Rabu, 12 Agustus 2015

Wahyono “Menampar” Saya (cacat bukan halangan menjadi sholih)


Posted on 06/08/2015 by Jamil Azzaini

Sabar dan syukur dua pasangan yang tidak boleh terpisahkan. Bersyukur punya pekerjaan karena masih ada puluhan juta orang yang menganggur. Bersabarlah bila ternyata penghasilan yang diperoleh belum bisa memenuhi semua keinginan.
Bersyukurlah punya bisnis karena betapa banyak orang yang ingin bisnis tetapi hanya ingin saja. Sibuk memilih bisnis tetapi tak ada satupun yang dibuka. Padahal bisnis yang baik adalah bisnis yang segera dibuka. Bila ternyata untungnya belum seberapa, bersabarlah.
Bagi Anda yang punya fisik atau tubuh sempurna bersyukurlah. Dan bukti syukur itu Anda mengoptimalkan seluruh potensi yang ada pada diri Anda untuk menghasilkan banyak karya, prestasi dan sesuatu yang berguna. Wahyono tubuhnya tidaklah sempurna. Ia tidak punya kaki dan tangan. Ia tidak bisa berdiri. Tetapi tahukah Anda apa yang rutin dia lakukan?
wahyono2
Wahyono selalu sholat tepat waktu di masjid. Saat saya melihat pertama kali, ia sedang sholat sunah di masjid dengan cara berbaring. Ketika waktu sholat tiba, ia menggelindingkan tubuhnya dari bagian tengah masjid menuju shaft pertama. Ia pun mendapatkan shaft pertama, ia sholat sembari berbaring diantara saya dan ustadz Yusuf Mansur.
Usai sholat, ia dipangku oleh ustadz Yusuf Mansur karena memang tidak bisa duduk atau berdiri apabila tidak ada sandaran. Perasaan saya ketika itu campur aduk, apalagi setelah saya mendengar ia setoran ayat hafalan Al-Qur’an kepada ustadz Yusuf Mansur. Diulangnya setoran hafalan itu sebanyak lima kali. Saya merinding mendengarnya.
Ia pun kemudian didaulat untuk memberikan ceramah. Ia pun bersedia asalkan dengan bahasa Jawa. Saya mendengarkan dengan seksama ceramah lelaki asal Batang, Jawa Tengah ini, sekali-kali saya menjadi penerjemah untuk Ustadz Yusuf Mansur yang tidak mengerti bahasa Jawa halus yang digunakan Wahyono.
Ya, Wahyono telah “menampar” saya. Tubuh saya sempurna tetapi terkadang masih enggan sholat tepat waktu di masjid. Kini, setiap saya hendak menunda-nunda sholat terkadang terbayang wajah lelaki berusia 17 tahun ini. Bukan hanya itu, ia kini sedang berusaha menghafal Al Qur’an di Pesantren Darul Qur’an. Ini adalah “tamparan” kedua Wahyono kepada saya.
wahyono1
Bagi Anda yang tubuhnya sempurna, lakukanlah semua hal dengan cara yang terbaik. Hasilkan karya atau prestasi sembari terus mendekat kepada sang Illahi Robbi. Bersyukurlah atas semua karunia yang telah Anda terima. Bila Anda masih kurang bersyukur, mungkin Anda perlu “ditampar” orang seperti Wahyono.

Salam SuksesMulia!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar