Senin, 28 Desember 2015

Dua potong ROTI

Kisah Ulama Ahmad bin Miskin...
Tingginya Nilai Keikhlasan

Kisah ini pernah diceritakan oleh Syaikh Thariq Suwaidan, di dalamnya terkandung pelajaran yang amat berharga bagi kita semua.

Ahmad bin Miskin merupakan seorang ulama yang hidup pada abad ke-3 Hijriah di kota Basrah, Irak. Sepenggal kisah yang beliau ceritakan ini mudah-mudahan ada i'tibarnya dalam kehidupan kita. Selamat membaca!

Syaikh Ahmad bin Miskin bercerita:

Pada sekitar tahun 219 hijriyah, aku diuji oleh Allah Swt dengan kemiskinan. Saat itu, aku sama sekali tidak memiliki apapun, sementara aku harus menafkahi seorang istri dan seorang anak. Lilitan hebat rasa lapar terbiasa mengiringi hari-hari kami.

Karena sangat susahnya kehidupan kami, maka aku berazam untuk menjual rumah dan pindah ke tempat lain. Akupun berjalan jalan mencari orang yang bersedia membeli rumahku.

Syahdan, aku pun bertemu dengan sahabatku yang bernama Abu Nashr, kemudian kuceritakan kondisiku kepadanya.

Mendengar cerita itu,  beliau merasa hiba, tapi tidak berniat membeli rumahku. Kemudian beliau pun memberiku 2 lembar roti berisi manisan dan berkata: "Berikan makanan ini kepada keluargamu."

Di tengah perjalanan pulang, aku bertemu dengan seorang wanita yang faqir bersama anaknya. Tatapannya jatuh di kedua lembar rotiku. Dengan memelas dia memohon:

"Tuanku, anak yatim ini belum makan, tak kuasa terlalu lama menahan siksa lapar. Tolong beri dia sesuatu yang bisa dia makan. Semoga Allah merahmati Tuan."

Sementara itu, si anak menatapku polos dengan tatapan yang takkan kulupakan sepanjang hayat. Tatapan matanya menghanyutkan akalku dalam khayalan ukhrawi, seolah-olah surga turun ke bumi, menawarkan dirinya kepada siapapun yang ingin meminangnya, dengan mahar mengenyangkan anak yatim miskin dan ibunya ini.

Tanpa ragu sedetikpun, kuserahkan semua yang ada ditanganku. "Ambillah, beri dia makan", kataku pada si ibu.

Demi Allah, padahal waktu itu tak sepeserpun uang baik dinar atau dirham kumiliki. Sementara di rumah, keluargaku sangat membutuhkan makanan itu.

Seketika, si ibu tak kuasa membendung air mata dan si kecilpun tersenyum indah bak purnama.

Setelah itu kutinggalkan mereka berdua dan kulanjutkan langkah gontaiku, sementara beban hidup terus bergelayutan di pikiranku.

Sejenak, kusandarkan tubuh ini di sebuah dinding, sambil terus memikirkan rencanaku menjual rumah.

Dalam posisi seperti itu, tiba tiba sahabatku Abu Nashr -yang tadi memberiko roti- datang penuh kegirangan mendatangiku dan berkata seraya menyapaku:

"Hei, Abu Muhammad! Kenapa kau duduk duduk di sini sementara limpahan harta sedang memenuhi rumahmu?" tanyanya.

"Subhanallah....!", jawabku kaget. "Dari mana datangnya?"

"Tadi ada pria datang dari Khurasan. Dia bertanya tanya tentang ayahmu atau siapapun yang punya hubungan kerabat dengannya. Dia membawa berduyun-duyun angkutan barang penuh berisi harta", ujar Abu Nashr.

"Lantas?", tanyaku penuh heran.

"Dia itu dahulu saudagar kaya di kota Bashrah ini. Kawan ayahmu. Dulu ayahmu pernah menitipkan kepadanya harta yang telah ia kumpulkan selama 30 tahun. Lantas dia rugi besar dan bangkrut. Semua hartanya musnah, termasuk harta ayahmu. Lalu dia lari meninggalkan kota ini menuju Khurasan. Di sana, kondisi ekonominya berangsur-angsur membaik. Bisnisnya melejit sukses. Kesulitan hidupnya perlahan lahan pergi, berganti dengan limpahan kekayaan. Lantas dia kembali ke kota ini, ingin meminta maaf dan memohon keikhlasan ayahmu atau keluarganya atas kesalahannya yang lalu. Maka sekarang, dia datang membawa seluruh harta hasil keuntungan niaganya yang telah dia kumpulkan selama 30 tahun berbisnis. Dia ingin berikan semuanya kepadamu, berharap ayahmu dan keluarganya berkenan memaafkannya."

Aku sungguh terharu mendengarnya, tak kusangka aku akan beroleh rezeki sebanyak itu. Aku pun pulang ke rumah dan melihat apa yang tidak bisa aku percayai. Ya, aku sekarang telah menjadi seorang kaya raya.

Kalimat puji dan syukur kepada-Nya berdesakan meluncur dari lisanku. Sebagai bentuk syukurku, segera kucari wanita faqir dan anaknya tadi. Aku menyantuni dan menanggung biaya hidup mereka seumur hidup.

Aku pun terjun di dunia bisnis seraya menyibukkan diri dengan kegiatan sosial, sedekah, santunan dan berbagai bentuk amal salih. Adapun hartaku, dia terus bertambah ruah tanpa berkurang.

Tanpa sadar, aku merasa takjub dengan amal salihku. Aku merasa, telah mengukir lembaran catatan malaikat dengan hiasan amal kebaikan. Ada semacam harapan pasti dalam diri, bahwa namaku mungkin telah tertulis di sisi Allah dalam daftar orang orang shalih.

Hingga suatu malam, aku tidur dan bermimpi.

Aku lihat, diriku tengah berhadapan dengan hari kiamat.
Aku juga lihat, manusia bagaikan ombak, bertumpuk dan berbenturan satu sama lain.

Aku juga lihat, badan mereka membesar. Dosa dosa pada hari itu berwujud dan berupa, dan setiap orang memanggul dosa dosa itu masing-masing di punggungnya.

Bahkan aku melihat, ada seorang pendosa yang memanggul di punggungnya beban besar seukuran sebuah kota yang isinya hanyalah dosa-dosa dan hal hal yang menghinakan.

Kemudian, timbangan amal pun ditegakkan, dan tiba giliranku untuk perhitungan amal.

Seluruh amal burukku ditaruh di salah satu daun timbangan, sedangkan amal baikku di daun timbangan yang lain. Ternyata, amal burukku jauh lebih berat daripada amal baikku.

Tapi ternyata, perhitungan belum selesai. Mereka mulai menaruh satu persatu berbagai jenis amal baik yang pernah kulakukan.

Namun alangkah ruginya, ternyata dibalik semua amal itu terdapat nafsu tersembunyi. Nafsu tersembunyi itu adalah riya, ingin dipuji, merasa bangga dengan amal shalih. Semua itu membuat amalku tak berharga. Lebih buruk lagi, ternyata tidak ada satupun amalku yang lepas dari nafsu nafsu itu.

Aku putus asa.
Aku yakin aku akan binasa.
Aku tidak punya alasan lagi untuk selamat dari siksa neraka.

Tiba-tiba, aku mendengar suara, "masihkah orang ini punya amal baik?"

"Masih", jawab seseorang. "Masih tersisa ini."

Aku pun penasaran, amal baik apa gerangan yang masih tersisa?
Aku berusaha melihatnya. Ternyata, itu hanyalah dua lembar roti isi manisan yang pernah kusedekahkan kepada wanita fakir dan anaknya.

Habis sudah harapanku.
Sekarang aku benar benar yakin akan binasa sejadi-jadinya.

Bagaimana mungkin dua lembar roti ini menyelamatkanku, sedangkan dulu aku pernah bersedekah 100 dinar sekali sedekah dan itu tidak berguna sedikit pun. Aku merasa benar benar tertipu habis habisan.

Segera 2 lembar roti itu ditaruh di timbanganku. Tak kusangka, ternyata timbangan kebaikanku bergerak turun sedikit demi sedikit, dan terus bergerak turun sampai sampai lebih berat sedikit dibandingkan timbangan keburukan.

Tak sampai disitu, ternyata masih ada lagi amal baikku. Yaitu berupa air mata wanita faqir itu yang mengalir saat aku berikan sedekah. Air mata tak terbendung yang mengalir kala terenyuh akan kebaikanku. Aku, yang kala itu lebih mementingkan dia dan anaknya dibanding keluargaku.

Sungguh tak terbayang, saat air mata itu ditaruh, ternyata timbangan baikku semakin turun dan terus turun. Hingga akhirnya aku mendengar seseorang berkata,

"Orang ini telah selamat."

Saudaraku...
Adakah terselip dalam hati kita hawa nafsu ingin dilihat hebat oleh orang lain pada amal-amal perbuatan kita?

Buang sekarang keinginan itu.. biarkan hanya untuk Allah saja. Karena segala sesuatu yang selain karena-Nya hanya tipuan kosong belaka.

(semoga bermanfaat).

Semoga kita dihindari dari perbuatan riya.. hanya Allah dan kita yg tahu amal ibadah yg kita lakukan...aamiin ya Allah

DISIKSA ALLAH DI DUNIA TAPI TAK MERASA

"DISIKSA ALLAH DI DUNIA TAPI TAK MERASA"

Benarkah ALLAH Subhanahu Wa Ta'aala tidak menghukum kita?
Seorang santri bertanya kepada gurunya:
Berapa kali kita durhaka kepada Allah dan Dia tidak menghukum kita?
Maka sang guru pun menjawab:
Berapa kali ALLAH SWT telah menghukummu sedangkan kamu tidak mengetahuinya?
Bukankah ketika dihilangkannya dari dirimu akan rasa nikmat bermunajat kepada-Nya adalah merupakan sebuah hukuman?
Tidak ada cobaan yang lebih besar menimpa seseorang dari kerasnya hati.
Sesungguhnya hukuman yang paling besar dan mungkin kamu temui adalah sedikitnya taufik kepada perbuatan baik.
Bukankah telah berlalunya hari-harimu tanpa bacaan Al Quran (itu adalah sebuah hukuman)?
Bukankah telah berlalu malam malam yang panjang sedangkan engkau terhalang dari shalat malam (itu jg adalah sebuah hukuman)?
Bukankah telah berlalu musim-musim kebaikan, Ramadhan, enam hari Syawwal, sepuluh hari Dzulhijjah, dan lainnya, sedangkan engkau tidak mendapatkan taufik untuk memanfaatkannya sebagaimana mestinya, hukuman mana lagi yang lebih banyak dari ini?
Tidakkah engkau merasakan beratnya ketaatan?
Tidakkah engkau merasa lemah di hadapan hawa nafsu dan syahwat?
Bukankah engkau diuji dengan cinta harta, kedudukan, dan popularitas?
Hukuman mana yang lebih banyak dari itu?
Bukankah engkau merasa ringan untuk berghibah, namimah dan dusta?
Bukankah engkau tersibukkan untuk campur tangan pada hal yang tidak bermanfaat untukmu?
Bukankah akhirat dilupakan dan dunia dijadikan sebagai tujuan utama?
Ini adalah tipuan, tidaklah itu semua kecuali bentuk hukuman dari ALLAH.
Hati-hatilah anakku, saudaraku, sesungguhnya hukuman ALLAH yang paling ringan adalah yang terletak pada materi, harta, anak, kesehatan.
Sesungguhnya hukuman terbesar adalah yang ada pada hati.
Maka, mintalah keselamatan kepada ALLAH, dan mintalah ampunan untuk dosa-dosamu.
Sesungguhnya seorang hamba yang diharamkan taufik untuk melakukan ketaatan karena sebab dosa yang menimpanya.
Ternyata hukuman ALLAH yg terberat itu bukanlah hanya ketika kita kehilangan materi, harta, dan jabatan, tetapi hukuman yg terberat dari ALLAH itu adalah ketika ALLAH SWT telah menutup diri kita utk dapat berbuat dan melakukan kebaikan2.
Yâ ALLAH, ampunilah segala dosa dan kesalahan2 kami.
Aamiiin.

Minggu, 27 Desember 2015

BIDAH

Meluruskan pengertian BID’AH

Ada sebuah hadis terkenal, sahih, diriwayatkan oleh imam-imam hadis terpercaya. Bunyinya:

 فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ…»

”… Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah al-Qur’an dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad, dan seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara baru dan semua bid’ah itu sesat (HR. Muslim, Kitâbul Jum’at No. 2042). Dalam riwayat Nasa’i dan Baihaqi ada tambahan redaksi   وَكُلُّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّار (dan setiap kesesatan tempatnya di neraka).  Abu Dawud dan Tirmidzi meriwayatkan hadis serupa: “Jauhilah perkara-perkara baru, sebab sesungguhnya setiap bid’ah itu sesat (HR. Abu Dawud No. 4607 Bâb luzûmis sunnah dan HR. Tirmidzi No. 2678 Bâb mâ jâ’a fil akhdzi bis sunnah wa-jtinâbil bida’i). Bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis: “Man ahdatsa fi amrina hâdza mâ laysa minhu fa huwa raddun”  (Siapa saja yang mengadakan perkara baru yang tidak ada dasarnya, maka dia tertolak).

Oleh sebagian kalangan, rangkaian hadis ini dijadikan dalil untuk menyebut setiap perkara yang tidak dilakukan Rasulullah sebagai bid’ah. Khitab-nya bersifat ‘am, mutlak tanpa pengecualian. Artinya, setiap perkara baru itu bid’ah, tanpa kecuali. Setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka. Dasarnya adalah redaksi yang digunakan Nabi, “kullu” artinya setiap sesuatu, semuanya, tanpa kecuali. Hal-hal yang bersifat agama dan ritual yang dilakukan tanpa contoh Nabi berarti bid’ah. Deretan amaliah seperti muludan, tahlilan, barzanjian, majelis salawatan, haul, dll adalah munkar karena termasuk perkara baru tanpa preseden syar’i.  Benarkah demikian? Mari kita tinjau dari beberapa aspek.

Pertama, secara etimologis, kata kullu di dalam bahasa Arab tidak selalu berarti ‘am muthlaq (semua, tanpa kecuali). Kata kullu terkadang berarti ‘am makhsûs (semua terkecuali). Di dalam al-Qur’an, kata kullu sebagai ‘am muthlaq, misalnya, disebutkan dalam ayat-ayat “Allâhu khâliqu kulli sya’in wa huwa ‘alâ kulli sya’in wakîl” (QS. al-Zumar/24: 62); “Kullu sya’in hâlikun illâ wajhah” (QS. Al-Qasas/28: 88); “Kullu nafsin dzâiqatul maut” (QS. Alu Imran/3:185). Di sini, kullu berarti semua. Sebaliknya, di dalam al-Qur’an, terdapat kata kullu, tetapi berarti sebagian (sebagian besar atau sebagian kecil) seperti dalam ayat “Wa ja’alnâ minal mâ’i kulla syain hay (QS. al-Anbiyâ’/17: 30): “Dan Kami jadikan dari air segala sesuatu yang hidup.” Faktanya, kita tahu, tidak semua makhluk Tuhan tercipta dan hidup dari air. Contohnya malaikat dan iblis, tercipta dari cahaya dan api.  Ada juga ayat “Innî wajadtum ra’atan tamlikuhum wa ûtiyat min kulli syai’in wa lahâ ‘arsyun adzîm (an-Naml/27: 23): “Sungguh kudapati seorang perempuan yang merajai mereka, dianugerahi segala sesuatu, dan baginya singgasana yang agung.” Faktanya, Ratu Balqis tidak dianugerahi kekuasaan terhadap kerajaan Sulaiman. Kesimpulan, kata “kullu” tidak selalu berarti semua tanpa kecuali (‘am muthlaq), tetapi juga berarti sebagian (’am makhsûs).

Salah satu uslûb (gaya bahasa) al-Qur’an adalah menyebut keseluruhan, tetapi yang dimaksud sebagian, seperti dalam ayat “Yas’alûnaka fil mahidzi qul huwa adzan fa’tazilun nisâ’a fil mahîdz” (al-Baqarah/2: 222): “Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah haid itu sesuatu yang kotor, maka jauhilah wanita (isteri) pada saat haid.” Jelas maksud ayat ini bukanlah larangan total menjauhi isteri ketika menstruasi, tetapi hanya sebagian kecilnya saja, yaitu kemaluannya. Inilah yang dicontohkan Rasulullah. Dalam hadis Sahih, Rasulullah menyatakan: “Jami’ûhunna fil buyût, washna’û kulla sya’in illan nikâh (HR. Muslim, Ahmad & Abu Dawud): “Kumpuli isteri-isteri kalian di rumah, lakukan semuanya, kecuali seks! Uslûb lain dari al-Qur’an adalah menyebut sebagian padahal yang dimaksud keseluruhan, seperti ayat “fa wallû wujûhakum syathrah (QS. Al-Baqarah/2: 144): “Maka hadapkanlah wajahmu ke sisinya (masjidil haram).” Yang disebut hanya wajah, padahal maksudnya seluruh anggota badan.
Kembali kepada teks hadis awal, “kullu bid’atin dlalâlah wa kullu dlalâlatin fin nâr” berarti tidak semua bid’ah sesat. Hanya yang sesat yang masuk neraka. Inilah mafhûm yang dinyatakan Imam Nawawi bahwa kullu dalam hadis kullu bid’atin dlalâlah bukanlah ‘am muthlaq (semua tanpa kecuali), tetapi ‘am makhsus (semua terkecuali) (lihat Sahîh Muslim bi Syarh an-Nawâwî, Beirut: Dâr al-Tsaqâfah al-Islâmiyyah, 1930, Juz 6, hal. 154).

Kedua, secara subtansial, perkara apakah di dalam teks hadis “Man ahdatsa fi amrina hâdza” yang dilarang untuk di-bid’ahi? Apakah semua perkara, semua hal yang tidak dilakukan Rasulullah atau tidak ada pada zamannya dihukumi bid’ah? Secara logika, pasti tidak mungkin. Rasulullah hidup dalam ruang dan waktu, yang berbeda kurun dan budayanya dengan kita. Jika semua yang tidak dilakukan Rasulullah disebut bid’ah, sebagian besar aktivitas manusia modern adalah bid’ah. Hal-hal baik, seperti dakwah melalui TV, radio, internet, aplikasi ponsel, alat pengeras suara imam shalat, semua adalah bid’ah. Perkara (amr, jamak umûr) di situ, menurut Ibn Hajar al-Asqalani, maksudnya adalah perkara agama (amrud dîn), berupa pokok-pokok hukum syara’, mencakup perintah dan larangan (Ibn Hajar al-Asqalani, Fathul Bâri, Beirut: Dâr Ihyâ’it Turâts al-Araby, 1977, Juz 7, hal. 231).

Perkara pokok agama (ushûlud dîn) mencakup ushûlul aqîdah dan usuhûlus syarîah. ushûlul aqîdah adalah rukun iman, usuhûlus syarîah adalah rukun Islam. Rukun iman, berdasarkan ijma’ ulama dari hadis Nabi, ada 6 (enam), yaitu iman kepada Allah, para malaikat, kitab-kitab yang diturunkan, percaya kepada para rasul, hari kiamat, dan qadha-qadar. Sementara rukun Islam ada 5 (lima) yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa, dan haji bagi yang mampu. Menambah atau mengurangi, termasuk berimprovisasi dalam perkara pokok ini, berarti bid’ah. Mengimani, mematuhi, dan melaksanakan perkara pokok agama, pada prinsipnya, bersifat ta’abbudi. Tidak perlu bertanya kenapa shalat dhuhur empat raka’at, shalat subuh dua raka’at. Ikuti saja! Tidak usah menambah dua syahadat dengan embel-embel lain. Tidak perlu ‘ngeyel’ kenapa haji harus di kota Mekkah. Tidak perlu kritis kenapa puasa mulai fajar sampai maghrib, bukan sebaliknya.  Improvisasi dalam perkara ushul terlarang, karena sifatnya ibadah mahdhah. Menyelisihi ushul (baik ushûlul aqîdah maupun usuhûlus syarîah) akan berdampak langsung terhadap status keimanan dan keislaman seseorang. Mengingkari keberadaan malaikat, rasul, dan kitab-kitab akan menentukan utuh atau tanggalnya iman seseorang. Mengingkari kewajiban shalat, zakat, puasa, dan haji akan menentukan utuh atau tanggalnya Islam seseorang. Namun, dalam furû’ul aqîdah (cabang-cabang aqidah) dan furû’us syarîah (cabang-cabang syariah), terbuka kemungkinan ijtihad tanpa merombak status keimanan dan keislamanan seseorang.

Contoh furû’ul aqîdah adalah menetapkan sifat-sifat Allah seperti dibahas dalam ilmu kalam. Saya pengikut imam Asy’ari dan Maturidi seperti diajarkan para masyâyikh di pesantren, tetapi terlarang bagi kami mengkafirkan mu’min penganut madzhab Mu’tazilah atau Jabbariyyah. Abu Hasan al-Asy’ari, salah seorang pendiri mahdzhab sunni dalam aqidah, adalah bekas pengikut Wâshil ibn Atha’, pendiri madzhab Mu’tazilah. Contoh furû’us syarîah adalah haiatus shalât yang mukhtalaf di kalangan para ulama, seperti bacaan Fâtihah dengan bismillah jahr (keras) atau sirr (lirih), subuh dengan qunut atau tidak, posisi tangan sedekap atau tidak, mata kaki harus mepet dalam shaf atau tidak, bilangan salat tarawih, dlsb. Begitu juga manasik haji. Itu semua adalah perkara furu’. Dalam perkara furû’us syarîah, ruang ijtihadnya jauh lebih terbuka, karena itu ambang toleransinya harus lebih tinggi. Imam al-Haramain al-Juwaini, guru Imam Ghazali, menyatakan sebagian besar hukum agama (syariah) lahir dari ijtihad (inna mu’dzamas syarîah shâdara minal ijtihâd). Mengapa? Karena usuhûlus syarîah itu sedikit, selebihnya adalah perkara-perkara furu’ yang bersifat ijtihâdiyyah. Dalam perkara furu’ inilah lahir madzhab-madzhab fikih, ribuan, tetapi kemudian terseleksi oleh zaman ke dalam empat madzhab besar, yaitu Maliki, Hanafi, Syafi’i, dan Hanbali.

Jika dalam ibadah mahdloh yang bersifat ta’abbudi tidak boleh ada improvisasi, dalam ibadah muthlaqah justru terbuka terhadap inovasi. Tidak ada bid’ah, dalam pengertian kullu bid’atin dlalalah, dalam ibadah muthlaqah. Ibadah muthalaqah adalah seluruh amal manusia yang dinilai ibadah karena niat dan illat-nya. Illat adalah faktor yang menentukan hukum (al-hukm yadûru ma’a illatihi wujûdan wa adaman). Ukuran illat adalah maslahat-mudharat. Kesalahan pokok kaum skripturalis adalah ketidakmampuan membedakan usuhûl dan furû, ibadah mahdhoh dengan ibadah muthlaqah. Semua dianggap ibadah mahdhoh, karena itu harus ada dalil dan petunjuknya persis dari Rasulullah. Mereka menolak muludan, tahlilan, yasinan, haul, salawatan dst persis karena tidak dicontohkan Rasulullah. Abu Ishaq as-Syatibi menyatakan, “Hukum asal ibadah (mahdloh) adalah ta’abbud dan mengiringi nash. Sementara hukum asal ‘adat (ibadah muthlaqah) adalah mencari illat dan qiyas (Abû Ishâq as-Syâtibi, al-Muwâfaqat fî Ushûli-s Syarîah, Beirut: Dar –l Kutub al-Ilmiyyah, 1971, Juz 2, hal. 228-35). Maksudnya, adat selagi tidak bertentangan dengan nash dibenarkan tergantung illat-nya. Ini berlaku untuk semua hal. Muludan, tahlilan, yasinan, haul, salawatan bukan ibadah mahdhoh, karena itu berlaku kaidah niat dan illat. Jika niatnya jelek dan menimbulkan mudharat, nilai ibadahnya bisa kurang atau hilang sama sekali. Tetapi jika niatnya bagus dan menimbulkan maslahat (baik secara personal maupun sosial), hukumnya sunnah, bernilai ibadah tinggi. Memakai jubah dan sorban jika niatnya mengikuti Rasulullah bisa bernilai ibadah. Jika murni karena budaya, hukumnya mubah.  Tetapi, jika niatnya pamer kesalehan dan dampaknya ujub personal, hukumnya haram karena nilai ibadahnya hilang sama sekali.

Dalam ibadah muthlaqah, jangan bertanya mana dalil yang memerintahkannya. Tanyakan dalil mana yang melarangnya? Dalam ibadah muthlaqah, kaidah fikih yang berlaku adalah al-ashlu fil asyyâ’ al-ibâhah hattâ yadulla –d dalîl alâ khilâfih (hukum asal sesuatu adalah boleh sampai ada dalil yang melarangnya). Sementara dalam ibadah mahdloh, kaidah yang berlaku sebaliknya, “al-ashlu fil asyyâ’ at-tahrîm hatta yadulla –d dalîl alal ibâhah” (hukum asal sesuatu itu haram sampai ada dalil yang membolehkannya).  Jika ada orang bertanya mana dalil yang memerintahkan muludan, tidak usah sibuk buka kitab mencari justifikasi dalil. Tanyakan balik mana dalil yang melarangnya! Jika ada orang bertanya mana dalil yang memerintahkan tahlilan, tidak usah sibuk buka kitab mencari referensi. Tanyakan balik mana dalil yang melarangnya!  Ujung-ujungnya pasti akan kembali kepada qiyas, mencari padanan dalil, karena dalil sharîh, baik yang memerintahkan maupun melarangnya, sama-sama tidak ada.  

Ketiga, secara historis, Islam berdiri di atas bid’ah. Jika semua yang tidak dicontohkan Rasulullah disebut bid’ah, kita, generasi akhir zaman ini, tidak akan bisa mengenal Islam dari sumber terpercaya. Sumber Islam paling pokok adalah al-Qur’an dan Sunnah, baru kemudian ijtihad ulama melalui ijma’ dan qiyas. Kita bisa mengenal al-Qur’an dan Hadis karena bid’ah yang tidak pernah dicontohkan Rasulullah. Al-Qur’an di zaman Rasulullah dan sahabat tersimpan terutama di dada para penghafal al-Qur’an. Belum ada mushaf utuh. Catatatan al-Qur’an terberai di tangan para sahabat, ditulis di daun lontar, tulang, dan batu. Seusai perang Yamamah, banyak  sahabat penghafal al-Qur’an gugur. Kepada Khalifah Abu Bakar, Sahabat Umar RA usul agar dihimpun mushaf untuk menjaga otentisitas al-Qur’an. Abu Bakar menolak dan berkata: “Kaifa naf’alu sya’an lam yaf’alhu Rasulullah?”: “Bagaimana kita melakukan sesuatu yang tidak dilakukan Rasulullah?” Umar bergeming, terus meyakinkan Abu Bakar dan berkata: “Hadzâ wallâhi khairun”: “Demi Allah ini kebaikan.” Akhirnya, setelah terus diyakinkan Umar, dada Abu Bakar terbuka, menyetujui usul Umar dan memerintahkan Zaid ibn Tsabit memimpin tim penghimpunan al-Qur’an (Jalaluddîn as-Suyûthi, al-Itqân fî Ulûmil Qur’ân, Beirut: Dar –l Fikr, 2005, Juz 1, hal. 82). Seandainya kita ikuti kelompok literalis, menganggap semua hal yang tidak dilakukan Rasulullah sebagai bid’ah, kita sekarang tidak bisa baca al-Qur’an! Di zaman Utsman, kodifikasi mushaf digalakkan besar-besaran, dibagikan secara massif keluar tanah Hijaz.

Mushaf telah dihimpun di zaman Abu Bakar, dicetak massif dan dibagikan di zaman Utsman, orang selain Arab, seperti kita, tetap tidak bisa baca al-Qur’an tanpa bantuan bid’ah para ulama. Jangan bayangkan mushaf zaman dulu seperti sekarang. Dulu huruf Arab gundul, betul-betul gundul, tanpa titik dan harakat. Kita tidak bisa membedakan huruf Ta’, Ba’ dan Tsa’, karena hanya berupa cengkok tanpa titik. Huruf Shad dan Dhad juga tidak ada bedanya. Orang yang pertama kali meletakkan titik ke dalam huruf Arab (awwalu man wadha’an nuqoth alal hurûf) adalah Abu-l Aswad ad-Du’ali, pada 62 H. Beliau adalah generasi tabi’in. Seabad kemudian, Imam Kholil ibn Ahmad al-Farahidi yang wafat pada 185 H, melengkapi dengan harakat sehingga kita mengenal harakat fathah, kasrah, dhammah, sukun, tanwin, dst. Tanpa bantuan ‘bid’ah’ dua ulama ini, orang ajam seperti kita tidak akan bisa membaca al-Qur’an. Kita juga berhutang kepada Abu Ubaid Qosim ibn Salam (w. 224 H) yang menemukan ilmu tajwîd, sehingga untaian ayat al-Qur’an indah dibaca dan didengar. Sekali lagi, tanpa bid’ah Sahabat dan ulama, kita tidak bisa mengenal al-Qur’an dan membacanya dengan baik dan benar.

Sumber kedua Islam adalah hadis. Dalam hadis sahih riwayat Muslim, Rasulullah bersabda: “La taktubû ‘annî wa man kataba ‘annî ghairal qur’ân fal yamhuhu (lihat Sahîh Muslim bi Syarh an-Nawâwî, Beirut: Dâr al-Tsaqâfah al-Islâmiyyah, 1930, Juz 18, hal. 129-30): “Janganlah kalian tulis dari aku. Siapa yang menulis dariku selain al-Qur’an, hapuslah.” Rasulullah tidak memerintahkan menulis hadis, bahkan melarangnya. Jika kita ikuti cara baca kelompok literalis, kita tidak bisa mengenal sumber Islam yang kedua. Kitab-kitab hadis yang terhimpun seperti al-Muwattha’ karya Imam Malik, Musnad Ahmad karya Imam Ahmad ibn Hanbal, dan kitab-kitab sunan (Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan Ibn Majah) adalah produk bid’ah karena tidak diajarkan Rasulullah, bahkan dilarangnya. Karena itu, bagi saya, membingungkan jargon kelompok tekstualis yang menggemakan “Kembali kepada al-Qur’an dan Hadis.” Al-Qur’an dikenali melalui mushaf. Mushaf adalah bid’ah yang tidak ada di zaman Rasulullah. Hadis dikenali melalui kitab-kitab hadis. Membukukan hadis adalah bid’ah yang tidak diperintahkan bahkan dilarang Rasulullah. Jadi, satu sisi mereka menentang bid’ah habis-habisan dan menyatakan semua bid’ah sesat. Sisi lain, mereka menyeru kembali kepada sumber Islam (al-Qur’an dan Hadis) yang hanya bisa dikenali berkat ‘bid’ah’ sahabat dan ulama.

Fakta-fakta ini mematahkan argumen pokok kelompok literalis yang memukul rata semua bid’ah. Para ulama telah mengajari kita untuk membuat klasifikasi. ‘Izzuddin ib Abd Salam, sebagaimana dikutip Ibn Hajar al-Asqalani, membagi bid’ah ke dalam lima kategori, yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Bidah wajib seperti menciptakan ilmu bantu untuk memahami al-Qur’an mencakup ilmu nahwu, ushul fiqh, dst. Bid’ah sunnah yaitu kebaikan tetapi tidak ada di zaman Rasulullah seperti teraweh berjama’ah, membangun sekolah dan pondok, serta forum-forum kajian. Bidah mubah seperti salaman selepas shalat dan makan-minum yang lezat, mengenakan baju yang indah, dan memiliki rumah yang bagus. Bid’ah haram adalah perkara baru yang jelas menentang al-Qur’an dan Sunnah (Ibn Hajar al-Asqalani, Fathul Bâri, Beirut: Dâr Ihyâ’it Turâts al-Araby, 1977, Juz 13, hal. 214).

Walhasil, mari kita galakkan bid’ah yang wajib dan sunnah. Mari kita sibukkan dunia dengan bid’ah-bid’ah mahmudah, bid’ah-bid’ah hasanah, untuk syiar Islam, kemaslahatan kaum muslimin, dan rahmatan lilalamin.

Dari: M. kholid syerozi.

Sabtu, 26 Desember 2015

6 PERKARA YANG DAPAT MENGHAPUS AMAL-AMAL KEBAIKAN

"6 PERKARA YANG DAPAT MENGHAPUS AMAL-AMAL KEBAIKAN"

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Dalam kehidupan, tidak jarang kita melakukan kesalahan dan kekhilafan. Namun sadarkah bahwa dosa-dosa yang dilakukan, ada beberapa yang dapat menghapus amal-amal kebaikan yang telah kita perbuat. Tentunya hal ini akan sangat merugikan, bahkan dapat menyebabkan kita tergolong pada orang yang ‘bangkrut’ di akhirat kelak. Berikut enam perkara yang dapat menghapus amal-amal baik :

1. Al istighlal bi’uyubil kholqi (sibuk dengan aib orang lain), sehingga lupa pada aib sendiri. Pepatah mengatakan “Kuman diseberang lautan tampak, sedangkan gajah dipelupuk mata tidak tampak.” Mengkritik dan membicarakan keburukan orang lain memang mengasyikan, namun dampaknya akan merugikan kita sendiri.

Rasulullah Saw bersabda “Jauhilah olehmu buruk sangka, karena buruk sangka itu perkataan paling dusta, janganlah kamu memata-matai dan mencari-cari kesalahan orang lain…” (HR. Mutaffaq’alaih dan Imam Malik)

2. Qaswatul qulub (hati yang keras) kerasnya hati terkadang lebih keras dari batu karang. Sulit menerima nasehat.

3. Hubbun dunya (cinta mati terhadap dunia). Merasa hidupnya hanya di dunia saja, sehingga segala aktifitasnya tertuju pada kenikmatan dunia dan lupa akan kehidupan akhirat.

4. Qillatul haya’ (sedikit rasa malunya), jika seseorang telah kehilangan rasa malu maka akan melakukan apa saja tanpa takut dosa. Rasulullah saw sendiri telah memberikan keleluasaan dan kebebasan kepada siapa saja yang tidak memiliki rasa malu untuk berbuat sesuka hatinya.

5. Thulul amal (panjang angan- angan), merasa hidupnya masih lama di dunia ini, sehingga enggan untuk taubat.

6. Dhulmun la yantahi (kezhaliman yang tak pernah berhenti). Perbuatan maksiat itu biasanya membuat kecanduan bagi pelakunya jika tidak segera taubat dan berhenti, maka sulit untuk meninggalkan kemaksiatan tersebut. Maksiat itu ibarat candu, nikmat namun sesungguhnya kenikmatan itu justru akan mencelakakan pelakunya. Tidak hanya mendapatkan balasan di dunia, pelaku maksiat juga akan mendapatkan azab dari Allah swt di akhirat kelak.

ANTARA TAQWA DAN HARTA

Antara Taqwa dan Harta

(Jadikan lah Taqwa sebagai tolok ukur penilaian terhadap anak-anakmu)

Seusai sholat subuh aku dikejutkan oleh Bunda : "Ari, Nenek kamu masuk rumah sakit. Bunda harus datang melihatnya.“

Kulihat wajah bunda nampak sedih.

Tentu aku harus mendampingi bunda karena tempat tinggal nenek tidak di Jakarta tapi Sumatera.

Sementara aku hampir tidak mungkin meninggalkan kesibukanku di Jakata, Apalagi mitra bisnisku dari luar negeri sedang ada di Jakarta untuk menjajaki kerjasama pembelian produksi pabrikku.

Kulihat Bunda sedang sibuk mengemas pakaiannya di kamar.

“ Bunda, apa enggak bisa berangkatnya lusa saja”
kataku dengan lembut.

“ Bunda enggak mau ganggu kamu, bunda bisa pergi sendiri kok,  Antar saja Bunda ke Bandara ya “
kata bunda sambil memasukan pakaiannya kedalam koper

“Baru minggu lalu bunda ke Dokter dan sekarang masih harus istirahat.“
Kataku dengan tetap lembut sambil memegang tas kopernya untuk mencoba menahannya pergi. “ Lusa saja, ya. Aku temanin. “

“ Tidak ! “ Mata Bunda melotot. Kalau sudah begini aku hanya bisa menghela nafas panjang.   Seperti biasanya aku harus mengalah untuk mengikuti kata Bunda. Istriku juga punya sifat sama denganku untuk mengikuti kehendak Bunda.“

"Baiklah, Kita pergi sama sama." Seperti biasanya pula Bunda tersenyum cerah , dia memelukku.

Di dalam pesawat aku menuju kota kelahiran ayahku. Lamunanku terbang kemasa kanak kanakku.

Dalam usia 5 tahun , aku sudah yatim. Karena ayah meninggal akibat sakit..

Menurut cerita Bunda , ketika Ayah meninggal status ayah masih mahasiswa di Yogya. Bunda bukanlah dari keluarga kaya.
Bunda juga seorang Yatim, Beda dengan Ayah yang terlahir dari keluarga Pajabat tinggi di Sumatera.

Sehingga walau Ayah berstatus mahasiswa namun kiriman uang dari orang tuanya masih cukup untuk menanggung hidupnya berkeluarga.

Ayah sengaja merahasiakan perkawinan itu kepada keluarga besarnya. Namun dua tahun setelah ayah meninggal , bunda datang kekeluarga ayah sambil membawaku.
Aku masih ingat ketika itu usiaku 7 tahun.

Aku tidak begitu ingat persis bagaimana suasana ketika bunda memperkenalkan dirinya sebagai menantu dan aku sebagai cucu kepada kakek dan nenekku.

Yang aku tahu setiap tahun bunda selalu membawaku kerumah Kakek dan Nenek.

Setiap tahun , setiap lebaran, bunda mengajakku pergi ke rumah kakek dan nenek. Dengan berlelah lelah naik bus melewati pulau Jawa dan Sumatera untuk sampai.

Tak pernah aku antusias datang ke rumah kekek dan nenek. Sebagai anak kecil aku tahu bahwa kakek nenek tidak pernah hangat dengan kehadiranku dan Bunda.

Beda sekali dengan perlakuannya dengan saudara sepupuku yang lain, seperti Adi, Rini, Bobi, Anto, Dedi. Setiap lebaran, kulihat para sepupuku datang dari Jakarta, Bandung , Surabaya dengan pakaian bagus.

Beda sekali denganku. Bila semua istri Om sibuk berdandan di kamar atau bermalasan di taman belakang rumah kakek yang luas itu, Bunda malah sibuk didapur memasak , seperti pembantu.

Ayahku adalah anak tertua diantara empat bersaudara. Semua saudara ayah laki laki. Tidak ada perempuan.

Istri Om semua memang cantik cantik. Menurut yang kutahu dari Nenek, yang selalu diulang ulang dihadapan Bunda, bahwa semua istri Om dari kalangan keluarga terhormat. Seakan merendahkan keberadaan Bunda. Tapi kulihat Bunda tak pernah tersinggung.

Selama membesarkan ku, Bunda tak pernah mendapat bantuan satu sen pun dari keluarga ayah. Juga Bunda tidak pernah memohon bantuan dari mereka.

Bunda bekerja keras di perusahaan Swasta sebagai tenaga administrasi. Bunda pun tak pernah terpikir untuk menikah kembali.

Ketika aku sudah remaja, aku sudah bisa beralasan bila Bunda mengajakku lebaran di rumah Kakek.

“Aku males kerumah kakek dan nenek. Mereka enggak sayang sama ku. Kenapa kita harus ke rumah mereka? . “

Demikian alasanku. Tapi bunda dengan segala sifatnya yang keras memaksaku untuk ikut. Akupun tak berdaya.

Ketika aku tamat SMU, aku tidak kuliah. Aku memilih bekerja di bengkel.

“Saya tak ada uang untuk mengirim Ari ke universtas, Yah. “

Demikian kata ibu kepada kekek ketika menanyakan mengapa aku tidak kuliah.

Kakek dan nenek nampak tersenyum sinis ketika mengetahui keadaanku.

Tahun-tahun berikutnya ketika lebaran. Kakek dengan kebanggaannya bercerita tetang sepupuku yang berangkat keluar negeri untuk kuliah. Ada juga yang masuk perguruan tinggi swasta bergengsi di Jakarta.

Aku maklum karena Om ku semua mempunyai posisi sebagai pejabat, dan ada juga yang jadi pengusaha.

Aku dan Bunda hanya diam mendengar cerita itu. Tapi, tak pernah mengurangi niat Bunda untuk datang kerumah kakek dan nenek. Dan aku semakin bosan dengan sikap keluarga ayahku.

Yang pasti Bi-iznillah, izin Allah ditambah kerja kerasku, aku bisa menanggung bunda dan bunda tak perlu lagi berkerja keras.

Berjalannya waktu, yang tadinya aku sebagai pekerja bengkel, akupun sudah bisa mandiri dengan membuka usaha bengkel sendiri.

Lambat laun , aku mendapat mitra untuk membuat komponen bodi kendaraan sebagai pemasok pabrikan otomotif. Usaha ini kegeluti dengan kerja keras siang malam dan akhirnya berkembang. Ini semua tidak bisa dilepaskan peran Bunda yang tak henti mendoakanku.

Akupun dapat hidup mapan. Namun, kewajiban setiap lebaran datang berkunjung kerumah kakek nenek tetap saja dilakukan oleh Bunda dan aku harus ikut.

Tapi belakangan keluarga yang berkumpul di rumah kakek dan nenek tidak lagi utuh. Yang lain hanya menelphone mengucapkan selamat lebaran kepada kakek dan nenek.

Sepupukupun tak semua datang. Mereka bersikap sama dengan orang tuanya, mengucapkan selamat lebaran via SMS atau telp. Tapi kakek dan nenek tetap bangga dengan mereka.

Aku tak pernah cerita tentang keadaanku karena kakek dan nenek tak pernah bertanya tentangku. Walaupun mereka tahu aku dan bunda tidak lagi datang dengan bus tapi menggunakan pesawat terbang.

Tak terasa roda pesawat sudah menyentuh landasan. Kulihat bunda tersentak dari tidur lelapnya. Dia melirik kearahku dan entah kenapa dia menciumku keningku. ” Ada apa bunda ?“ tanyaku dengan tesenyum.

“ Bunda ingat akan ayahmu. “ Bunda nampak berlinang air mata. Aku hanya diam “ Ayahmu pria yang sangat baik. Sangat baik. Dia pria yang sholeh. Ayahmu berencana bila dia selesai kuliah dan dapat pekerjaan maka dia akan membawa bunda dan kamu ke keluarga besarnya.

Bunda tahu kok, Ayahmu dalam posisi lemah ketika melamar Bunda. Disamping itu dia sadar karena pilihannya kepada bunda membuat dia berbeda dengan ayahnya.

Ayahmu mencintai Bunda karna dia lebih mencintai Allah dari apapun.” sambung Bunda.

“ Maksud bunda apa ?'

“ Ayahmu memilih bunda karena agama. Dia tidak melihat bunda karena kecantikan, karena keturunan orang kaya, karena apa apa. Dihadapan ayahmu , bunda adalah muslimah yang baik , yang miskin. Dan itu pasti akan ditentang habis oleh keluarganya.”

Air mata Bunda berlinang dan akhirnya airmata itu jatuh membasahi pipinya. “

“ Kamu adalah putra ayahmu. Anak yang berbakti, soleh dan pekerja keras. Benarlah kalau niat baik karena Allah maka yang akan datang juga kebaikan. “

Aku terdiam. Ada yang mengganjal dalam pikiranku. Ini momen yang tepat untuk bertanya,

“ Kenapa Bunda selalu menaruh hormat kepada kakek dan nenek. Padahal mereka tidak peduli dengan kita. “

Bunda menatapku dengan tersenyum,

“Ketika ayahmu pulang ke Sumatera dalam keadaan sakit, dia berpesan kepada Bunda , bila dia meninggal agar bunda menjalin silahturahmi dengan keluarganya dan mendidik mu untuk dekat kepada kedua orang tuanya.”

Bunda terdiam sebentar sambil mengusap airmatanya. “ kamu tahu, Setelah ayahmu meninggal, butuh dua tahun Bunda untuk mengambil keputusan untuk bertemu dengan kakek dan nenekmu.

Walau karena itu tidak ada rasa hormat kepada Bunda , dan Bunda juga menyaksikan betapa kamu tidak diperlakukan sama seperti cucu yang lain, tapi Bunda ingat kata kata ayahmu
 “Cintailah sesuatu karena karena Allah. Tak penting rasa hormat dan imbalan dari manusia,
Ya kan, anakku.”

“ Ya , Bunda. “ Terlontar begitu saja dari mulutku.

Entah kenapa kedatangan ku bersama bunda kali ini disambut dengan air mata berlinang oleh kakek.

Dia peluk aku ketika sampai di kamar nenek dirawat.
Yang datang menjenguk hanya aku dan ibu. Sementara Om dan sepupuku tidak ada yang datang. Kulihat nenek dalam keadaan tertidur.

Dari kakek kutahu bahwa nenek terkena stroke tapi keadaanya cepat tertolong. Mungkin setelah itu nenek akan lumpuh. Kakek mengajakku keluar dari ruangan. Kami bicara ditaman Rumah sakit.

“ Dua tahun lalu Om mu yang pejabat di Jakarta, terkena kasus korupsi. Dia dalam pemeriksaan oleh aparat yang berwajib.

Sebelumnya Om mu yang di Surabaya perusahaannya disita oleh bank karena bangkrut.

Om kamu yang di Bandung bercerai dengan istrinya karena soal perselingkuhan dan akhirnya terkena PHK sebagai PNS.

Semua anak-anak mereka tumbuh menjadi anak yang liar. Kuliah tidak selesai, dan terjebak dalam pergaulan bebas.

“Aku terkejut, karena baru kali ini aku tahu. Mungkin karena hubunganku dengan keluarga ayahku tidak begitu dekat maka tak banyak kutahu soal mereka.

“ Kakek tahu bahwa nenekmu punya penyakit darah tinggi dan jantung.

Makanya kakek berusaha menyimpan rapat rahasia tentang Om kamu yang tersangkut kasus korupsi.

Tapi kemarin , ada yang memberi tahu bahwa Om kamu sudah di vonis penjara enam tahun atas tindakan korupsinya. Seketika itu pula nenekmu jatuh pingsan...”

Aku hanya diam untuk menjadi pendengar yang baik.

“ Ari, kami tahu bahwa selama ini perlakuan kami kepada kamu dan Ibu mu kurang baik.

Bahkan kami biarkan Ibu mu menderita membesarkan kamu, membesarkan anak dari putra sulung kami, cucu kami..

Kami menyesal karena sikap kami selama ini. Belakangan ini , nenekmu selalu menyebut nama kamu...setiap dia menyebut namamu , seketika itu juga dia menangis.

Kini dimasa tua kami, kami resah karena tak tahu siapa yang akan mengurus kami.

Nenekmu mungkin setelah ini akan lumpuh. Kakek sudah uzur dan lemah...”

Ku genggam tangan kakek.

“ Aku yang akan merawat kakek dan nenek. Izinkan aku untuk membawa kakek dan nenek ke Jakarta , tinggal bersamaku. Beri kesempatanku untuk berbakti kepada kakek dan nenek, ya Kek. “

Seketika itu juga kakek memelukku erat.

Terasa pundakku dingin, Aku tahu kakek menangis. " Harta yang ada juallah Kek. Untuk bantu Om dan adik-adikku.

Dalam situasi ini tentu mereka sangat membutuhkannya. Dan sisanya kakek sedekahkan untuk panti asuhan agar kakek punya bekal akhirat, ya kan kek." kataku.

Kakek semakin erat pelukannya. " Maha suci Allah, sifatmu tak jauh beda dengan Ayahmu, yang begitu bijak menyikapi kami .."

Bertahun-tahun aku didiik oleh bunda untuk memahami makna cinta.

Bahwa cinta adalah tindakan memberi karena Allah, bukan mengharap balasan dari manusia.

Aku pun harus memahami hakikat cinta dalam kehidupan ini, termasuk menggantikan posisi ayahku untuk berbakti kepada kakek dan nenek, orangtua ayahku.

Bunda nampak bahagia sekali ketika melihatku mendorong kursi roda nenek menuju tangga pesawat dengan disamping kakek yang berjalan sambil memegang lenganku. Kami semua ke Jakarta.

Ya Allah, semoga kami meninggal dalam sebagai insan yang Engkau cintai.

Jumat, 25 Desember 2015

100 Sifat Agung Nabi Muhammad

"100 Sifat Agung Nabi Muhammad"

Cucu Rasululullah, Ja’far Ash-Shadiq berkata, “Saya tidak ingin seseorang meninggal dunia sementara ia belum mengetahui sebagian perilaku Rasulullah Saw.”

1. Ketika berjalan, beliau berjalan secara pelan-pelan dan wibawa.

2. Ketika berjalan, beliau tidak menyeret langkah kakinya.

3. Pandangan beliau selalu mengarah ke bawah.

4. Beliau senantiasa mengawali salam kepada siapa saja yang dilihatnya. Tidak ada seorangpun yang mendahuluinya dalam mengucapkan salam.

5. Ketika menjabat tangan seseorang, beliau tidak pernah melepaskannya terlebih dahulu.

6. Beliau bergaul dengan masyarakat sedemikian rupa sehingga setiap orang berpikir bahwa dirinya adalah satu-satunya orang yang paling mulia di mata Rasulullah.

7. Bila memandang seseorang, beliau tidak memandang sinis bak pejabat pemerintah.

8. Beliau tidak pernah memelototi wajah seseorang.

9. Beliau senantiasa menggunakan tangan saat mengiyaratkan sesuatu dan tidak pernah mengisyaratkan dengan mata atau alis.

10. Beliau lebih banyak diam dan baru akan berbicara bila perlu.

11. Saat bercakap-cakap dengan seseorang, beliau mendengarkan dengan baik.

12. Senantiasa menghadap kepada orang yang berbicara dengannya.

13. Tidak pernah berdiri terlebih dahulu selama orang yang duduk bersamanya tidak ingin berdiri.

14. Tidak akan duduk dan berdiri dalam sebuah pertemuan melainkan dengan mengingat Allah.

15. Ketika masuk ke dalam sebuah pertemuan, beliau senantiasa duduk di tempat yang akhir dan dekat pintu, bukan di bagian depan.

16. Tidak menentukan satu tempat khusus untuk dirinya dan bahkan melarangnya.

17. Tidak pernah bersandar saat di hadapan masyarakat.

18. Kebanyakan duduknya menghadap kiblat.

19. Bila di hadapannya terjadi sesuatu yang tidak disukainya, beliau senantiasa mengabaikannya.

20. Bila seseorang melakukan kesalahan, beliau tidak pernah menyampaikannya kepada orang lain.

21. Tidak pernah mencela seseorang yang mengalami kesalahan bicara.

22. Tidak pernah berdebat dan berselisih dengan siapapun.

23. Tidak pernah memotong pembicaraan orang lain kecuali bila orang tersebut bicara sia-sia dan batil.

24. Senantiasa mengulang-ulangan jawabanya atas sebuah pertanyaan agar jawabannya tidak membingungkan pendengarnya.

25. Bila mendengar ucapan yang tidak baik dari seseorang, beliau tidak mengatakan mengapa si fulan berkata demikian, tapi beliau mengatakan, bagaimana mungkin sebagian orang mengatakan demikian?”

26. Banyak bergaul dengan fakir miskin dan makan bersama mereka.

27. Menerima undangan para abdi dan budak.

28. Senantiasa menerima hadiah, meski hanya seteguk susu.

29. Melakukan silaturahmi lebih dari yang lain.

30. Senantiasa berbuat baik kepada keluarganya tapi tidak melebihkan mereka dari yang lain.

31. Senantiasa memuji dan mendukung pekerjaan yang baik dan menilai buruk dan melarang perbuatan yang jelek.

32. Senantiasa menyampaikan hal-hal yang menyebabkan kebaikan agama dan dunia masyarakat kepada mereka dan berkali-kali mengatakan, “Orang-orang yang hadir hendaknya menyampaikan segala yang didengarnya kepada orang-orang yang tidak hadir.”

33. Senantiasa menerima uzur orang-orang yang punya uzur.

34. Tidak pernah merendahkan seseorang.

35. Tidak pernah memaki atau memanggil seseorang dengan gelar yang jelek.

36. Tidak pernah mengutuk orang-orang sekitar dan familinya.

37. Tidak pernah mencari-cari aib orang lain.

38. Senantiasa menghindari kejahatan masyarakat, namun tidak pernah menghidar dari mereka dan beliau selalu bersikap baik kepada semua orang.

39. Tidak pernah mencaci masyarakat dan tidak banyak memuji mereka.

40. Senantiasa bersabar menghadapi kekurangajaran orang lain dan membalas kejelekan mereka dengan kebaikan.

41. Selalu menjenguk orang yang sakit, meski tempat tinggalnya dipinggiran Madinah yang sangat jauh.

42. Senantiasa menanyakan kabar dan keadaan para sahabatnya.

43. Senantiasa memanggil nama sahabat-sahabatnya dengan panggilan yang terbaik.

44. Sering bermusyawarah dengan para sahabatnya dan menekankan untuk melakukannya.

45. Senantiasa duduk melingkar bersama para sahabatnya, sehingga bila ada orang yang baru datang, ia tidak bisa membedakan di antara mereka yang manakah Rasulullah.

46. Akrab dan dekat dengan para sahabatnya.

47. Beliau adalah orang yang paling setia dalam menepati janji.

48. Senantiasa memberikan sesuatu kepada fakir miskin dengan tangannya sendiri dan tidak pernah mewakilkannya kepada orang lain.

49. Bila sedang dalam shalat ada orang datang, beliau memendekkan shalatnya.

50. Bila sedang shalat ada anak kecil menangis, beliau memendekkan shalatnya.

51. Orang yang paling mulia di sisi beliau adalah orang yang paling banyak berbuat baik kepada orang lain.

52. Tidak ada seorangpun yang putus asa dari Rasulullah Saw. Beliau selalu mengatakan, “Sampaikan kebutuhan orang yang tidak bisa menyampaikan kebutuhannya kepada saya!”

53. Bila ada seseorang membutuhkan sesuatu kepada beliau, Rasulullah Saw pasti memenuhinya bila mampu, namun bila tidak mampu beliau menjawabnya dengan ucapan atau janji yang baik.

54. Tidak pernah menolak permintaan seseorang, kecuali permintaan untuk maksiat.

55. Beliau sangat menghormati orang tua dan menyayangi anak-anak.

56. Rasulullah Saw sangat menjaga perasaan orang-orang asing.

57. Beliau selalu menarik perhatian orang-orang jahat dan membuat mereka cenderung kepadanya dengan cara berbuat baik kepada mereka.

58. Beliau senantiasa tersenyum sementara pada saat yang sama beliau sangat takut kepada Allah.

59. Saat gembira, Rasulullah Saw memejamkan kedua matanya dan tidak banyak menunjukkan kegembiraannya.

60. Tertawanya kebanyakan berupa senyuman dan tidak pernah tertawa terbahak-bahak.

61. Beliau banyak bercanda namun tidak pernah mengeluarkan ucapan sia-sia atau batil karena bercanda.

62. Rasulullah Saw mengubah nama yang jelek dengan nama yang baik.

63. Kesabarannya mendahului kemarahannya.

64. Tidak sedih dan marah karena kehilangan dunia.

65. Saat marah karena Allah, tidak seoranpun yang akan mengenalnya.

66. Rasulullah Saw tidak pernah membalas dendam karena dirinya sendiri melainkan bila kebenaran terinjak-injak.

67. Tidak ada sifat yang paling dibenci oleh Rasulullah selain bohong.

68. Dalam kondisi senang atau susah tidak lain hanya menyebut nama Allah.

69. Beliau tidak pernah menyimpan Dirham maupun Dinar.

70. Dalam hal makanan dan pakaian tidak melebihi yang dimiliki oleh para pembantunya.

71. Duduk dan makan di atas tanah.

72. Tidur di atas tanah.

73. Menjahit sendiri pakaian dan sandalnya.

74. Memerah susu dan mengikat sendiri kaki ontanya.

75. Kendaraan apa saja yang siap untuknya, Rasulullah pasti mengendarainya dan tidak ada beda baginya.

76. Kemana saja pergi, beliau selalu beralaskan abayanya sendiri.

77. Baju beliau lebih banyak berwarna putih.

78. Bila memakai baju baru, maka baju sebelumnya pasti diberikan kepada fakir miskin.

79. Baju kebesarannya khusus dipakai untuk hari Jumat.

80. Ketika memakai baju dan sandal, beliau memulainya dari sebelah kanan.

81. Beliau menilai makruh rambut yang awut-awutan.

82. Senantiasa berbau harum dan kebanyakan pengeluarannya untuk minyak wangi.

83. Senantiasa dalam kondisi memiliki wudu dan setiap mengambil wudu pasti menyikat giginya.

84. Cahaya mata beliau adalah shalat. Beliau merasa menemukan ketenangan dan ketentraman saat shalat.

85. Beliau senantiasa berpuasa pada tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan.

86. Tidak pernah mencaci nikmat sama sekali.

87. Menganggap besar nikmat Allah yang sedikit.

88. Tidak pernah memuji makanan dan tidak juga mencelanya.

89. Memakan makanan apa saja yang dihidangkan kepadanya.

90. Di depan hidangan makanan beliau senantiasa makan makanan yang ada di depannya.

91. Di depan hidangan makanan, beliau yang paling duluan hadir dan paling akhir meninggalkannya.

92. Tidak akan makan sebelum lapar dan akan berhenti dari makan sebelum kenyang.

93. Tidak makan dua model makanan.

94. Ketika makan tidak pernah sendawa.

95. Sebisa mungkin beliau tidak makan sendirian.

96. Mencuci kedua tangan setelah selesai makan kemudian mengusapkannya ke wajah.

97. Ketika minum, beliau meneguknya sebanyak 3 kali. Awalnya baca Bismillah dan akhirnya baca Alhamdulillah.

98. Rasulullah lebih memiliki rasa malu daripada gadis-gadis pingitan.

99. Bila ingin masuk rumah, beliau meminta izin sampai tiga kali.

100. Waktu di dalam rumah, beliau bagi menjadi tiga bagian: satu bagian untuk Allah, satu bagian untuk keluarga dan satu bagian lagi untuk dirinya sendiri. Sedangkan waktu untuk dirinya sendiri beliau bg dg masyarakat..

------------------------

Kami rindu menatap wajahmu, yaa Rosulalloh..😭

WALISONGO

pekerjaan kita adalah memperbaiki diri dengan ittiba rosul
1. menjadi pribadi pribadi yang bisa dipercaya
2. menjadi pribadi pribadi yang mandiri
3. menjadi pribadi pribadi yang ramah
4. menjadi pribadi pribadi yang berizzah tinggi ( tangan diatas ) dan suka menyantuni
sehingga kita sebagai muslim adalah rahmat bagi lingkungan dan bukan kesalehan yang mengancam
para penda'i era walisongo adalah pribadi pribadi yang menjadi solution maker
1. sebagian dari mereka adalah ahli pertanian
2. sebagian mereka adalah ahli pengobatan
3. sebagian mereka adalah ahli bangunan
4. sebagian mereka adalah ahli kesenian
5. sebagian mereka ahli tatanegara
mereka adalah pribadi pribadi yang beriizaah tinggi karena wali wali itu adalah putra putra bangsawan dari negeri negeri islam utara ...campa asia tengah dan turki osmani
Walisongo itu institusi da'wah yang mendapat mandat dari Khilafah Turki Utsmani yang terdiri dari tujuh angkatan. Generasi awal duat dari Turki, Rusia, Palestina dan China dengan keahlian syariah, politik dan profesional, seperti sunan malik Ibrahim yang dari Turki. Beliau ahli irigasi karena pada waktu itu tanah jawa adalah rawa yang becek dan banyak malaria. Oleh karena itu, pada waktu berikutnya Sunan Syarif hidayatullah dikirim dari Rusia dengan keahlian sebagai dokter.
Syekh Siti Jenar adalah putra Aceh yang dikirim ke Makah untuk haji tetapi terdampar di Persia dan menjadi syi'ah. Dia kemudian menjadi penda'wah syi'ah yang karena mencaci maki sahabat nabi sebagai anjing, akhirnya diadili dan dihukum mati.

Lesson learned-nya adalah bahwa dakwah, negara  dan rakyat Indonesia perlu memiliki strategi budaya. Walisongo mengubah dominasi hindu yang sudah menghegemoni Nusantara hampir 1000 tahun dengan budaya secara totalitas dan komplit. Aqidah diluruskan melalui multimedia tercanggih saat itu. Mulai dari wayang, pakaian, makanan, hingga ritual semua ada sentuhan dakwah. Walisongo sebagai tandzhim da'wah bekerja sangat efektif, kreatif dan detail. Gerakan mereka masuk ke mihwar negara, hal ini ditandai dengan pendirian Negara Demak Bintoro tetapi tetap saja kental dengan warna budaya. Sebagai contoh Raden Fattah (jim bun, putra raja majapahit keturunan china, Muslim) dilantik pada malam 21 ramadhan dengan mengenakan batik wahyu tumurun. Batik ini bersimbol mahkota, dengan iringan tiga simbol, burung (karena tidak boleh menggambar makhluk hidup, maka batik bergambar burung hanya ditampilkan sayap atau ekor saja) yang bermakna kukila, diturunkan dari hadits Nabi: qul khairan aw li yasmut, hifdhullisaan, raja itu mesti sedikit bicara tapi benar, menjaga lisannya “sabda pandita ratu datan kena wola wali”.
Simbol kedua adalah daun lung- lungan. Maknanya Raja harus banyak ngelungi, memberi, sehingga raja harus dermawan dan disebut sinuhun, yaitu tempat meminta. Oleh karena itu raja Islam selalu bergelar “abdurrahman”.
Simbol ketiga adalah bunga atau kusuma, dimana raja harus menjadi bunga pergaulan, mengamalkan hadits ahsanukum man ahsanul khuluqa.
Malam selikuran (21) dilestarikan sebagai tradisi wahyu tumurun hingga kini, padahal itu simbol puncak kemenangan da'wah Islam dengan dilantiknya raja Islam pertama pengganti Majapahit.
jadi intinya kita bisa menjadi penda'i kalau kita adalah solution maker dilingkungan kita atau pribadi pribadi yang menjadi tempat warga mengadu , meminta dan lain lain setidaknya janganlah menjadi trouble maker.

Untukmu Yang Ingin Hidup Bersama Al Qur'an

BimbinganIslam.com
Sabtu, 07 Rabi'ul Awwal 1437 H / 19 Desember 2015 M
📗 Materi Tematik | Untukmu Yang Ingin Hidup Bersama Al Qur'an
______________________________

Al Qur'an..

Siapa yang tak mengakui keagungannya?

Siapa yang memungkiri bahwa ia Kalam Sang Pencipta manusia?

Sarat dengan hikmah dan pelajaran..

Juga penyakit bagi jiwa dan badan..

Akan tetapi, mengapa sulit bagi kita untuk mentadabburinya?

Atau sekedar merutinkan bacaannya?

Selalu kita kalahkan ia dengan alasan kesibukan

Bahkan dengan sekedar hiburan dan obrolan..

Untukmu yang ingin hidup bersama Al Qur'an...

Berikut beberapa obat yang harus diperhatikan:

🌸 1. INGATLAH BAHWA KEBERKAHAN ITU ADA DI PAGI HARI.

Maka bersegeralah membaca Al Qur'an pada pagi hari.

Semakin pagi Anda merutinkan bacaan Al Qur'an, semakin mudah bagi Anda untuk merutinkannya.

Sebaliknya, semakin Anda terlambat untuk membacanya, semakin besar kesempatan Anda untuk melalaikannya dan sulit merutinkannya.

Berpeganglah pada doa Nabi kita shalallahu alaihi wa sallam :

بورِك لأمتي في بكورِها

"Ummatku diberkahi pada pagi hari mereka."

🌸 2. BACALAH AL QUR'AN SETIAP HARI DENGAN KEYAKINAN BAHWA ANDA SEDANG MEMBACA SURAT DARI ALLAH UNTUK ANDA.

Maka, tidaklah Anda merasakan kesedihan dan kesempitan dalam urusan dunia Anda kecuali akan Anda dapati kelapangan dan jalan keluar dari ayat-ayat yang Anda baca seakan-akan Allah menghibur Anda dan memanggil Anda:

"Aku lebih mengetahui tentang segala yang menyembuhkanmu"

🌸 3. PRIORITASKAN AL QUR'AN MAKA IA AKAN MEMBERIKAN BEKAS DI HATI ANDA.

Bacalah Al Qur'an dengan merenungi maknanya, dan sesungguhnya Anda dapat meresapi dan memahami bacaan Al Qur'an sesuai kadar prioritas Anda terhadapnya.

🌸 4. INGATLAH BAHWA LUPUTNYA BACAAN AL QUR'AN PADA SATU HARI ADALAH HUKUMAN BAGI ANDA.

Tidaklah hilang kesempatan Anda untuk membaca Al Qur'an pada satu hari kecuali disebabkan oleh dosa dan maksiat.

Maka perbanyaklah istighfar ketika terluput dari Anda bacaan Al Qur'an dan gantilah pada hari berikutnya.

🌸 5. BAGILAH BACAAN AL QUR'AN MENJADI BEBERAPA BAGIAN.

Bila Anda tidak memiliki banyak waktu untuk sekali membaca Al Qur'an, Anda dapat membagi bacaan Al Qur'an menjadi beberapa bagian.

Misalnya setiap selesai sholat Anda dapat membaca setengah atau satu halaman dan diteruskan setelah sholat berikutnya.

Dengan demikian Anda telah membaca beberapa halaman Al Qur'an dalam sehari.

🌸 6. ATAU BACALAH AL QUR'AN SEKALIGUS BEBERAPA HALAMAN.

Jadikanlah waktu tetap untuk membaca Al Qur'an secara rutin, yang sebisa mungkin tidak boleh diganggu oleh urusan lain.

Dan sebaik baik waktu membaca Al Qur'an adalah waktu ashar atau sebelum subuh.

Atau dapat juga setelah sholat subuh karena waktu itu fikiran Anda masih jernih sehingga lebih mudah memahami dan memaknai bacaan Anda, bahkan bila Anda ingin menghafalnya.

🌸 7. HINDARILAH SEGALA MACAM ALASAN UNTUK TIDAK MEMBACA AL QUR'AN.

Bersungguh-sungguhlah menepati waktu yang telah Anda tetapkan sebagai waktu membaca  Al Qur'an dan hindarilah alasan untuk kehilangan waktu membacanya.

Ingatlah para salafus sholih dahulu tidaklah meninggalkan bacaan Al Qur'an bahkan ketika mereka sibuk berperang, sedangkan kita, selalu menjadikan hal-hal sepele sebagai alasan untuk meninggalkan bacaan Al Qur'an!

▪️Diterjemahkan dengan beberapa penambahan dari tulisan Dr. Kholid Abu Syadi berjudul "Likulli man lam yantadzim bi qirooatil qur'an".

✒Ummu Sholih,
Di Al Madinah An Nabawiyyah

Rabu, 23 Desember 2015

UWAIS AL QORNI

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

CERITA KEHIDUPAN UWAIS AL QORNI

Pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarni adalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.

Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.

Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau. Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.

Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.

Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Betapa gembiranya hati Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.

Uwais Ai-Qarni Pergi ke Madinah

Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.

Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.

Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.

Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”

Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang Uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia?

Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan do'a dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta do'a pada kalian.”

Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Seperti yang dikatakan Rasulullah sebelum wafatnya. Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Fenomena Ketika Uwais Al-Qarni Wafat

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.

Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

Subhanallah

Maulid 2015


Sahabat dan Kerabat, tahun 2015 segera akan berlalu dan tahun 2016 segera akan datang. Kita berharap semoga di tahun yang akan datang nanti, kita semua akan bisa mendapatkan kesuksesan dan kejayaan dengan keberkahan yang lebih dari tahun-tahun yang sebelumnya.

Sahabat dan Kerabat, diakhir tahun 2015 ini telah datang sa'at dimana dahulu Nabi Muhammad SAW. dilahirkan. Sebagian orang ada yang memperingatinya, sebagian lagi tidak. Sebagian ada yang menganggap bahwa peringatan itu adalah bid'ah, sebagian lagi ada yang menganggapnya bukan, kemudian ada juga yang menganggapnya sebagai bid'ah hasanah, yaitu bid'ah yang baik untuk dilaksanakan.

Silahkan berpegang kepada keyakinannya masing-masing, yang tentunya mempunyai dasar pertimbangan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, tidak perlu-lah kita memperdebatkannya.

Sahabat dan kerabat, bagi yang memperingatinya pasti tidak banyak yang tahu bahwa tahun 2015 ini adalah tahun yang istimewa, dimana peringatan Maulid Nabi pada tahun ini dilaksanakan selama 2 kali dan ini hanya akan terjadi dalam setiap 33 tahun sekali !!!.

Kok bisa ya ?.

Menurut penjelasan dari ahli-ahli ilmu falak, hal ini disebabkan karena tahun Hijriyah lebih singkat dari tahun Miladiyah (Masehi) dengan selisih waktu selama 11 hari lamanya.

Kejadian yang sama seperti ini terakhir kali terjadi pada tahun 1982, yang mana pada tahun tersebut diperingati Maulid Nabi tuntuk ahun 1402 H dan untuk tahun 1403 H.

Sedangkan untuk tahun 2015 ini, telah diperingati Maulid Nabi untuk tahun 1436 H yang jatuh pada tanggal 3 Januari 2015 yang lalu, dan juga sekaligus akan diperingati Maulid Nabi untuk tahun 1437 H yang jatuh pada tanggal 24 Desember 2015 ini.

Nah, istimewa bukan ?.

Sahabat dan Kerabat, bagi yang memperingatinya, semoga peringatan Maulid Nabi yang jatuh pada tanggal 24 Desember 2015 ini, akan bisa menjadi momentum yang tepat untuk kembali bisa mengingat dan mengikuti suri teladan yang telah dicontohkan oleh beliau, dimana Allah SWT telah berfirman : "‎Sesungguhnya pada (diri) Rasulullah itu telah ada suri teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharapkan (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat serta banyak berdzikir kepada Allah”. (QS. Al-Ahzab : 21), ‎sehingga dengan itu semoga kita akan bisa menjalani kehidupan dan penghidupan (beragama Islam) yang benar, sejalan dengan perintah dan larangan Allah SWT. dan Rasul-Nya.

Aamiin Yaa Rabbal'alaamiin.

Senin, 21 Desember 2015

NASEHAT IBU

"NASEHAT IBU"

Suatu pagi, seorang anak gadis bertanya pada ibunya :

“Ibu, ibu selalu terlihat cantik. Aku ingin seperti Ibu, beritahu aku caranya.”

Dengan tatapan lembut & senyum haru, sang Ibu menjawab,

“Untuk bibir yang menarik, ucapkanlah perkataan yang baik.”

“Untuk pipi yang lesung, tebarkanlah senyum ikhlas kepada siapa pun…”

“Untuk mata yang indah menawan, lihatlah selalu kebaikan orang lain…”

“Untuk tubuh yang langsing, sisihkanlah makanan untuk fakir miskin…”

“Untuk jemari tangan yang lentik menawan, hitunglah kebajikan yang telah diperbuat orang kepadamu…”

“Untuk wajah putih bercahaya, bersihkanlah kekotoran batin…”

"Anakku..
Janganlah sombong akan kecantikan fisik karena itu akan pudar oleh waktu.
Kecantikan perilaku tidak akan pudar walau oleh kematian.

~Biasakan ucapkan 4 kata kepada siapapun dengan santun: Terima Kasih, Maaf, Tolong, dan Permisi.

~Jika kamu BENAR, maka kamu tidak perlu marah.

~Jika kamu SALAH, maka kamu wajib minta maaf.

~Kesabaran dengan keluarga adalah KASIH.

~Kesabaran dengan orang lain adalah HORMAT.

~Kesabaran dengan diri sendiri adalah KEYAKINAN.

~Kesabaran dengan TUHAN adalah IMAN.

~Jangan terlalu mengingat masa lalu, karena hal itu akan membawa AIR MATA.

~Jangan terlalu memikirkan masa depan, karena hal itu akan membawa KETAKUTAN.

~Jalankan saat ini dengan senyuman, karena hal itu akan membawa KECERIAAN !

~Setiap ujian dalam hidup ini bisa membuat kamu pedih atau lebih baik.

~Setiap masalah yang timbul bisa menguatkan atau menghancurkan.

~Pilihan ada padamu, apakah kamu akan memilih menjadi korban atau pemenang.

~Carilah hati yang indah dan bukan wajah yang cantik.

~Hal-hal yang indah tidak selalu baik, tapi hal-hal yang baik akan selalu indah....


Salam PEMENANG! 👍

Pendidikan berbasis QURAN

Sistem Pendidikan Terbaik
Oleh: Muhammad Husnan

Sekitar Empat tahun yang lalu tepatnya di awal Ramadhan 1433 H Saya mengikuti kuliah subuh di Masjid dekat rumah. Ustadz yang berceramah menceritakan kisah nyata dari seorang rektor salah satu perguruan tinggi swasta di Indonesia yang sedang mencari sistem pendidikan terbaik yang dapat menghasilkan dan mencetak generasi yang cerdas, bermartabat dan bisa bermanfaat bagi bangsa dan agama.

Untuk mencari sistem pendidikan terbaik, rektor tersebut pergi ke Timur Tengah untuk meminta nasihat dari seorang ulama terkemuka di sana. Ketika bertemu dengan ulama yang ingin ditemuinya, lalu dia menyampaikan maksudnya untuk meminta saran bagaimana menciptakan sistem pendidikan terbaik untuk kampus yang dipimpinnya saat ini.

Sebelum menjawab pertanyaan dari rektor, ulama tersebut bertanya bagaimana sistem pendidikan saat ini di Indonesia mulai dari tingkat bawah sampai paling atas?
Rektor menjawab, "paling bawah mulai dari SD selama  6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, D3 3 tahun atau S1 4 tahun, S2 sekitar 1.5 - 2 tahun, dan setelah itu S3 untuk yang paling tinggi. 

Jadi untuk sampai S2 saja butuh waktu sekitar 18 tahun ya? Tanya Sang Ulama.
Iya, jawab rektor tersebut.
Lalu bagaimana jika hanya lulus sampai di SD saja selama 6 tahun, pekerjaan apa yang akan bisa didapat? Tanya kembali Sang Ulama.
Kalau hanya SD paling hanya buruh lepas atau tukang sapu jalanan, tukang kebun dan pekerjaan sejenisnya. Tidak ada pekerjaan yang bisa diharapkan jika hanya lulus SD di negeri Kami. Jawab si rektor. 

Jika Lulus SMP bagaimana?
Untuk SMP mungkin jadi office boy (OB) atau cleaning service, jawab kembali si rektor. Kalau SMA bagaimana?
Kalau lulus SMA masih agak mending pekerjaan nya di negeri Kami, bisa sebagai operator di perusahaan-perusahaan, lanjut si rektor.

Kalau lulus D3 atau S1 bagaimana? Bertanya kembali Sang Ulama. Klo lulus D3 atau S1 bisa sebagai staff di kantor dan S2 bisa langsung jadi manager di sebuah perusahaan, kata si rektor.

Berarti untuk mendapatkan pekerjaan yang enak di negeri Anda minimal harus lulus D3/S1 atau menempuh pendidikan selama kurang lebih 15-16 tahun ya? Tanya kembali sang Ulama. Iya betul, jawab si rektor. 

Sekarang coba bandingkan dengan pendidikan yang Islam ajarkan. Misal selama 6 tahun pertama (SD) hanya mempelajari dan menghapal Al-Qur'an, apakah bisa hapal 30 juz? Tanya Sang Ulama. Inshaa Alloh bisa, jawab si rektor dengan yakin. Apakah ada hafidz Qur'an di negeri Anda yang bekerja sebagai buruh lepas atau tukang sapu seperti yang Anda sebutkan tadi untuk orang yang hanya Lulus SD? Kembali tanya Sang Ulama. Tidak ada, jawab si rektor. 

Jika dilanjut 3 tahun berikutnya mempelajari dan menghapal hadis apakah bisa menghapal ratusan hadis selama 3 tahun? Bisa, jawab si rektor. Apakah ada di negara Anda orang yang hapal Al-Qur'an 30 juz dan ratusan hadis menjadi OB atau cleaning service? Tidak ada, jawab kembali si rektor. 

Lanjut 3 tahun setelah itu mempelajari tafsir Al-Qur'an, apakah ada di negara Anda orang yang hafidz Qur'an, hapal hadis dan bisa menguasai tafsir yang kerjanya sebagai operator di pabrik? Tanya kembali ulama tersebut. Tidak ada, jawab si rektor. Rektor tersebut mengangguk mulai mengerti maksud sang ulama. 

Anda mulai paham maksud Saya? Ya, jawab si rektor.

Berapa lama pelajaran agama yang diberikan dalam seminggu? Kurang lebih 2-3 jam, jawab si rektor.

Sang ulama melanjutkan pesannya kepada si rektor, jika Anda ingin mencetak generasi yang cerdas, bermartabat, bermanfaat bagi bangsa dan agama, serta mendapatkan pekerjaan yang layak setelah lulus nanti, Anda harus merubah sistem pendidikan Anda dari orientasi dunia menjadi mengutamakan orientasi akhirat karena jika Kita berfokus pada akhirat inshaa Alloh dunia akan didapat. Tapi jika sistem pendidikan Anda hanya berorientasi pada dunia, maka dunia dan akhirat belum tentu akan didapat.

Pelajari Al-Qur'an karena orang yang mempelajari Al-Qur'an, Alloh akan meninggikan derajat orang tersebut di mata hamba-hambaNya. Itulah sebabnya Anda tidak akan menemukan orang yang hafidz Qur'an di negara Anda atau di negara manapun yang berprofesi sebagai tukang sapu atau buruh lepas walaupun orang tersebut tidak belajar sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi karena Alloh yang memberikan pekerjaan langsung untuk para hafidz Qur'an. Hafidz Qur'an adalah salah satu karyawan Alloh dan Alloh sayang sama mereka dan akan menggajinya lewat cara-cara yang menakjubkan. Tidak perlu gaji bulanan tapi hidup berkecukupan. 

Itulah pesan Sang Ulama kepada rektor tersebut. Mari kita didik diri dan keluarga kita agar senantiasa selalu membaca, mempelajari, dan menghapal Al-Qur'an agar hidup kita dimudahkan dan berkecukupan. Totalitas menjadi karyawan Alloh bukan hanya karyawan dari seorang manusia. 

Semoga bermanfaat. 

Silahkan dishare agar semakin banyak yang terinspirasi untuk mempelajari dan menghapal Alquran

REPOTNYA JADI SUAMI

Intermezzo
REPOTNYA JADI SUAMI

By: Wulan Darmanto

Istri    : Mau dimasakin apa nanti malam?
Suami: Terserah..
Istri    : Jangan bilang terserah donk, bikin bingung yang mau masak aja..
Suami: ya udah.. opor ayam 
Istri   : Tapi ayam lagi mahal..
Suami: Oreg tempe kalau gitu
Istri    : Tempe di Mang Soleh ngga enak. Kedelainya hancur
Suami: Atau sambel sama telor juga aku udah seneng
Istri    : Cabe harganya gila-gilaan
Suami: ya udah beli aja di warung padang, praktis
Istri    : *sensitif*
Kamu tuh  ngga bisa menghargai aku. Aku pingin masakin buat suami, malah disuruh beli. Bilang aja masakanku ngga enak. Iya kan? 
Suami: #putusasa
   #gigitwajan

*****

Istri    : Ayam ungkep enaknya pake sambel nih pah, mau disambelin apa?
Suami: *belajar dari pangalaman. Pantang bilang terserah*
    Sambel tomat aja..
Istri    :  Tomatnya ijo-ijo nih..asem..
Suami: Sambel terasi deh kalo gitu
Istri    : Yaa...terasinya habis pah
Suami: Udah sambel mentah aja..
Istri    : Ih papah..bikin sakit perut tauk..sambel teri aja ya? enak
Suami: Kan aku alergi teri mah..yang lain deh
Istri     : Papah nih susah banget sih, mau dibikinin sambel aja protes mulu..
Suami: ??????
 #nelenterihiduphidup

*****
Istri    : Pah, libur panjang nih..enaknya kemana ya?
Suami: *tetap pada prinsip anti bilang terserah*
    Ke pantai aja yuk mah
Istri    : jangan ah..banyak ubur-ubur
Suami: Atau kita nyewa villa di puncak?
Istri    : Musim ujan..jalanan licin
Suami: ke kebun binatang?
Istri    : Capek muterinnya... panas
Suami: *sambil elus rambut istri* gimana kalau di rumah aja..nyobain resep baru mamah?
Istri    : Tuh kan..kalau diajak liburan pasti ujungnya di rumah aja..ngga modal banget sih pah nyeneng-nyenengin istri?
Suami: #ngunyahbukuresep

*****
Istri    : Pah, itu pasangan njomplang banget deh
Suami: Mana? *antusias*
Istri    : Itu.. yang lagi belanja baju..istrinya cantik menjulang kaya model, suaminya kok bantet gitu ya pah.. Kalau menurut papah, suaminya beruntung ngga?
Suami: ya jelas donk..
Istri    : *drama dimulai*
Papa sepertinya ga beruntung ya punya istri aku..udah ngga tinggi, ngga putih, ngga cantik..iya kan?
Suami: ya engga donk sayang..papa beruntung banget punya istri kamu..
Istri     : Kalau beruntung, lalu kenapa papa ngeliatin wanita itu mulu?
Suami: loh katanya suruh ngeliat?
 #diare

*******
Istri    : Ish, pasangan itu engga banget deh
Suami: *trauma*
Istri    : Papaaah.. kok melengos sih..lihat donk..itu lhoo suaminya ganteng imut kaya sahrul gunawan, istrinya kok tua bener ya pah? 
Suami: *nengok sekilas*
   Hmm...
Istri    : papah kok nggak komentar sih? Pasti papah ngerasa senasib kan sama bapak-bapak itu? Iya kan? Papah ganteng, imut, awet muda, sedangkan mamah cepet tua. Iya kan? Udah deh ngaku aja..
Suami: #stroke

******
Ps: untuk suami yang kebetulan punya kisah yang mirip dengan ilustrasi ini, pesan saya Cuma satu pak:  Jadikan sabar dan shalat sebagai penolongmu :D :D

Jumat, 18 Desember 2015

ROMANTIS

Romantis Itu....

Oleh : Ustadz Zainal Abidin. Lc

🌷 INSPIRASI!!! 💐

🍃 _Seorang ibu setengah baya pd sebuah pengajian rutin bertanya kpd ustadnya; "Ustad bgmn membangun romantisme dlm keluarga" pertanyaan yg membuat keringat sang ustad mengalir deras....namun tetap mencoba menjawab;

✅_Romantisme itu....

Ketika malam tinggal sepertiga, seorang istri terbangun. Ia berwudhu, menunaikan shalat dua rakaat. Lalu membangunkan suaminya. “Sayang.. bangun.. saatnya shalat.” 

Maka mereka berdua pun tenggelam dalam khusyu’ shalat dan munajat.

✅_Romantis itu…

Ketika seorang istri mengatakan, “Sebentar lagi adzan, Sayang..” 

Lalu sang suami melangkah ke masjid, menunaikan tahiyatul masjid. Tak ketinggalan ia menunaikan dua rakaat fajar. Maka ia pun menjadi pemenang; dan itu lebih baik dari dunia dan seisinya.

✅_Romantis itu…

Ketika suami berangkat kerja, sang istri menciumnya sambil membisik mesra, “Hati-hati di jalan, baik-baik di tempat kerja sayang... kami lebih siap menahan lapar daripada mendapatkan nafkah yang tidak halal”

✅_Romantis itu…

Ketika suami istri terpisah jarak, tetapi keduanya saling mendoakan di waktu dhuha: “Ya Allah, jagalah cinta kami, jadikanlah pasangan hidup dan buah hati kami penyejuk mata dan penyejuk hati, tetapkanlah hati kami dalam keimanan, teguhkanlah kaki kami di jalan kebenaran dan perjuangan, ringankanlah jiwa kami untuk berkorban, maka mudahkanlah perjuangan dan pengorbanan itu dengan rezeki halal dan berkah dariMu”

✅_Romantis itu…

Ketika suami sibuk kerja, saat istirahat ia sempat menghubungi istrinya. Mungkin satu waktu dengan menghadirkan suara. Mungkin hari lainnya dengan WA dan SMS cinta. 

“Apapun makanan di rumah makan, tak pernah bisa mengalahkan masakanmu.” Lalu sang istri pun membalasnya, “Masakanku tak pernah senikmat ketika engkau duduk di sebelahku.”

✅_Romantis itu…

Ketika menjelang jam pulang kerja, sang suami sangat rindu untuk segera pulang ke rumah dan bertemu istrinya. Pada saat yang sama, sang istri merindukan belahan jiwanya tiba.

✅_Romantis itu…

Ketika suami mengucap salam, sang istri menjawabnya disertai senyuman. Bertemu saling mendoakan. Istri mencium tangan suami, dan suami mengecup kening istri lalu saling mengecup pipi kanan dan kiri bergantian.

✅_Romantis itu…

Ketika suami tiba di rumah, istri menyambutnya dengan wajah cerah dan bibir merekah. Maka hilanglah segala penat dan lelah. Beban kerja di pundak mendadak menghilang, terbang melayang.

✅_Romantis itu…

Ketika syukur selalu menghiasi makan bersama. Meski menunya sederhana, nikmat begitu terasa, keberkahan pun memenuhi seluruh keluarga.

✅_Romantis itu…

Ketika suami istri kompak mengajar anaknya mengaji. Meski telah ada TPQ, sang ayah dan sang ibu tidak berlepas diri dari tanggung jawab untuk mencetak generasi Rabbani. 

Kelak, merekalah yang akan mendoakan sang orang tua, saat perpisahan selamanya telah tiba masanya.

✅_Romantis itu…

Ketika sang istri tidak berat melepas suami. Keluar rumah. Untuk mengaji, atau aktifitas da'wah. Sebab sang istri ingin suaminya menjadi imam baginya, juga bermanfaat bagi Islam dan umatnya...,

بارك الله فيكم

✏ Ustadz Zainal Abidin, Lc




Belum Hamil


SUATU hari ada sepasang suami istri yang menikah sudah 10 tahun, namun belum juga dikaruniai seorang buah hati dalam rumah tangganya. Akhirnya mereka memutuskan untuk berkonsultasi ke dokter kandungan, untuk mengetahui penyebab istrinya belum juga bisa hamil.

Suami: “Dok mengapa istri saya belum juga hamil?”

Dokter: “Kalian sudah menikah berapa tahun?”

Suami: : “Kami sudah 10 tahun menikah Dok!”

Dokter: “Kalian sering berhubungan suami istri?”

Suami: “Sering Dok, kadang kami berhubungan lewat BBM, WhatsApp, Facebook, email, dll”

Dokter: “Oooh, ya sudah, anaknya di download aja”

Suami: “???”

Kamis, 17 Desember 2015

Kisah seorang Ayah bersama Anaknya

Kisah seorang Ayah bersama Anaknya 💐

🌾Seorang ayah ingin mengajarkan kepada anaknya sejak dini, ia baru duduk dikelas 3 SD. untuk mengatur uang jajannya... 

🌾Sang anak diberi uang Rp. 30.000 perminggu (termasuk ongkos ojek). Biasanya uang tersebut diberikan sang ayah sehari sebelum anaknya masuk sekolah...

🌾Pada minggu pagi mereka berdua hendak jalan-jalan ke kota untuk menikmati liburan. Sebelum berangkat., tak lupa sang ayah memberikan uang jajan mingguan anaknya dengan tiga lembar uang Rp 10.000. Dan uang tersebut disimpan rapi dalam saku celananya...

🌾Ditengah keasyikan sang ayah dan anaknya menikmati hari libur mereka.., tiba-tiba keduanya dikejutkan dengan kedatangan seorang kakek pengemis yang telah tua renta sambil memelas...
Tak tega melihat sang kakek tua yang memelas itu., sang anak dengan sigap langsung mengeluarkan 3 lembar uang 10.000,- dari saku celana dan diberikan seluruhnya...

🌾Kontan saja kakek pengemis ini terlihat sangat senang seraya mengucapkan rasa syukur dan terimakasih yang tak terkira kepada sang anak dan ayahnya ini...

🌾Setelah si kakek tua berlalu.., Sang ayah bertanya;
“Sayang.., kenapa kamu berikan semua uangmu untuk kakek itu..??? Bukankah satu lembar saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya hingga nanti malam..???”

🌾“Ayaaah.. kalau kakek tua itu ikhlas menerima yang sedikit, maka aku ikhlas untuk memberikan yang lebih besar.!” Jawab anaknya dengan wajah tersenyum...

🌾“Tek..!!!” Hati sang ayah langsung tersentak kaget mendengar jawaban tersebut.
“Nah..! terus uang jajanmu untuk seminggu ke depan bagaimana..?” Tanya sang ayah mencoba mengujinya.

🌾“Kan aku masih punya ayah dan bunda..!!! 
Tidak seperti kakek tua itu yang mungkin hanya hidup sebatangkara di dunia ini..!” Balas anaknya...

🌾“Kenapa kamu begitu yakin kalau ayah dan bunda akan mengganti uang jajanmu..? Ayah nggak janji loh..!?” Kembali sang ayah mengujinya...
“Kalau ayah merasa bahwa aku adalah amanah dari Allah yang dititipkan kepada ayah dan bunda.., maka aku sangat yakin ayah dan bunda tak akan membiarkan aku kelaparan seperti kakek tua itu...” Jawab sang anak mantap...

🌾Seakan sang ayah tak percaya dengan jawaban dari putranya hingga ia kehabisan kata-kata... Ia tak menyangka jawaban seperti itu keluar dari seorang bocah kelas 3 SD.  Ia seperti sedang berhadapan dengan seorang ulama besar dan ia tak bernilai apa-apa ketika berada dihadapannya..!

❤❤❤MASYA ALLOH...

🌾Lalu... ia berjongkok dan memegang kedua pundak buah hatinya itu...
“Sayang… ayah dan bunda janji akan selalu menjaga dan merawatmu hingga Allah Ta'ala tetapkan batas umur ini... Ayah sangat sayang padamu naak..” Sambil kedua matanya berkaca-kaca seolah tak kuat menahan haru...

🌾Sambil memegang kedua pipi ayahnya, sang anak pun membalas,
“Ayah tak perlu berkata seperti itu... Sejak dulu aku sudah tahu bahwa ayah dan bunda sangat mencintai dan menyayangiku..!  
Kelak jika aku sudah dewasa aku akan selalu menjaga ayah dan bunda..! Dan aku tidak akan membiarkan ayah dan bunda hidup dijalanan seperti kakek tua itu..!!!”

🌾Dan airmata sang ayah pun tak terbendung mendengar jawaban tulus dari anaknya itu... Dipeluklah tubuh mungil itu dengan sangat erat... 
Dan keduanya larut dalam haru dan kasih sayang...

❤Kapankah kurikulum kita bisa menghasilkan mental anak yang seperti ini? ???
Semoga kita terinspirasi dari cuplikan kisah ini, dan bermanfaat bagi kita sekalian... Amiin.
untuk melipat gandakan hikmah dan manfaatnya, dipersilahkan membagi dengan saudara dan teman lainnya.