Kamis, 22 Oktober 2015

Ummu Salamah

Kisah Ummu Salamah

Ummu Salamah RA, atau nama aslinya Hindun binti Abu Umayyah, berasal dari Bani Makhzum, ayahnya termasuk seorang bangsawan Arab yang ternama dan dermawan, yang suka memberi bekal kepada para musafir. Suami pertamanya adalah Abu Salamah, atau Abdullah bin Abdul Asad.  Suami istri ini telah memeluk Islam pada masa awal Islam didakwahkan. Waktu Hijrah pertama ke Habsyah, Ummu Salamah dan suaminya turut serta, dan Salamah anaknya terlahir di sana. 
Kemudian saat Hijrah ke Madinah,  keluarga Salamah ini juga berangkat, namun perjalanan tidak mulus. Dalam perjalanan hijrah ke Madinah bersama suami dan anaknya, kerabatnya dari Bani Mughirah tidak merelakan kepergiannya dan mereka merebut kendali onta yang membawanya. Anaknya, Salamah bin Abu Salamah yang dalam gendongannya direbut oleh kerabat suaminya dari Banu Abdul Asad. Ummu Salamah gagal berhijrah, suaminya saja yang berangkat.
Tinggallah Ummu Salamah bersama kaumnya, tetapi ia selalu dalam keadaan sedih karena jauh dari orang-orang yang dicintainya, suami dan anaknya serta saudara-saudaranya sesama muslim. Setiap sore Ummu Salamah keluar, duduk di atas batu sambil menangis hingga larut malam. Keadaan yangmenyedihkan ini berlangsung hingga setahun, sampai akhirnya salah satu kerabatnya meminta kepada pemuka Bani Mughirah untuk melepaskan dan membiarkannya hidup bersama suaminya, dan permintaan ini disetujui. Saat itu Bani Abdul Asad pun memberikan kembali anaknya. Ia pun menyusul suaminya berhijrah ke Madinah.
Ummu Salamah menunggang unta hanya berdua dengan anaknya. Sampai di Tan'im, tidakjauh dari Makkah, ia berjumpa dengan Utsman bin Thalhah (saat itu belum memeluk Islam), yang kemudian bertanya kepadanya, "Mau kemana engkau, berjalan sendirian?"
"Saya akan menemui suamiku di Madinah?"
"Apakah tidak ada yang menemanimu?" Utsman setengah tidak percaya, karena Madinah jaraknya jauh sekali, sekitar limaratus kilometer mengarungi padang pasir dan memerlukan waktu berhari-hari.
Tetapi dengan mantap Ummu Salamah berkata, “Tidak ada siapa-siapa lagi selain Allah!"
Utsman mengambil  kendali unta yang ditunggangi Ummu Salamah dan membawanya berjalan ke arah Madinah. Jika tiba waktunya istirahat, ia merendahkan unta di dekat sebuah pohon dan menjauh, sehingga Ummu Salamah bisa turun dengan mudah. Setelah akan berangkat lagi, ia merendahkan unta sampai Ummu Salamah naik, dan memegang lagi kendalinya ke arah Madinah. Begitulah terjadi berulang-ulang selama 12  hari. Ketika telah sampai di Quba, Utsman bin Thalhah berkata, "Suamimu berada di sini,"  
Utsman membiarkan Ummu Salamah mengendalikan untanya sendiri, dan ia berjalan kaki kembali ke arah Makkah seorang diri.
Ketika telah bertemu dengan suaminya, Abu Salamah, iamenceritakan perjalanannya, dan kemudian berkata, “Demi Allah, selama setahun saya mengalami berbagai kesusahan dan penderitaan, belum pernah saya bertemu orang sebaik dia (Utsman bin Thalhah)."
Pada akhirnya Utsman bin Thalhah masuk Islam, bisa jadi ini adalah balasan Allah atas kebaikan yang telah ia berikan kepada Ummu Salamah.
Abu Salamah, suami Ummu Salamah wafat pada bulan Jumadil Akhir tahun 4 Hijriah, akibat luka parah yang diperolehnya pada perang Uhud, dan kambuh lagi ketika ia memimpin pasukan untuk memerangi Bani Asad. 
Setelah menjadi janda, iapun teringat akan pesan dan juga doa suaminya, agar ia menikah lagi. Untuk itu, ia dengan tekun melafalkan doa yang pernah diajarkan Rasulullah SAW, doa ketika mendapat musibah, yaitu : Allahumma Ajirnii fii mushiibatii, wakhlufnii khoiron minha(Ya Allah, berilah pahala atas musibah yang saya alami ini, dan gantilah dengan yang lebih baik)
Namun disela-sela doanya, ia sering berfikir, siapakah lelaki yang lebih baik daripada Abu Salamah? Pernah Abu Bakar menyatakan keinginan untuk menikahinya, tetapi Ummu Salamah menolak. Begitu juga ketika Umar bin Khaththab bermaksud menikahinya
Ketika Nabi SAW meminangnya, ia bertanya dalam hati, inikah pengabulan doa Abu Salamah dan doaku? Namun demikian ia berkata kepada Nabi SAW, "Wahai Rasulullah, anak saya banyak, dan saya mempunyai sifat cemburu yang besar. Selain itu, tidak ada wali yang akan menikahkan saya..!"
Mendengar alasan ini, dengan senyum Nabi SAW bersabda, "Yang menjaga anak-anak adalah Allah SWT, dan insya Allah sifat cemburu itu akan berangsur hilang, karena seseorang tidak akan terus-menerus marah. Mengenai wali, Salamah adalah walimu…!"
Ummu Salamah akhirnya menerima pinangan Nabi SAW ini. Pernikahan ini terjadi pada bulan Syawal tahun 4 Hijriah. Ummu Salamah lahir sekitar sembilan tahun sebelum kenabian, jadi ia berusia sekitar 26 tahun ketika menikah dengan Nabi SAW, wafat pada usia 84 tahun pada tahun 62 hijriah. 
Ummu Salamah dinikahi Nabi SAW setelah wafatnya Zainab binti Khuzaimah, dan ia menempati rumah yang  sebelumnya ditinggali Zainab. 

Sekian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar