Kamis, 03 September 2015

Sudah Menikah Kok Nggak Gemuk, Akhi?

Bersama Dakwah / M. Sholich Mubarok

Dalam sebuah acara resepsi pernikahan ada seseorang mengatakan sesuatu kepada temannya.

“Sudah menikah lama kok antum nggak gemuk, Akhi?” tanya seseorang kepada temannya yang baru datang memasuki tenda pernikahan.

Mendengar itu, teman lain yang juga ikut nyeletuk, “Nggak cocok mungkin susunya hahaha..!” diikuti riuh yang lainnya, koor tertawa.

“Kalau yang itu lho (nunjuk teman laki-laki lainnya), baru nikah saja sudah gemuk,” lanjut yang lain, masih dengan embel-embel yang serupa “susunya cocok kali”.

Tak paham jelas apa yang dimaksud dengan “susunya cocok”. Orang akan mengarah langsung hal yang berbau seksualitas. Lumrah, namun tidak etis dan tidak enak didengarkan apalagi jika yang mengucapkan itu seorang kader dakwah.

Begitulah fenomena yang terjadi di masyarakat kita, dan kita harus akui bahwa setelah menikah, seorang laki-laki memang kebanyakan akan gemuk. Tidak hanya pria Indonesia yang makin berbadan maksimal pascamenikah, namun hampir semua pria di seluruh dunia semakin mengalami “tumbuh itu ke samping bukan ke atas” setelah menyandang suami. Menurut sebuah penelitian, dilansir oleh yourtango.com, yang ditulis oleh jurnal Families, Systems, and Health, 25 persen pria sangat mungkin mengalami kenaikan berat badan setelah menikah.

Jika dibandingkan dengan jomblo, pria yang sudah menikah lebih cepat gemuk dan mengalami kenaikan berat badan. Penyebabnya adalah ketenangan dan keterjagaan, sebab mereka sudah nyaman dengan statusnya. Sehingga hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan dan perut, terjaga karena ada yang menjaga dan mengingatkan, seperti menjaga pola makan, olahraga dan sebagainya terlupakan, apalagi jika istrinya jago masak dan doyan jajan. Sementara jomblo kadang lupa makan jika sudah larut dengan pekerjaan atau tugas kuliah, makan jadi tidak teratur.

Lalu, bagaimana jika pria sudah menikah namun belum juga gemuk apa itu salah? Apa berarti hidupnya tidak tenang? Apakah sebegitu layaknya menerima ucapan “susunya tidak cocok”?

Tentu banyak faktor. Jika faktor ketenangan bisa jadi. Namun itu bukan satu-satunya faktor. Sebab, ada seorang ikhwan yang sudah menikah dan punya anak tiga, namun tidak juga gemuk. Hidupnya penuh ketenangan, sama istrinya juga selalu mesra. Seorang tetangga juga sudah berumah tangga puluhan tahun, namun dia juga tak kunjung gemuk.

Faktor fisik. Ya, bisa jadi si suami mempunyai gologan fisik ectomorph. Apa itu? Pemilik fisik ectomorph itu biasanya susah naik gampang turun berat badannya. Faktor-faktor yang menghalang pertambahan berat badan yang normal dan pembentukan otot bagi golongan ini adalah berkaitan dengan selera makan dan metabolisme. Mereka dilahirkan dengan sistem metabolisme yang sangat tinggi. Mereka boleh makan apa saja yang mereka mau kapan saja tanpa harus takut mengalami kegemukan.

Ada seorang istri yang berusaha keras agar suaminya gemuk, memasak yang enak-enak dan bergizi, membelikan susu weight gain, namun tetap saja suaminya kurus. Ia melakukakan itu karena merasa gagal menjadi istri, merasa tak nyaman juga dengan anggapan “tak berhasil menggemukkan (membahagiakan) suami”.  Dikira sapi kali ya penggemukan badan. Hidup kita menderita kadang karena anggapan-anggapan. Wallahua’lam. [Paramuda/ BersamaDakwah]

Sering2 ditelponin biar gemuk ...
contohnya:
suatu hari suaminya tugas luar kota sebulan  sang istri dirumah , setiap kangen suaminya telponin mlulu
"ayang beb lagi ngapain ..sudah makan belum ...yaudah istirahat .."

dan itu setiap wktu setiap hari dan tak terasa sebulan berlangsung suami pulang kerumah

...assalamualaikum ada yg jwb waalaikumussalam eh ayah sudah pulang ...

lalu  suaminya bilang
"maaf, ini ayang bunda??"
..dijawab istrinya
" iyya..mmang ada apa ayang??"
 "koq bunda gemuk banged ??"
"kan ayah selalu klo telp nanya sudah makan blm2 terus disuruh istirahat yaa hasilnya beginii dah .." :)

Ooo...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar