Jumat, 23 Oktober 2015

Shuhaib

Shuhaib bin Sinan (w. 38 H) dilahirkan dalam keluarga berada, ayahnya adalah pejabat kerajaan Persia. Namun masa remajanya beliau hidup di Romawi sebagai seorang budak, lalu di jual ke Makkah, dimerdekakan tuannya, dan berniaga di Makkah.


Ketika beliau mendengar berita diutusnya Nabi Muhammad saw, bersama ‘Ammar bin Yâsir beliau menemui Nabi saw, dan akhirnya menyatakan keislamannya. Mulai saat itu hubungannya dengan dunia dan sesama manusia, bahkan dengan dirinya pribadi mendapatkan corak baru, kuat jiwanya, ulet usahanya, dan zuhud terhadap dunia.

Ketika Rasulullah saw dan Abu Bakar sudah hijrah, Suhaib juga meyusun rencana untuk hijrah. Disimpannya harta hasil usahanya selama berpuluh tahun, lalu dengan sembunyi-sembunyi beliau berangkat hijrah menyusul Rasulullah saw.

Namun orang-orang Quraisy berhasil mengejarnya. Mereka berkata kepada Shuhaib r.a:
أَتَيْتَنَا صُعْلُوكًا، فَكَثُرَ مَالُكَ عِنْدَنَا، وَبَلَغْتَ مَا بَلَغْتَ، ثُمَّ تُرِيدُ أَنْ تَخْرُجَ بِنَفْسِكَ وَمَالِكَ؟، وَاللَّهِ لَا يَكُونُ ذَلِكَ
Engkau datang kepada kami dalam keadaan miskin, maka banyaklah harta engkau disisi kami, hingga engkau mencapai (kekayaan) seperti ini, lalu engkau ingin pergi dengan diri engkau dan harta engkau?, demi Allah hal itu tidak boleh terjadi.

Lalu Shuhaib berkata:
أَرَأَيْتُمْ إِنْ أَعْطَيْتُكُمْ مَالِي أَتُخَلُّونَ سَبِيلِي؟
Bagaimana pendapat kalian jika aku berikan hartaku kepada kalian, apakah kalian akan membiarkan jalanku (untuk pergi hijrah)?

Orang-orang tersebut menyetujuinya, lalu Shuhaib memberikan hartanya (dalam riwayat lain menunjukkan tempat-tempat penyimpanan hartanya), dan beliau melanjutkan hijrah menyusul Rasulullah saw. Ketika Rasulullah mengetahui hal tersebut, beliau menyatakan:
رَبِحَ صُهَيْبٌ رَبِحَ صُهَيْبٌ
Telah beruntung Shuhaib, telah beruntung Shuhaib. (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

Inilah semangat hijrah yang seharusnya tertanam dalam benak setiap muslim, meninggalkan apapun yang akan menghalangi ridha Allah SWT, meninggalkan apapun yang dilarang-Nya.
وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ
“dan seorang Muhajir (orang yang berhijrah) adalah orang yang meninggalkan apa-apa yang dilarang oleh Allah ” (HR. al Bukhory)

Secara fisik mungkin Shuhaib ‘terlihat’ rugi, karena harus kehilangan hartanya, bisnisnya, tempat tinggalnya, dan relasi-relasi bisnisnya untuk pergi ke suatu tempat baru, memulai bisnis dari ‘nol’. Namun secara hakiki, sebagaimana dikatakan Rasulullah saw, justru Shuhaib benar-benar beruntung. Harta, walaupun ‘hilang’, kalau memang rizkinya maka dia pasti akan mendapatkannya lagi, atau Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik, sementara ketaatan kepada Allah, ridha-Nya tidak akan bisa dibeli dengan dunia dan seisinya.

Kalau Shuhaib r.a tanpa ragu meninggalkan semua harta dan bisnisnya untuk berhijrah kenegeri yang tidak ada bayangan bisnis barunya, lalu apa yang membuat seorang muslim ragu untuk meninggalkan aktivitas ribanya, meninggalkan pekerjaannya yang haram, meninggalkan kemaksiyatannya, meninggalkan lingkungan pergaulan yang bisa menyeretnya ke neraka?

Adakah yang membuat ragu untuk meninggalkan sistem hukum jahiliyyah warisan penjajah, yang tidak menguntungkan duniawi kita bahkan telah menghancurkan sendi-sendi kehidupan dunia dan akhirat kita?

Ataukah saldo tabungan kita yang tidak seberapa, istri kita yang tidak seberapa cantik, anak-anak dan cucu-cucu kita itu yang telah membuat kita tidak berani berbuat sebagaimana Shuhaib bin Sinan r.a dalam rangka memenuhi seruan Allah? Padahal Allah bisa saja mengambil mereka semua, bahkan diri kita, kapanpun dan bagaimanapun caranya tanpa perlu persetujuan kita? Bukankah itu semua hanyalah titipan Allah yang kelak kita pertanggungjawabkan? Bukankah merupakan perniagaan yang tidak akan merugi jika titipan itu ‘dibisniskan’ kembali dengan Penitipnya yang akan memberikan keuntungan berlipat-lipat? Allah swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيكُمْ مِنْ عَذَابٍ أَلِيمٍ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, sukakah kamu Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahuinya, (QS. Ash Shaff 10-11). [M.Taufik NT]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar