika, sobat dekatku yang dulu tukang ngocol ini. Tiba-tiba di mataku menjelma begitu dewasa.



“Eh, kapan main ke rumahku? Mama udah kangen tuh! Aku ingin kita tetap dekat, Gita…, meski kita kini punya pandangan yang berbeda,” ujar Tika tiba-tiba.



“Tik, aku kehilangan kamu. Aku juga kehilangan Mas Gagah…,” kataku jujur. “Selama ini aku pura-pura cuek tak peduli. Aku sedih…”



Tika menepuk pundakku. Jilbab putihnya bergerak ditiup angin. “Aku senang kamu mau membicarakan hal ini denganku. Nginap di rumah, yuk. Biar kita bisa cerita banyak. Sekalian kukenalkan pada Mbak Ana.”



“Mbak Ana ?”



“Sepupuku yang kuliah di Amerika! Lucu deh, pulang dari Amrik malah pakai jilbab! Itulah hidayah!”



“Hidayah ?”



“Nginap, ya! Kita ngobrol sampai malam sama Mbak Ana!”



–=oOo=–



“Assalaamu’alaikum, Mas Ikhwan…, eh Mas Gagah !” tegurku ramah.



“Eh adik Mas Gagah! Dari mana aja? Bubar sekolah bukannya langsung pulang!” kata Mas Gagah pura-pura marah, usai menjawab salamku.



“Dari rumah Tika, teman sekolah,” jawabku pendek. “Lagi ngapain, Mas?” tanyaku sambil mengintari kamarnya. Kuamati beberapa poster, kaligrafi, ganbar-gambar pejuang Palestina, Kashmir dan Bosnia. Puisi-puisi sufistik yang tertempel rapi di dinding kamar. Lalu dua rak koleksi buku ke-Islaman..



“Cuman lagi baca !”



“Buku apa ?”



“Tumben kamu pengin tahu?”



“Tunjukin dong, Mas…buku apa sih?” desakku.



“Eit…, Eiiit !” Mas Gagah berusaha menyembunyikan bukunya.



Kugelitik kakinya, dia tertawa dan menyerah. “Nih!” serunya memperlihatkan buku yang sedang dibacanya dengan wajah setengah memerah.



“Nah yaaaa!” aku tertawa. Mas Gagah juga. Akhirnya kami bersama-sama membaca buku ‘Memilih Jodoh dan Tata Cara Meminang dalam Islam’ itu..



“Maaaas…”



“Apa Dik manis?”



“Gita akhwat bukan sih?”



“Memangnya kenapa ?”



“Gita akhwat apa bukan ? Ayo jawab…,” tanyaku manja.



Mas Gagah tertawa. Sore itu dengan sabar dan panjang lebar, ia berbicara kepadaku. Tentang Allah, Rasulullah. Tentang ajaran Islam yang diabaikan dan tak dipahami ummatnya. Tentang kaum Muslimin di dunia yang selalu jadi sasaran fitnah serta pembantaian dan tentang hal-hal lainnya. Dan untuk petamakalinya setelah sekian lama, aku merasa kembali menemukan Mas Gagahku yang dulu.



Mas Gagah dengan semangat terus berbicara. Terkadang ia tersenyum, sesaat sambil menitikkan air mata. Hal yang tak pernah kulihat sebelumnya!!



“Mas kok nangis?”



“Mas sedih karena Allah, Rasul dan Al Islam kini sering dianggap remeh. Sedih karena ummat yang banyak meninggalkan Al-Quran dan Sunnah, juga berpecah belah. Sedih karena saat Mas bersenang-senang dan bisa beribadah dengan tenang, saudara-saudara seiman di Belahan bumi lainnya sedang digorok lehernya, mengais-ngais makanan di jalan, dan tidur beratap langit…”



Sesaat kami terdiam. Ah, Masku yang gagah dan tegar ini ternyata sangat perasa. Sangat peduli…



“Kok…tumben Gita mau dengerin Mas ngomong?” tanya Mas Gagah tiba-tiba.



“Gita capek marahan sama Mas Gagah !” Ujarku sekenanya.



“Emangnya Gita ngerti yang Mas katakan?”



“Tenang aja, Gita nyambung kok!” kataku jujur. Ya, Mbak Ana juga pernah menerangkan hal demikian. Aku ngerti deh meski nggak mendalam.



Malam itu aku tidur ditemani tumpukan buku-buku Islam milik Mas Gagah. Kayaknya aku dapat hidayah!



–=oOo=–



Hari-hari berlalu. Aku dan Mas Gagah mulai dekat lagi sepeti dulu. Meski aktivitas yang kami lakukan berbeda dengan yang dahulu.



Kini tiap Minggu kami ke Sunda Kelapa atau Wali Songo, mendengarkan ceramah umum. Atau ke tempat-tempat tabligh Akbar digelar. Kadang cuma aku dan Mas Gagah, kadang-kadang bila sedikit kupaksa Mama Papa juga ikut.



“Masa sekali aja nggak bisa, Pa…, tiap minggu rutin ngunjungin relasi ini itu. Kebutuhan rohaninya kapan?” tegurku.



Biasanya Papa hanya mencubit pipiku sambil menyahut, “Iya deh, iya!”



Pernah juga Mas Gagah mengajakku ke acara pernikahan temannya. Aku sempat bingung juga. Soalnya pengantinnya nggak bersanding tapi terpisah! Tempat acaranya juga gitu. Dipisah antara lelaki dan perempuan. Terus bersama souvenir, para tamu dibagikan risalah nikah juga. Di sana ada dalil-dalil mengapa walimah mereka dilaksanakan seperti itu. Dalam perjalanan pulang, baru Mas Gagah memberi tahu bagaimana hakikat acara pernikahan dalam Islam. Acara itu tak boleh menjadi ajang kemaksiatan dan kemubaziran, harus Islami dan semacamnya. Ia juga wanti-wanti agar aku tak mengulangi ulah mengintip tempat cowok dari tempat cewek!



Aku nyengir kuda.



Tampaknya Mas Gagah mulai senang pergi denganku. Soalnya aku mulai bisa diatur. Pakai baju yang sopan, pakai rok panjang, ketawa nggak cekakaan.



“Nyoba pakai jilbab, Git !” pinta Mas Gagah suatu ketika.



“Lho, rambut Gita kan udah nggak trondol! Lagian belum mau deh jreng!”



Mas Gagah tersenyum. “Gita lebih anggun kalau pakai jilbab dan lebih dicintai Allah. Kayak Mama”.



Memang sudah beberapa hari ini mama berjilbab. Gara-garanya dinasehatin terus sama si Mas, di beliin buku-buku tentang wanita, juga dikomporin sama teman-teman pengajian beliau.



“Gita mau, tapi nggak sekarang…,” kataku. Aku memikirkan bagaimana dengan seabreg aktivitasku kini, prospek masa depan (ceila) dan semacamnya.



“Itu bukan halangan.” Ujar Mas Gagah seolah mengerti jalan pikiranku.



Aku menggelengkan kepala. Heran, Mama yang wanita karier itu kok cepat sekali terpengaruh sama Mas Gagah!



“Ini hidayah, Gita!” kata Mama. Papa yang duduk di samping beliau senyum-senyum.



“Hidayah? Perasaan Gita duluan deh yang dapat hidayah baru Mama! Gita pakai rok aja udah hidayah!”



“Lho?” Mas Gagah bengong.



–=oOo=–



Dengan penuh kebanggaan, kutatap lekat wajah Mas Gagah. Gimana nggak bangga? Dalam acara Studi Tentang Islam yang diadakan FTUI untuk umum ini, Mas Gagah menjadi salah satu pembicaranya! Aku yang berada di antara ratusan peserta ini rasa-rasanya ingin berteriak, “Hei, itu kan Mas Gagah-ku !”



Mas Gagah tampil tenang. Gaya penyampaiannya bagus, materi yang dibawakannya menarik dan retorikanya luar biasa! Semua hening mendengar ia bicara. Aku juga. Mas Gagah fasih mengeluarkan ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Rasul. Menjawab semua pertanyaan dengan baik dan tuntas. Aku sempat bingung lho, kok Mas Gagah bisa sih? Bahkan materi yang disampaikannya jauh lebih bagus daripada yamh dibawakan oleh kyai-kyai kondang atau ustadz tenar yang biasa kudengar!



Pada kesempatan itu juga Mas Gagah berbicara tentang muslimah masa kini dan tantangannya dalam era globalisasi.



“Betapa Islam yang jelas-jelas mengangkat harkat dan martabat wanita, dituduh mengekang wanita hanya karena mensyariatkan jilbab. Jilbab sebagai busana taqwa, sebagai identitas muslimah, diragukan bahkan oleh para muslimah kita, oleh orang Islam sendiri,” kata Mas Gagah.



Mas Gagah terus bicara. Tiap katanya kucatat di hati ini.



–=oOo=–



Lusa ulang tahunku. Dan hari ini sepulang sekolah, aku mampir ke rumah Tika. Minta diajarkan memakai jilbab yang rapi. Tuh anak sempat histeris juga. Mbak Ana senang dan berulang kali mengucap hamdalah.



Aku mau ngasih kejutan buat Mas Gagah! Mama bisa dikompakin. Nanti sore aku akan mengejutkan Mas Gagah. Aku akan datang ke kamarnya memakai jilbab putihku. Kemudian mengajaknya jalan-jalan untuk persiapan tasyakuran ultah ketujuh belasku.



Kubayangkan ia akan terkejut gembira, memelukku. Apalagi aku ingin Mas Gagah yang memberikan ceramah pada acara tasyakuran yang insya Allah mengundang teman-teman dan anak-anak panti yatim piatu dekat rumah kami.



“Mas Ikhwan!! Mas Gagaaaaah! Maaasss! Assalaamu’alaikum!” kuketuk pintu kamar Mas Gagah dengan riang.



“Mas Gagah belum pulang,” kata Mama.



“Yaaaaa, kemana sih, Ma??!” keluhku.



“Kan diundang ceramah di Bogor. Katanya langsung berangkat dari kampus…”



“Jangan-jangan nginep, Ma. Biasanya malam minggu kan suka nginep di rumah temannya, atau di Masjid.”



“Insya Allah nggak. Kan Mas Gagah inget ada janji sama Gita hari ini,” hibur mama menepis gelisahku.



Kugaruk-garuk kepalaku yang tak gatal. Entah mengapa aku kangen sekali dengan Mas Gagah.



“Eh, jilbab Gita mencong-mencong tuh !” Mama tertawa.



Tanganku sibuk merapikan jilbab yang kupakai. Tersenyum pada Mama.



–=oOo=–



Sudah lepas Isya. Mas Gagah belum pulang juga.



“Mungkin dalam perjalanan. Bogor kan lumayan jauh…” hibur Mama lagi.



Tetapi detik demi detik, menit demi menit berlalu. Sampai jam sepuluh malam, Mas Gagah belum pulang juga.



“Nginap barangkali, Ma?” duga Papa.



Mama menggeleng. “Kalau mau nginap Gagah selalu bilang, Pa!”



Aku menghela napas panjang. Menguap. Ngantuk. Jilbab putih itu belum juga kulepaskan. Aku berharap Mas Gagah segera pulang dan melihatku memakainya.



“Kriiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiinggg !!” Telpon berdering.



Papa mengangkat telepon. “Halo, ya betul. Apa? Gagah???”



“Ada apa , Pa?” tanya Mama cemas.



“Gagah…, kecelakaan…, Rumah Sakit… Islam…,” suara Papa lemah.



“Mas Gagaaaaaahhh!!!” Air mataku tumpah. Tubuhku lemas.



Tak lama kami sudah dalam perjalanan menuju Cempaka Putih. Aku dan Mama menangis berangkulan. Jilbab kami basah.



–=oOo=–



Dari luar kamar kaca, kulihat tubuh Mas Gagah terbaring lemah. Tangan, kaki, kepalanya penuh perban. Informasi yang kudengar, sebuah truk menghantam mobil yang dikendarai Mas Gagah. Dua teman Mas Gagah tewas seketika, sedang kondisi Mas Gagah kritis.



Dokter melarang kami untuk masuk ke dalam ruangan.



“Tapi saya Gita, adiknya, Dok! Mas Gagah pasti mau lihat saya pakai jilbab iniii!” kataku emosi pada dokter dan suster di depanku.



Mama dengan lebih tenang merangkulku, “Sabar, Sayang…, sabar.”



Di pojok ruangan papa tampak serius berbicara dengan dokter yang khusus menangani Mas Gagah. Wajah mereka suram.



“Suster, Mas Gagah akan hidup terus kan, suster? Dokter? Ma?” tanyaku. “Papa, Mas Gagah bisa ceramah pada syukuran Gita kan?” air mataku terus mengalir.



Tapi tak ada yang menjawab pertanyaanku kecuali kebisuan dinding putih rumah sakit. Dan dari kamar kaca kulihat tubuh yang biasa gagah enerjik itu bahkan tak bergerak!



“Mas Gagah, sembuh ya, Mas…, Mas…Gagah…, Gita udah jadi adik Mas yang manis. Mas… Gagah…,” bisikku.



Tiga jam kemudian kami masih berada di rumah sakit.. Sekitar ruang ICU kini telah sepi. Tinggal kami dan seorang bapak paruh baya yang menunggui anaknya yang juga dalam kondisi kritis. Aku berdoa dan terus berdoa. Ya Allah, selamatkan Mas Gagah…, Gita, Mama dan Papa butuh Mas Gagah…, umat juga.”



Tak lama dokter Joko yang menangani Mas Gagah menghampiri kami. “Ia sudah sadar dan memanggil nama ibu, bapak, dan Gi…”



“Gita..” suaraku serak menahan tangis.



“Pergunakan waktu yang ada untuk mendampinginya seperti permintaannya. Sukar baginya untuk bertahan. Maafkan saya…, lukanya terlalu parah,” perkataan terakhir dokter Joko mengguncang perasaan, menghempaskan harapanku!



“Mas…, ini Gita, Mas…,” sapaku berbisik.



Tubuh Mas Gagah bergerak sedikit. Bibirnya seolah ingin mengucapkan sesuatu.



Kudekatkan wajahku kepadanya. “Gita sudah pakai.. jilbab,” lirihku. Ujung jilbabku yang basah kusentuhkan pada tangannya.



Tubuh Mas Gagah bergerak lagi.



“Dzikir…, Mas,’ suaraku bergetar. Kupandang lekat-lekat wajah Mas Gagah yang separuhnya tertutup perban. Wajah itu begitu tenang…



“Gi…ta…”



Kudengar suara Mas Gagah! Ya Allah, pelan sekali!



“Gita di sini, Mas…”



Perlahan kelopak matamya terbuka. Aku tersenyum.



“Gita… udah pakai… jilbab…,” kutahan isakku.



Memandangku lembut, Mas Gagah tersenyum. Bibirnya seolah mengucapkan sesuatu seperti hamdalah.



“Jangan ngomong apa-apa dulu, Mas…,” ujarku pelan ketika kulihat ia berusaha lagi untuk mengatakan sesuatu.



Mama dan Papa memberi isyarat untuk gantian. Ruang ICU memang tak bisa dimasuki beramai-ramai. Dengan sedih aku keluar. Ya Allah…, sesaat kulihat Mas Gagah tersenyum. Tulus sekali!



Tak lama aku bisa menemui Mas Gagah lagi. Dokter mengatakan Mas Gagah tampaknya menginginkan kami semua berkumpul.



Kian lama kurasakan tubuh Mas Gagah semakin pucat. Tapi sebentar-sebentar masih tampak bergerak. Tampaknya ia juga masih bisa mendengar apa yang kami katakan meski hanya bisa membalasnya dengan senyuman dan isyarat mata.



Kuusap setitik lagi airmata yang jatuh. “Sebut nama Allah banyak-banyak…, Mas,” kataku sambil menggenggam tangannya. Aku sudah pasrah pada Allah. Aku sangat menginginkan Mas Gagah terus hidup. Tapi sebagai insan beriman, seperti juga yang diajarkan Mas Gagah, aku pasrah pada ketentuan Allah. Allah tentu tahu apa yang terbaik bagi Mas Gagah.



“Laa…ilaaha…illa…llah…, Muham…mad…Ra…sul…Al…lah…,” suara Mas Gagah pelan, namun tak terlalu pelan untuk kami dengar.



Mas Gagah telah kembali pada Allah. Tenang sekali. Seulas senyum menghiasi wajahnya.



Aku memeluk tubuh yang terbujur kaku dan dingin itu kuat-kuat. Mama dan Papa juga. Isak kami bersahutan walau kami rela dia pergi.



Selamat jalan, Mas Gagah !



–=oOo=–



(Epilog)



Buat ukhti manis Gita Ayu Pratiwi,

Semoga memperoleh umur yang berkah,

Dan jadilah muslimah sejati

Agar Allah selalu besertamu.

Sun Sayang,



Mas Ikhwan, eh Mas Gagah !



Kubaca berulang kali kartu ucapan Mas Gagah. Keharuan memenuhi rongga-rongga dadaku.



Gamis dan jilbab hijau muda, manis sekali. Akh, ternyata Mas Gagah telah mempersiapkan kado untuk hari ulang tahunku. Aku tersenyum miris.

Kupandangi kamar Mas Gagah yang kini lengang. Aku rindu panggilan dik manis, Aku rindu suara nasyid. Rindu diskusi-diskusi di kamar ini. Rindu suara merdu Mas Gagah melantunkan kalam Ilahi yang selamanya tiada kudengar lagi. Hanya wajah para Mujahid di dinding kamar yang menatapku. Puisi-puisi sufistik yang seolah bergema di ruang ini…



Setitik air mataku jatuh lagi.



“Mas, Gita akhwat bukan sih?”

“Ya, Insya Allah akhwat!”

“Yang bener?”

“Iya, dik manis!”

“Kalau ikhwan itu harus ada jenggotnya, ya?!”

“Kok nanya gitu?”

“Lha, Mas Gagah ada jenggotnya!”

“Ganteng kan?”



“Uuu! Eh, Mas, kita kudu jihad, ya? Jihad itu apa sih?”

“Ya always dong ! Jihad itu… “



Setetes, dua tetes, air mataku kian menganak sungai.

Kumatikan lampu. Kututup pintu kamarnya pelan-pelan.

Selamat jalan, Mas Ikhwan! Selamat jalan, Mas Gagah!



HTR, Depok, 1993

Ketika Mas Gagah Pergi dimata Salim A Fillah

Suatu hari di tahun 1999, saya membaca novelet Ketika Mas Gagah Pergi di perpustakaan Rohis Al Uswah, SMA Negeri 1 Yogyakarta. Saya akan kesulitan menjawab jika ditanya kesan atas kisah apik ini. Mungkin tak sedahsyat rekan-rekan pembaca lain yang berubah hidupnya, tapi ada hutang tak terbayar yang harus saya akui.

Ketika Mas Gagah Pergi membantu saya mengerti bahwa Allah memberi hidayah bagi siapapun yang dikehendakiNya dengan jalan yang sering di luar rencana para da'i. Ia menunjukkan dengan jernih betapa Allah menghargai setiap langkah kecil yang diayun menujuNya; yang bagi satu dan lain orang bisa berbeda kerumitannya.

Memahami dan menghargai proses hijrah seperti terkisah tentang Gagah, Gita, ataupun Nadia, telah membantu saya untuk merumuskan bahasa dakwah dalam tulisan dan penyampaian saya selama ini.

Pemahaman seperti itu yang membuat tajuk buku saya selama ini disusuni kata semacam "Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan" dan bukan "Hukum Pacaran dalam Islam"; "Agar Bidadari Cemburu Padamu" dan bukan "Kemuliaan Wanita dalam Syari'at"; serta "Dalam Dekapan Ukhuwah", dan bukan "Asas-asas Persaudaraan".

Proses hijrah adalah tentang hati. Hati sering bukan luluh oleh argumentasi, melainkan cinta yang terasa dengan menunjukkan pada sesama bahwa kita mau mengerti.

Ketika Mas Gagah Pergi, bagi saya, adalah tentang bagaimana seharusnya menghadirkan hati dalam mengabdi pada Allah dan menggamit sebanyak-banyak hati dalam pengabdian itu.

Semua hutang pemahaman ini mengaliri darah saya dalam berkarya hingga ketika sang penulis, Yunda Helvy Tiana Rosa, menceritakan semangatnya untuk menjadikan novelet itu film dakwah dengan segala idealismenya, lisan saya kelu untuk menolak permintaan janji membantunya.

Ketika itu, beberapa tahun lalu, saya tak tahu bagaimana harus membantu.

Sebelas tahun menunda produksi karena tak adanya PH yang dirasa sevisi; menolak para pemodal besar demi mempertahankan bagian cerita tentang Palestina; dan rela berpayah-payah berkeliling negeri untuk menggalang patungan crowd-funding, yang barangkali satu-satunya untuk pembuatan film; telah mencekamkan malu di hati pada Yunda Helvy, dan meyakinkan saya akan kesungguhan idealismenya.

"Dek, sepuluh tahun lalu kamulah tokoh Yudi!", begitu yang sering diulangnya. Dengan sangat serius, direkanya seorang tokoh pelengkap bagi cerita bernama Kyai Ghufron, kakak Yudi, sekaligus jalan hidayah yang mengubah hidup Mas Gagah. Dengan sungguh-sungguh dia katakan, "Dek, kamu harus berperan!"

Saya tercekat dalam diam, selama lebih dari dua bulan.

Begitu banyak pertimbangan yang harus saya renungkan. Dunia film betul-betul sesuatu yang asing, dengan segala citra dan konotasinya. Haruskah saya masuk? Haruskah saya membantu dengan cara seterlibat itu?

Saya harus membuka-buka ulang berbagai kajian fiqih tentang seni, menelaah lagi berbagai pendapat fuqaha' tentang cerita fiksi, serta menggali-gali lagi pandangan dan keterlibatan para 'ulama dalam hal semacam ini. Dan bersama itu semua, saya harus berulang-kali bertanya pada hati.

Begitulah, dengan bimbang dan jerih yang meningkahi istikharah, akhirnya saya terbawa ke Tanah Baabullah.

Agaknya saya harus memandang momen ini sebagai bagian dari tapak-tapak perbaikan diri saya sendiri. Saya harus menggunakan karakter Kyai Ghufron yang saya bawakan sebagai cermin. Dan alangkah masih jauh dan curamnya jalur pendakian yang harus saya tempuh untuk menjadi pengabdi ummat seperti Kyai Ghufron, seterjal mendaki Gunung Gamalama dengan berulangkali jatuh ke gravitasi kuat Danau Tolire.

Saya akan terus berdoa, untuk mereka yang tertawa-tawa ketika saya cium tangan-tangan yang tapaknya kasar oleh keteguhan berkarya.

Dengan janji dan tekad film ini untuk menghibahkan Rp. 1 Milyar pendapatannya bagi pendidikan bocah-bocah di Indonesia Timur serta Rp. 1 Milyar pula untuk anak-anak Palestina; andalah kiranya para penonton semua, yang akan membantu wujudnya sosok-sosok Mas Gagah yang menyalakan kembali ruh jihad Baabullah, membebaskan Palestina.

Ya, dari Negeri Baabullah; sampai kita semua merapatkan kaki dan bahu dalam shalat jama'ah sebagai Mas Gagah-Mas Gagah, di bawah naungan kubah Masjidil Aqsha yang merdeka..

sepenuh cinta,
Penerbangan Ternate-Jakarta, 30 Oktober 2015
Salim A. Fillah

Singkatan GAUL tapi PRON

👈Waspada buat yang punya anak ABG: 🙇

💢 Berikut 28 singkatan di internet /smart phone yang sebaiknya diketahui orangtua:
1. IWSN - I want sex now
2. GNOC - Get naked on camera
3. NIFOC - Naked in front of computer
4. PIR - Parent in room
5 CU46 - See you for sex
6. 53X - Sex
7. 9 - Parent watching
8. 99 - Parent gone
9. 1174' - Party meeting place
10. THOT - That hoe over there
Kode untuk Narkoba
11. CID - Acid (the drug)
12. Broken - Hungover from alcohol
13. 420 - Marijuana
14. POS - Parent over shoulder
15. SUGARPIC - Suggestive or erotic photo
16. KOTL - Kiss on the lips
17. (L)MIRL - Let's meet in real life
18. PRON - Porn
19. TDTM - Talk dirty to me
20. 8 - Oral sex
21. CD9 - Parents around/Code 9
22. IPN - I'm posting naked
23. LH6 - Let's have sex
24. WTTP - Want to trade pictures?
25. DOC - Drug of choice
26. TWD - Texting while driving
27. GYPO - Get your pants off
28. KPC- Keeping parents clueless..

Semoga anak2 kita terlindung dr hal2 yg negative.. 🙏
Silahkan share sebanyak2nya.. Smg bs membantu melindungi anak2 kita lain nya...🌺

Jumat, 22 Januari 2016

Keluarga yang utama

Siapa yang menolongmu ke surga?

Suatu hari saya bersenggolan dengan seseorang yang tidak saya kenal. “Oh, maafkan saya,” reaksi spontan saya. Ia juga berkata: “Maafkan saya juga.” Orang itu dan saya berlaku sangat sopan. Kami pun berpisah dan mengucapkan salam.

Namun cerita jadi lain, begitu sampai di rumah. Pada hari itu juga, saat saya sedang menelphone salah satu kolega terbaik saya, dengan bahasa sangat lembut dan santun untuk meraih simpati kolega saya itu, tiba2 anak lelaki saya berdiri diam-diam di belakang saya. Saat saya berbalik,
hampir saja membuatnya jatuh. "Minggir!!! Main sana, ganggu saja!!!" teriak saya dengan marah. Ia pun pergi dengan hati hancur dan merajuk.

Saat saya berbaring di tempat tidur malam itu, dengan halus, Tuhan berbisik, "Akan kusuruh malaikat menyabut nyawamu dan mengambil hidupmu sekarang, namun sebelumnya, aku akan izinkan kau melihat lorong waktu sesudah kematianmu. Sewaktu kamu berurusan dengan orang yang tidak kau kenal, etika kesopanan kamu gunakan. Tetapi dengan anak yang engkau kasihi, engkau perlakukan dengan sewenang-wenang, akan kuberi lihat setelah kematianmu hari ini, bagaimana keadaan atasanmu, kolegamu, sahabat dunia mayamu, serta keadaan keluargamu"
Lalu aku pun melihat, hari itu saat jenazahku masih diletakkan di ruang keluarga, hanya satu orang sahabat dunia mayaku yg datang, selebihnya hanya mendoakan lewat grup, bahkan jg ada yg tdk komentar apapun atas kepergianku, dan ada yg hanya menulis 3 huruf singkat, 'RIP'.
Lalu teman-temanku sekantor, hampir semua datang, sekejap melihat jenazahku, lalu mereka asik foto-foto dan mengobrol, bahkan ada yg asik membicarakan aibku sambil tersenyum-senyum. Bos yg aku hormati, hanya datang sebentar, melihat jenazahku dalam hitungan menit langsung pulang. Dan kolegaku, tidak ada satupun dari mereka yang aku lihat.
Lalu kulihat anak-anakku menangis dipangkuan istriku, yang kecil berusaha menggapai2 jenazahku meminta aku bangun, namun istriku menghalaunya. istriku pingsan berkali-kali, aku tidak pernah melihat dia sekacau itu. Lalu aku teringat betapa sering aku acuhkan panggilannya yg mengajakku mengobrol, aku selalu sibuk dengan hpku, dengan kolega2 dan teman2 dunia mayaku, lalu aku lihat anak2ku.. Sering kuhardik dan kubentak mereka saat aku sedang asik dengan ponselku, saat mereka ribut meminta ku temani. Oh Ya Allah.. Maafkan aku.

lalu aku melihat tujuh hari sejak kematianku, teman-teman sudah melupakanku, sampai detik ini aku tidak mendengar aku mendapatkan doa mereka untukku, perusahaan telah menggantiku dengan karyawan lain, teman-teman dunia maya masih sibuk dengan lelucon2 digrup, tanpa ada yg mbahasku ataupun bersedih terhadap ketiadaanku di grup mereka.
Namun, aku melihat istriku masih pucat dan menangis, airmatanya selalu menetes saat anak2ku bertanya dimana papah mereka? Aku melihat dia begitu lunglai dan pucat, kemana gairahmu istriku?
Oh Ya Allah Maafkan aku..

Hari ke 40 sejak aku tiada.
Teman FB ku lenyap secara drastis, semua memutuskan pertemanan denganku, seolah tidak ingin lagi melihat kenanganku semasa hidup, bosku, teman2 kerja, tdk ada satupun yang mengunjungiku kekuburan ataupun sekedar mengirimkan doa.
Lalu kulihat keluargaku, istriku sudah bisa tersenyum, tapi tatapannya masih kosong, anak2 masih ribut menanyakan kapan papahnya pulang, yang paling kecil yang paling kusayang, masih selalu menungguku dijendela, menantikan aku datang.

Lalu 15 tahun berlalu.
Kulihat istriku menyiapkan makanan untuk anak2ku, sudah mulai keliatan guratan tua dan lelah diwajahnya, dia tidak pernah lupa mengingatkan anak2 bahwa ini hari jumat, jangan lupa kekuburan papah, jangan lupa berdoa setiap sholat, lalu aku membaca tulisan disecarik kertas milik putriku malam itu, dia menulis.. "Seandainya saja aku punya papah, pasti tidak akan ada laki2 yang berani tidak sopan denganku, tidak akan aku lihat mamah sakit2an mencari nafkah seorang diri buat kami, oh Ya Allah.. Kenapa Kau ambil papahku, aku butuh papahku Ya Allah.." kertas itu basah, pasti karena airmatanya..
Ya Allah maafkanlah aku..

Sampai bertahun2 anak2 dan istriku pun masih terus mendoakanku setelah sholat, agar aku selalu berbahagia diakherat sana.

Lalu seketika,, aku terbangun.. Dan terjatuh dari dipan.. Oh Ya Allah Alhamdulillah.. Ternyata aku cuma bermimpi..

Pelan-pelan aku pergi ke kamar anakku dan berlutut di dekat tempat tidurnya, masih aku lihat airmata disudut matanya, kasihan sekali, terlalu kencang aku menghardik mereka..
“Anakku, papah sangat menyesal karena telah berlaku kasar padamu.“Si kecilku pun terbangun dan berkata, “Oh papah, tidak apa-apa. Aku tetap mencintaimu.”
“Anakku, aku mencintaimu juga. Aku benar-benar mencintaimu, maafkan aku anakku” Dan kupeluk anakku. Kuciumi pipi dan keningnya.
Lalu kulihat istriku tertidur, istriku yang sapaannya sering kuacuhkan, ajakannya bicara sering kali aku sengaja berpura2 tidak mendengarnya, bahkan pesan2 darinya sering aku anggap tak bermakna, maafkan aku istriku, maafkan aku.

Air mataku tak bisaku bendung lagi.
Apakah kita menyadari bahwa jika kita mati besok pagi, perusahaan di mana kita bekerja akan dengan mudahnya mencari pengganti kita dalam hitungan hari? Teman2 akan melupakan kita sebagai cerita yang sudah berakhir, beberapa masih menceritakan aib2 yang tidak sengaja kita lakukan. Teman2 dunia maya pun tak pernah membahas lagi seolah, aku tidak pernah mengisi hari2 mereka sebagai badut di grup.
Lalu aku rebahkan diri disamping istriku, ponselku masih terus bergetar, berpuluh puluh notifikasi masuk menyapaku, menggelitik untuk aku buka, tapi tidak.. tidak.. Aku matikan ponselku dan aku pejamkan mata, maaf.. Bukan kalian yang akan membawaku ke surga, bukan kalian yang akan menolongku dari api neraka, tapi ini dia.. Keluargaku..
keluarga yang jika kita tinggalkan akan merasakan kehilangan selama sisa hidup mereka.

Silahkan dishare jika dirasa bermanfaat.

Rabu, 20 Januari 2016

Propaganda LIBERAL


Berikut aneka PROPAGANDA LIBERAL dan jawabannya.

1. PROPAGANDA SHALAT :

"Buat apa SHALAT kalau Riya' tidak Ikhlas, karena tidak diterima oleh Allah SWT. Lebih baik bersihkan hati dulu, nanti kalau sudah Ikhlas tidak Riya', maka baru Shalat agar diterima oleh Allah SWT."

TARGET :

Kalimat ini bertujuan untuk pembenaran meninggalkan Shalat dengan "dalih" pembersihan hati dulu.

JAWAB :

Wajib Shalat walau masih Riya' belum Ikhlas, karena Shalat adalah KEWAJIBAN AGAMA. Setiap muslim, ikhlas atau pun riya', rela atau pun terpaksa, tetap WAJIB mendirikan Shalat.

Dan Shalat adalah BENTENG dari segala perbuatan KEJI dan MUNKAR, termasuk Riya', sebagaimana firman Allah Swt dalam QS.29.Al-'Ankabuut ayat 45 :


"Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (Al-Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."

Justru : Shalat adalah OBAT HATI yang bisa menyembuhkan dan menghilangkan penyakit hati seperti Riya dan 'Ujub. Bagaimana penyakit hati bisa sembuh tanpa mendirikan Shalat ?!

2. PROPAGANDA JILBAB :

"Lebih baik tidak pakai JILBAB, tapi hatinya baik, daripada pakai Jilbab tapi hatinya busuk."

TARGET :

Kalimat ini bertujuan untuk membenarkan pelepasan Jilbab dengan "dalih" yang penting hatinya baik.

JAWAB :

Jilbab adalah KEWAJIBAN AGAMA, baik si pemakai berhati baik mau pun buruk, maka Jilbab tetap WAJIB dikenakan oleh para Wanita Muslimah sesuai dengan ketentuan Syariat, sebagaimana firman Allah Swt dalam QS.33.Al-Ahzaab ayat 59 :

"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Justru : Jilbab juga termasuk OBAT HATI yang akan ikut merangsang penyembuhan penyakit hati, sekaligus identitas muslimah yang jadi benteng dari segala gangguan.

Karenanya, lebih baik pakai jilbab dan berhati baik, daripada berhati baik tanpa jilbab, apalagi berhati busuk tanpa jilbab.

3. PROPAGANDA KEPEMIMPINAN :

"Lebih baik PEMIMPIN KAFIR asal jujur, adil, baik, cerdas dan pekerja keras, daripada PEMIMPIN MUSLIM yang khianat, jahat, bejat, bodoh dan pemalas."

TARGET :

Kalimat ini bertujuan untuk membolehkan orang Kafir memimpin umat Islam di wilayah mayoritas muslim.

JAWAB :

Berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah serta Al-Ijma' bahwasanya Orang Kafir HARAM memimpin umat Islam di negeri Islam atau di wilayah mayoritas muslim.

Silakan lihat kembali : Dalil Qur'ani tentang Haramnya Orang Kafir Memimpin Muslim yang pernah dimuat Web dan Fan Page kita pada tanggal 23 September 2014.]

Karenanya, lebih baik Pemimpin Muslim yang jujur, adil, baik, cerdas dan pekerja keras, daripada Pemimpin Kafir yang jujur, adil, baik, cerdas dan pekerja keras, apalagi Pemimpin Kafir yang khianat, jahat, bejat, bodoh dan pemalas.

4. PROPAGANDA POLITIK :

"Islam itu suci dan Ulama itu mulia, sedang POLITIK kotor. Karenanya, jangan bawa Islam dan Ulama ke dalam politik."

TARGET :

Kalimat ini bertujuan untuk menjauhkan Islam dan Ulama dari politik agar para Politisi Durjana bebas dan leluasa mengatur Negara dan Bangsa sesuai "Syahwat Syaithooniyyah" nya.

JAWAB :

Islam itu suci dan Ulama itu mulia, sedang politik itu PENTING untuk mengurus negara dan bangsa. Karenanya, hanya Islam suci dan Ulama mulia yang boleh masuk ke dalam politik agar tidak dikotori oleh para Politisi Durjana.

Karenanya, Islam menjadikan BAB KHILAFAH menjadi salah satu Bab penting dalam Fiqih Islam. Dan Rasulullah SAW bersama Khulafa Rasyidin rodhiyallaahu 'anhum, telah mempraktekkan POLITIK ISLAM yang benar lagi bersih untuk menjadi suri tauladan bagi segenap umat Islam.

5. PROPAGANDA TATHBIQ SYARIAH :

"SYARIAT ISLAM adalah aturan hukum yang bagus, saat diterapkan di zaman Generasi Terbaik "Shahabat", maka hasilnya bagus. Sedang zaman sekarang generasi umat Islam sangat lemah dan tidak bagus, sehingga tak mampu jalankan Syariah yang begitu paripurna. Karenanya, umat Islam saat ini jangan sibuk dengan perjuangan TATHBIQ SYARIAH dulu, tapi harus fokus kepada perbaikan diri sendiri dulu."

TARGET :

Kalimat ini bertujuan agar umat Islam tidak lagi menperjuangkan Tathbiq Syariah dengan "dalih" memperbaiki diri dulu.

JAWAB :

Syariat Islam adalah aturan hukum yang bagus, dan selalu dijalankan oleh para Shahabat, sehingga menjadi Generasi Terbaik.

Nah, generasi zaman sekarang yang lemah dan kurang bagus, justru karena tidak jalankan Syariat Islam dengan baik.

Karenanya, generasi sekarang wajib mencontoh para Shahabat dalam menjalankan Syariah yang begitu paripurna, sehingga bisa menjadi generasi yang bagus juga.

INGAT : Dahulu para Shahabat sebelum masuk Islam merupakan Generasi Jahiliyah yang buruk, lalu masuk Islam dan menjalankan Syariah Islam, sehingga menjadi Generasi Terbaik sebagaimana dipuji oleh Allah Swt dalam QS.3.Aali 'Imraan ayat 110 :

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah."

Kesimpulannya, siapa yang ingin menjadi Generasi Terbaik, maka wajib perjuangkan Tathbiq Syariah, karena Syariah lah yang mampu merubah pribadi dan masyarakat menjadi Generasi Terbaik.

Hasbunallaahu Wa Ni'mal Wakiil ...
Ni'mal Maulaa wa ni"man nashir. Aamiin

Senin, 18 Januari 2016

Gula pasir apa gula merah??

Perbedaan Gula Pasir, Gula Batu dan Gula Merah.

Gula adalah pemanis makanan yang banyak disukai orang.

Penggunaan Gula biasanya dengan cara menambahkan pada makanan dan minuman,
jarang sekali orang yang mengkonsumsi gula secara langsung.

Di masyarakat ada 3 jenis gula yang dikenalyaitu Gula Pasir, Gula Batu dan Gula Merah.

Namun meskipun sama-sama manis rasanya, ternyata antara Gula Pasir, Gula Batu dan Gula Merah mempunyai DAMPAK yang BERBEDA bagi TUBUH KHUSUS-nya bagi PANKREAS.

DAMPAK PENGGUNAAN Gula-Gula TERHADAP PANKREAS...

✔ GULA PASIR.

Untuk MENGUBAH Gula Pasir MENJADI GULA DARAH.
Tubuh HANYA Memerlukan Waktu 3 Menit.

Tetapi Untuk MENGUBAH GULA DARAH Menjadi ENERGI yang DAPAT DISIMPAN Dalam OTOT,
PANKREAS MEMERLUKAN Waktu kira-kira 140 Menit.

Mengapa...?
karena Proses Pembuatan Gula Pasir yang di-Panaskan sampai dengan 400 Derajat Celcius...

Semakin Tinggi Proses Pemanasan Makanan,
makanan akan Semakin Sulit Dicerna.

Dalam Satu Hari, PANKREAS yang NORMAL Hanya Mampu Mengubah 5 Gr (½ Sendok makan) Gula Pasir Menjadi Energi.

Bagaimana jika kita Mengkonsumsi Lebih dari ½ Sendok Makan Gula Pasir...?

Sisa Gula Pasir yang Tidak bisa diproses oleh Pankreas Akan Tertimbun Dalam Tubuh MENJADI "Gula Darah dan LEMAK".

Lama-kelamaan Tubuh kita akan terkena Penyakit DIABETES.

Jadi.
Apakah kita masih tertarik Untuk meng-Konsumsi Gula Pasir Sesukanya/ Seenaknya...?

✔ GULA BATU.

Adalah Gula yang ber-Bentuk seperti Batu (bening/putih & mirip dengan es batu).

Proses Pembuatannya hampir sama dengan gula pasir, namun suhu yang diperlukan untuk memprosesnya "tidak setinggi" seperti pada gula pasir.

Dalam 1 Hari, Pankreas yang Normal MAMPU meng-UBAH 60 Gr (sekitar 6 Sdk Mkn) Gula Batu men-JADI Energi.

Dengan Demikian Gula Batu tergolong LEBIH SEHAT Dibanding Gula Pasir.

✔ GULA MERAH...
Dikenal juga dengan nama GULA JAWA.

Adalah Gula yang Dibuat Dari Bunga pohon Kelapa/Aren.

Biasanya lebih Sering digunakan Untuk Bumbu Dapur.

Dalam 1 Hari, Pankreas yang Normal/ Sehat Mampu meng-UBAH 90 Gr (sekitar 9 Sendok makan) Gula Merah men-JADI ENERGI.

JADI Jika Dibandingkan semua jenis gula tadi,
GULA MERAH adalah Gula yang PALING SEHAT dibanding Gula Pasir dan Gula Batu.

AGAR PANKREAS Anda TIDAK ke-LELAH-an dan tetap SEHAT Sebaiknya kita MENGURANGI KONSUMSI GULA, baik itu Gula Merah, Gula Batu, terlebih lagi Gula Pasir.

PANKREAS mempunyai BATAS KEMAMPUAN Untuk Mengubah Gula menjadi Energi.
Dan BILA PANKREAS Sudah TIDAK MAMPU Melaksanakan Fungsinya Maka Tubuh akan Dapat Terkena Penyakit Diabetes.

(Penulis: Dr Affifah)      
SEMOGA BERMANFAAT😉

Kamis, 14 Januari 2016

Teroris mengatasnamakan islam


SYEIKH Dr. Muhammad Hasan, semoga Allah menjaganya, berkata:

Aku berdiskusi dengan seorang pemuda yang keras (dalam ber-Islam):

Maka aku bertanya, “Apakah meledakkan Klub malam di suatu negara muslim halal atau haram?”

Dan dia menjawab, “Tentu saja halal, dan membunuh mereka pun diperbolehkan.”

Aku bertanya lagi, “Kalau kamu membunuh mereka yang bermaksiat ke mana mereka akan kembali?”

Dia menjawab, “Sudah pasti ke neraka.”

Lalu aku bertanya lagi, “Sedangkan ke mana tujuan syetan menggoda manusia?”

Dia menjawab, “Pasti ke neraka juga.”

Maka aku berkata padanya, “Berarti kalian bersekutu dengan syetan dalam satu tujuan yaitu menjerumuskan manusia ke dalam neraka!”

Dan aku berikan dia satu hadits Rasulullah SAW ketika ada jenazah orang Yahudi yang lewat di hadapannya kemudian Beliau menangis, maka para sahabat bertanya: “Apa yang membuatmu menangis ya Rasulallah?” Beliau menjawab: “Aku telah membiarkan satu orang masuk neraka…”

Maka aku berkata lagi pada pemuda itu, “Perhatikan perbedaan pola pikir kalian dengan Rasulullah SAW  yang berusaha untuk memberikan hidayah kepada manusia dan menyelamatkannya dari siksa Api neraka? Kalian di satu lembah, sedangkan Rasulullah SAW dan Islam di lembah yang lain.”

Berbakti pada orang tua

Cara Berbakti pada Orang Tua Setelah Mereka Tiada

Muhammad Abduh Tuasikal, MSc / Aug 31, 2015

Bagaimana cara berbakti pada orang tua ketika mereka telah meninggal dunia atau tiada?

Dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi, ia berkata,

بَيْنَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا جَاءَهُ رَجُلٌ مِنْ بَنِى سَلِمَةَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ هَلْ بَقِىَ مِنْ بِرِّ أَبَوَىَّ شَىْءٌ أَبَرُّهُمَا بِهِ بَعْدَ مَوْتِهِمَا قَالَ « نَعَمِ الصَّلاَةُ عَلَيْهِمَا وَالاِسْتِغْفَارُ لَهُمَا وَإِنْفَاذُ عَهْدِهِمَا مِنْ بَعْدِهِمَا وَصِلَةُ الرَّحِمِ الَّتِى لاَ تُوصَلُ إِلاَّ بِهِمَا وَإِكْرَامُ صَدِيقِهِمَا ».

“Suatu saat kami pernah berada di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu ada datang seseorang dari Bani Salimah, ia berkata, “Wahai Rasulullah, apakah masih ada bentuk berbakti kepada kedua orang tuaku ketika mereka telah meninggal dunia?” Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Iya (masih tetap ada bentuk berbakti pada keduanya, pen.). (Bentuknya adalah) mendo’akan keduanya, meminta ampun untuk keduanya, memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia, menjalin hubungan silaturahim (kekerabatan) dengan keluarga kedua orang tua yang tidak pernah terjalin dan memuliakan teman dekat keduanya.” (HR. Abu Daud no. 5142 dan Ibnu Majah no. 3664. Hadits ini dishahihkan oleh Ibnu Hibban, Al-Hakim, juga disetujui oleh Imam Adz-Dzahabi. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Dalam hadits yang lain, kita dapat melihat bagaimana bentuk berbakti pada orang tua yang telah meninggal dunia lewat berbuat baik pada keluarga dari teman dekat orang tua.

Ibnu Dinar meriwayatkan, ‘Abdullah bin ‘Umarradhiyallahu ‘anhuma pernah berkata bahwa ada seorang lelaki Badui bertemu dengan Ibnu Umar di tengah perjalanan menuju Makkah. Kemudian ‘Abdullah bin ‘Umar memberi salam dan mengajaknya untuk naik ke atas keledainya serta memberikan sorban yang dipakai di kepalanya. Ibnu Dinar berkata kepada Ibnu Umar, “Semoga Allah memberikan kebaikan kepadamu, sesungguhnya orang itu adalah orang Badui dan sebenarnya ia diberi sedikit saja sudah senang.” ‘Abdullah bin ‘Umar berkata, “Sesungguhnya ayah Badui tersebut adalah kenalan baik (ayahku) Umar bin Al-Khattab. Sedangkan saya pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ

“Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya.” (HR. Muslim no. 2552)

Dalam riwayat yang lain, Ibnu Dinar bercerita tentang Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, “Apabila Ibnu ‘Umar pergi ke Makkah, beliau selalu membawa keledai sebagai ganti unta apabila ia merasa jemu, dan ia memakai sorban di kepalanya. Pada suatu hari, ketika ia pergi ke Makkah dengan keledainya, tiba-tiba seorang Arab Badui lewat, lalu Ibnu Umar bertanya kepada orang tersebut, “Apakah engkau adalah putra dari si fulan?” Ia menjawab, “Betul sekali.” Kemudian Ibnu Umar memberikan keledai itu kepadanya dan berkata, “Naiklah di atas keledai ini.” Ia juga memberikan sorbannya (imamahnya) seraya berkata, “Pakailah sorban ini di kepalamu.”

Salah seorang teman Ibnu Umar berkata kepadanya, “Semoga Allah memberikan ampunan kepadamu yang telah memberikan orang Badui ini seekor keledai yang biasa kau gunakan untuk bepergian dan sorban yang biasa engkau pakai di kepalamu.” Ibnu Umar berkata, “Aku pernah mendengar Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ مِنْ أَبَرِّ الْبِرِّ صِلَةَ الرَّجُلِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ بَعْدَ أَنْ يُوَلِّىَ

“Sesungguhnya sebaik-baik bentuk berbakti (berbuat baik) adalah seseorang menyambung hubungan dengan keluarga dari kenalan baik ayahnya setelah meninggal dunia.” Sesungguhnya ayah orang ini adalah sahabat baik (ayahku) Umar (bin Al-Khattab).

Bisa jadi pula bentuk berbuat baik pada orang tua adalah dengan bersedekah atas nama orang tua yang telah meninggal dunia.

Dari Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, ia berkata,

أَنَّ سَعْدَ بْنَ عُبَادَةَ – رضى الله عنه – تُوُفِّيَتْ أُمُّهُ وَهْوَ غَائِبٌ عَنْهَا ، فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّى تُوُفِّيَتْ وَأَنَا غَائِبٌ عَنْهَا ، أَيَنْفَعُهَا شَىْءٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا قَالَ « نَعَمْ » . قَالَ فَإِنِّى أُشْهِدُكَ أَنَّ حَائِطِى الْمِخْرَافَ صَدَقَةٌ عَلَيْهَا

“Sesungguhnya ibu dari Sa’ad bin ‘Ubadahradhiyallahu ‘anhu meninggal dunia. Sedangkan Sa’ad pada saat itu tidak berada di sisinya. Kemudian Sa’ad mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah meninggal, sedangkan aku pada saat itu tidak berada di sampingnya. Apakah bermanfaat jika aku menyedekahkan sesuatu untuknya?’ Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Iya, bermanfaat.’ Kemudian Sa’ad mengatakan pada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kalau begitu aku bersaksi padamu bahwa kebun yang siap berbuah ini aku sedekahkan untuknya’.” (HR. Bukhari no. 2756)

Sedekah untuk mayit akan bermanfaat baginya berdasarkan kesepakatan (ijma’) kaum muslimin. Lihat Majmu’ Al-Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 24: 314.

Ada enam hal yang bisa kita simpulkan bagaimana bentuk berbakti dengan orang tua ketika mereka berdua atau salah satunya telah meninggal dunia:

Mendo’akan kedua orang tua.Banyak meminta ampunan pada Allah untuk kedua orang tua.Memenuhi janji mereka setelah meninggal dunia.Menjalin hubungan silaturahim dengan keluarga dekat keduanya yang tidak pernah terjalin.Memuliakan teman dekat keduanya.Bersedekah atas nama orang tua yang telah tiada.

Semoga bisa diamalkan. Selama masih hidup, itulah kesempatan kita terbaik untuk berbakti pada orang tua. Karena berbakti pada keduanya adalah jalan termudah untuk masuk surga.

Dari Abu Darda radhiyallahu ‘anhu, Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ فَإِنْ شِئْتَ فَأَضِعْ ذَلِكَ الْبَابَ أَوِ احْفَظْهُ

“Orang tua adalah pintu surga paling tengah. Kalian bisa sia-siakan pintu itu atau kalian bisa menjaganya.” (HR. Tirmidzi no. 1900, Ibnu Majah no. 3663 dan Ahmad 6: 445. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).

Al-Qadhi Baidhawi mengatakan, “Bakti pada orang tua adalah pintu terbaik dan paling tinggi untuk masuk surga. Maksudnya, sarana terbaik untuk masuk surga dan yang mengantarkan pada derajat tertinggi di surga adalah lewat mentaati orang tua dan berusaha mendampinginya. Ada juga ulama yang mengatakan, ‘Di surga ada banyak pintu. Yang paling nyaman dimasuki adalah yang paling tengah. Dan sebab untuk bisa masuk surga melalui pintu tersebut adalah melakukan kewajiban kepada orang tua.’ (Tuhfah Al-Ahwadzi, 6: 8-9).

Kalau orang tua kita masih hidup, manfaatkanlah kesempatan berbakti padanya walau sesibuk apa pun kita. Baca: Kapan Disebut Durhaka pada Orang Tua?

Wallahu waliyyut taufiq, hanya Allah yang memberi taufik.



Selesai disusun ba’da ‘Ashar, 15 Dzulqa’dah 1436 H di Darush Sholihin Panggang, Gunungkidul

Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

Artikel Rumaysho.Com

Jumat, 08 Januari 2016

Khotbah Jumat PSO Riswah

Alhamdulillahil kariimi rohman,
kholaqol insaan, 'allamahul bayaan
Wa asyhadu anlaa ilaha illallohu wahdahu laa syarikalahu,
Wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rosuuluhu
da'aa ila thooatillah wa hadzdzaro minal ishyaan
Allohumma sholli wa sallim 'alaihi wa 'ala aalihi
wa ashhaabihi awalil najaabah, wal hudaa, wal iimaan

Tsumma amma ba'du ayyuhal mu'minuun, 'ibaadalloh
Ittaqulloha ta'ala, fa inna manitaqolloha wa qoohu
Wa Ar-syadahu ilaa khoirin diinihi wa dunyah

Ibadalloh, ijinkan khotib pada kesempatan ini menyampaikan tema tentang riswah dalam kaitannya dengan UU nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Dalam UU tersebut dijelaskan tentang riswah, intinya tentang pengertian korupsi yang lebih luas.

Yang paling halus dari tindak pidana korupsi adalah gratifikasi atau pemberian hadiah. Ternyata gratifikasi telah ada sejak jaman kerajaan-kerajaan di Indonesia masih berjaya. I-tsing, seorang yang pernah hidup di zaman Sriwijaya, mencatat bahwa pada saat itu apabila ada seseorang yang hendak menemui raja, maka dia harus melewati pengawal-pengawal raja. Ada orang yang setelah berhasil menghadap raja, maka sebagai tanda terima kasihnya, dia menghadiahi sesuatu pada pengawal tersebut. Lama kelamaan, hal ini menjadi budaya. Setiap orang yang menghadap ke baginda raja, seolah wajib memberi hadiah, memberi gratifikasi. Bahkan lebih jauh lagi, yang tidak memberi hadiah akan mendapatkan pelayanan yang buruk, bahkan tidak dilayani. Demikianlah, gratifikasi yang tadinya hanya merupakan tanda terimakasih, budaya saling memahami, akhirnya menjadi racun bagi penerimanya, menjadi candu, menjadikan penerimanya ketagihan.
Yaa ibadalloh, ternyata gratifikasi bukan hanya pernah terjadi pada masa sriwijaya. Jauh sebelum itu, sejarah telah mencatat ada seorang utusan Rosululloh untuk menjalankan khud min amwalikum shodaqotin tuthohirukum wa tuzakihim biha, untuk memungut zakat, bukan hanya menunggu orang untuk melakukan self assesmen. Sepulang dari memungut zakat, dia serahkan hasil zakat berupa kantong besar, dan dia simpan sebuah kantong kecil. Maka Rosululloh menanyakan hal itu, dan mendapat jawaban bahwa itu adalah tanda terimakasih dari sang muzakki karena telah dibantu dalam tanda kutip untuk melaksanakan kewajibannya. Padahal tidak demikian, pemungutan zakat juga telah menjadi kewajiban dari sang amil, dan untuk itu dia telah mendapat imbalan pembagian dari sebagian zakat, sebagaimana telah ditentukan Alloh SWT. Maka benarlah yang dilakukan Rosulullloh saat itu dengan memerintahkan gratifikasi tersebut ditransfer ke rekening kas negara, diserahkan kepada baitul maal.

Yaa Ibadalloh, tingkat berikutnya adalah suap menyuap. Bila gratifikasi didasarkan pada sesuatu yang benar secara SOP, tidak ada pelanggaran peraturan, maka suap menyuap biasanya didasarkan pada sesuatu yang ditemukan oleh petugas. Ada pelanggaran yang mungkin dilakukan oleh pengguna jasa. Karena kesalahan ini ditemukan oleh petugas, maka pengguna jasa berusaha memutihkan hal itu dengan suap. Ada hitam yang akan diputihkan. Maka dalam hal ini Rosululloh tidak hanya melarang dengan larangan jangan, melainkan dengan mengancam bahwa penyuap dan yang disuap akan dillaknat Alloh. La'analloh ar rosyi wal murtasyi. Apa akibatnya bagi orang yang diaknat Alloh? Kalo seseorang dillaknat oleh manusia, maka dia bisa menghindar dari kemarahan orang itu dengan menjauhinya, dengan berpindah tempat. Tapi, bila Alloh yang melaknatnya, hendak pindah ke bumi manakah dia? Maka dia akan menderita seumur hidup. Bahkan bukan hanya seumur hidup, saat di alam kubur, di hari kebangkitan dan seterusnya, dia akan menyesal. Kecuali orang yang bertaubat.


Yaa Ibadalloh, ada pula kasus korupsi yang awal terjadinya justru atas inisiatif pejabat. Entah pejabat tersebut melihat ada kesalahan yang bisa diputihkan, atau hanya mencari cari kesalahan yang sepele, atau bahkan tidak ada kesalahan sama sekali. Inilah yang disebut dengan pemerasan. Pemerasan ini termasuk perbuatan yang mendholimi orang lain. Karena mendholimi orang lain, maka cara menghapus kesalahan ini tidak hanya dengan bertaubat
kepada Alloh SWT, melainkan yang melakukan kedholiman juga harus meminta keridhoan orang yang telah didholiminya. Disini sulitnya menghapus dosa pemerasan. Kadang ada rasa malu, rasa enggan, dan perasaan lainnya. Terlebih jika yang didholimi malah sudah meninggal, maka hanya yaumul hisablah yang bisa dinantikan oleh pemeras.

Aquulu hadzaal qoula wa astaghfirulloha lii wa lakum
wa lisaairil muslimiina min kulli dzanbi, fas-taghfiruhu yaghfirlakum,
innahu huwal ghofuurur rohiim


alhamdulillah hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih
kama yuhibbu robbunaa wa yardho'
Wa asyhadu anlaa ilaha illallohu wahdahu laa syarikalahu,
Wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa rosuuluhu
Shollallohu 'alaihi wa sallam
wa 'alaa aalihi wa ash-haabihi ajma'iin
amma ba'du, ibaadalloh
Ittaqulloha ta'ala, fa inna taqwalllohi jalla
wa 'alaa khoiro zaaadin
yuballighu ilaa ridhwaanillah

Yaa ibadallah,
Dalam khotbah pertama tadi, khotib menempatkan kita semua sebagai pejabat, sebagai orang yang mempunyai kekuasaan untuk memutuskan apakah akan melakukan tindak pidana korupsi atau tidak. Sekarang, bagaimana kita sebagai masyarakat yang membutuhkan layanan pejabat, apakah kita juga sudah memperlakukan pejabat itu sebagaimana mestinya? Contoh sederhana, mohon maaf tidak bermaksud merendahkan instansi tertentu, bila kita mempunyai tetangga polisi misalnya. Apakah kita akan “minta tolong” dalam tanda petik, bila anak kita, saudara kita, atau kita sendiri misalnya, melakukan pelanggaran lalu lintas? Apakah kita akan menggunakan hubungan kita dengan seorang pejabat untuk memutihka apa yang hitam? Jawabannya terletak pada hati kita masing-masing. Rosululloh pernah memerintahkan kepada kita untuk bertanya kepada hati kita sendiri, apabila hati kita merasa tidak enak apabila perbuatan itu nanti diketahui oleh orang lain, maka hendaknya kita waspada. Jangan-jangan perbuatan kita itu tidak sesuai dengan syariah Islam. Tapi deteksi hati ini hanya berlaku pada sesuatu yang memang belum kita ketahui hukumnya dalam syariah, dan juga hanya berlaku apabila kita tidak mencederai hati kita sehingga hati kita masih sebagai hati yang hidup, bukan hati yang mati.

Yaa ibadalloh,… terakhir khotib ingin menyampaikan sebuah cerita sederhana tapi nyata dan memberikan gambaran jelas pada kita. Pada suatu ketika, ada seseorang yang ingin berkunjung, berziaroh ke makam sunan Giri. Seperti yang telah diketahui, makam sunan Giri terletak di atas bukit. Dari tempat parkir mobil, yang terlihat hanyalah anak tangga yang mengular, tidak kelihatan ujungnya. Maka didekatilah orang ini dengan tukang ojek, ditawari 2 hal. Pertama naik ojek sampai atas, dengan ongkos 20 ribu, kedua mobil dipandu melalui jalan kampung sampai atas dengan ongkos 35 ribu. Orang itu memilih naik ojek, 20 ribu. Maka diboncenglah melalui jalan kampung berliku dan naik selama 5 menit, sampailah di atas. Sampai atas, tukang ojek menawarkan untuk menunggu agar sepulangnya naik ojek lagi, namun orang tersebut menolak. Seketika, masamlah muka tukang ojek tadi sambil meninggalkan orang tersebut. Selesai ziaroh, orang tersebut pulang lewat tangga yang tadi dilihatnya dari bawah tak berujung. Ternyata, jalan lewat tanggapun hanya 5 menit. Pantaslah si tukang ojek bermuka masam karena terbuka kartunya.
Yaa ibaadalloh, masih banyak manusia se tipe tukang ojek ini yang menguasai kehidupan kita. Menipu penglihatan kita karena ketidak tahuan kita. Beralasan ini upeti untuk bapak bea cukai anu dan itu, ini sudah menjadi tradisi, apabila tidak begini maka tidak akan dilayani, dan tipuan-tipuan maut lain yang dapat memberikan persepsi berbeda kepada orang yang tidak tahu.

Semoga Alloh memberikan petunjukNya kepada kita, memberikan pengampunanNya, dan memasukkan kita ke jannahNya.

Allohumma sholli 'alaa muhammadin wa 'alaa aali muhammadin
kamaa sholaita 'allaa ibroohim wa 'alaa aali ibroohim
fil 'alamiina innaka hamiidum majiid
wa baarik 'alaa muhammadin wa 'alaa aali muhammadin
kamaa baarokta 'allaa ibroohim wa 'alaa aali ibroohim
fil 'alamiina innaka hamiidum majiid

wardhollohummaa 'an sadaatina abi bakrin, wa 'umaro, wa utsmaan, wa ali
wardhollohummaa 'anishohaabati ajmaiin
wa 'anit tabi'iina wa man tabi'ahum bi ihsani ilaa yaumid diin
wa 'anna ma'ahum bimannika wa karomika wa ihsaanika
yaa akromal akromiin

allohumma a'izzal islaama wal muslimiin
wa adzilla syirka wal musryikiin
wa dammir a'daa ad diin
wahmi hauzatad diina, yaa robbal 'alamiin

allohumma aaaminna fii authoninaa
wa ashlih a-immatanaa, wa wulaata 'umuurinaa
waj'al wilayatanaa fiiman khoofaka

wat taqooka wat taba'a ridhooka yaa robbal 'alamiin

alllohumma wafiq waliyya amrinaa lihudaaka
waj'al 'amalahu fii ridhooka
wa a-'inhu 'alaa thooatika
wa sadidhu fii aqwaalihi wa a'maalihi
yaa dzal jalaali wal ikroom

robbanaa dholamnaa anfusanaa
wa inlam taghfirlanaa wa tarhamnaa
lanakuunanna minal khoosiriin

allohummaghfirlanaa dzunuubanaa kulllahu
diqqohu wa jillahu, awalahu wa aakhirohu, sirrohu wa 'allanahu
allohummaghfirlanaa maa qoddamnaa wa maa akhkhornaa
wa maa a'lanna wa maa asrofnaa, wa maa anta a'lamu bihi minnaa
antal muqoddamu, wa antal muakhiru, laa ilaha illa anta

robbanaa atinaa fid dunya hasanah
wa fil aakhiroti hasanah, waqinaa adzaabannaar

'ibadalloh: udzkurulloha yadzkurkum
wasy-kuruuhu 'alaa ni'amihi yazidkum
waladzikrulloohi akbar
wallohu ya'lamu maa tashna'uun

aqiimish sholah.