Minggu, 23 Agustus 2015

Rajin Bermaksiat Namun Rezeki Lancar dan Sukses Berbisnis (istidraj)

ADA orang yang maksiatnya lancar tapi rezekinya juga lancar, bisnisnya sukses, pelitnya luar biasa. Bagaimana bisa?

Jawabannya ada pada hadits berikut ini:

ﻋَﻦْ ﻋُﻘْﺒَﺔَ ﺑْﻦِ ﻋَﺎﻣِﺮٍ، ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﻗَﺎﻝَ: ﺇﺫﺍ ﺭﺃﻳﺖ ﺍﻟﻠﻪ ﻳﻌﻄﻲ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ ﻣﺎ ﻳﺤﺐ ﻭﻫﻮ ﻣﻘﻴﻢ
ﻋﻠﻰ ﻣﻌﺼﻴﺘﻪ ؛ ﻓﺎﻋﻠﻢ ﺃﻧﻤﺎ ﺫﻟﻚ ﻣﻨﻪ ﺍﺳﺘﺪﺭﺍﺝ ، ﺛُﻢَّ ﺗَﻠَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ: }ﻓَﻠَﻤَّﺎ ﻧَﺴُﻮﺍ ﻣَﺎ ﺫُﻛِّﺮُﻭﺍ ﺑِﻪِ
ﻓَﺘَﺤْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏَ ﻛُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﺣَﺘَّﻰ ﺇِﺫَﺍ ﻓَﺮِﺣُﻮﺍ ﺑِﻤَﺎ ﺃُﻭﺗُﻮﺍ ﺃَﺧَﺬْﻧَﺎﻫُﻢْ ﺑَﻐْﺘَﺔً ﻓَﺈِﺫَﺍ ﻫُﻢْ ﻣُﺒْﻠِﺴُﻮﻥَ { ‏[ ﺍﻷﻧﻌﺎﻡ: 44 ].

Dari ‘Uqbah bin Amir, dari Rasulullah SAW:

“Apabila engkau melihat Allah mengaruniakan dunia kepada seorang hamba sesuai dengan yang ia inginkan,sementara ia tenggelam dalam kemaksiatan, maka ketahuilah itu hanya istidraj darinya”, kemudian Rasulullah SAW membaca firman: “ Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka

 Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”.

ﻋَﻦِ ﺍﺑْﻦِ ﻋَﺒَّﺎﺱٍ ﻓِﻲ ﻗَﻮْﻟِﻪِ ﻋَﺰَّ ﻭَﺟَﻞَّ: } ﺳَﻨَﺴْﺘَﺪْﺭِﺟُﻬُﻢْ ﻣِﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻻ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥَ { ‏[ ﺍﻟﻘﻠﻢ: 44 ‏] ؛ ﻗَﺎﻝَ: ﻛُﻠَّﻤَﺎ ﺃَﺣْﺪَﺛُﻮﺍ ﺧَﻄِﻴﺌَﺔً
ﺟﺪﺩﻧﺎ ﻟﻬﻢ ﻧﻌﻤﺔ ﻭﺃﻧﺴﻴﻨﺎﻫﻢ ﺍﻻﺳْﺘِﻐْﻔَﺎﺭَ .

Ibnu Abbas menjelaskan firman Allah ‘Azza wajallah: “Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan dengan cara yang tidak mereka ketahui”,
ia berkata: Setiap kali mereka melakukan satu kesalahan kami beri mereka nikmat yang baru dan kami lupakan mereka untuk beristighfar.

ﻋﻦ ﺳﻔﻴﺎﻥَ ﻓﻲ ﻗﻮﻟِﻪِ } ﺳَﻨَﺴْﺘَﺪْﺭِﺟُﻬُﻢ ﻣِّﻦْ ﺣَﻴْﺚُ ﻻَ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮﻥ { ‏[ ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ: 182 ‏] ﻗﺎﻝَ: ﻧُﺴﺒﻎُ ﻋَﻠﻴﻬﻢ ﺍﻟﻨِّﻌﻤﺔَ ﻭﻧَﻤﻨَﻌُﻬﻢ
ﺍﻟﺸﻜﺮَ .

Sufyan ats Tsauriy menjelaskan firman Allah: “Nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan dengan cara yang tidak mereka ketahui”,
ia berkata: Kami karuniakan nikmat kepada mereka dan kami halangi mereka untuk bersyukur.

Kelancaran rezeki bukanlah standar sayangnya Allah kepada seseorang. Boleh jadi kelapangan hidup itu bentuk azab yang tidak disadari. Untuk apa banyak harta tapi batin merana, ancaman azab akhirat tidak dipedulikan.

Kalaulah standar sayangnya Allah itu dengan kemewahan hidup dunia, Qarunlah orang yang paling disayangi Allah.
Tapi akhirnya ia binasa ditelan bumi.

Juga sebaliknya, jangan mengira orang yang banyak ujian dan cobaan dalam hidup tanda ia dimurkai oleh Allah. Boleh jadi itu adalah musibah untuk menghapuskandosa dan meninggikan derajatnya di surga nanti.
Penuntut ilmu juga begitu.

Jangan mengira dapat nilai bagus dan selalu sukses
adalah ukuran kasih sayang Allah kepadanya.
Tapi lihatlah, bagaimana shalatnya, puasanya, bagaimana ketaatannya untuk tunduk pada aturan Allah, dan bagaimana
usahanya untuk mengamalkan ilmunya.

Maka berhati-hatilah, kita sedang di posisi mana?
Standar sayang atau marahnya Allah itu adalah sejauh mana kita mampu taat kepada-Nya atau sedalam apa tenggelam dalam kemaksiatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar